27 September 2012

Tumbler Magic

Banyak cerita yang pengen diungkapkan sehingga membuat hari-hari saya serasa berkejar-kejaran dengan rasa semangat. Usai kerja sampai sore, yang juga dipenuhi banyak rasa riang, saya juga selalu semangat pulang ke dorm karena pasti banyak cerita baru yang bisa dirangkai dalam goresan pena. Eh salah, ini kan bukan kertas yang ditulis pake pena. Namun, cerita yang diketik dengan balok note keyboardnya Toshi. Hheee..

Sebagai pelengkap kebahagiaan di september ini, Tuhan telah membalikkan dunia dengan seenakNya saja. Peristiwa itu yang setidaknya sangat memorable bagi saya. Di tengah seluruh kebahagiaan, ada segelintir duka yang menggores batin. Itu membuat saya semakin mencintaiNya. Justru karena jatuh inilah saya merasa menjadi manusia yang sangat beruntung. Tuhan telah mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati. Dalam segala hal tentunya. Ini bukan keluhan atau mengutuk diri, tapi saya menganggapnya ini adalah jalan terang setelah setitik gelap datang. Efeknya, bisa lebih menghargai, bisa lebih bekerja keras dan yang terpenting selalu hati-hati. Tidak ceroboh. Cukup kemarin saja yaa teledornya. Belajar Ika, belajar.

Di cerita sebelumnya sudah saya ungkapkan tentang laptop yang rusak. Inilah kesedihan yang datang. Untungnya bisa menghadapi dengan lapang dada dan selalu berusaha ikhlas. Thanks God.

Kisah itu bermula sekitar dua minggu yang lalu ketika saya ke Blok M bersama Ipeh dan Maris, sahabat saya. Saya ke Carefour dan berniat beli tumbler. Tau tumbler kan? Ini bukan tumbler yang biasa digunakan untuk share artikel layaknya blog yaa. Yang saya maksud disini adalah tumbler sebagai tempat minum. Saya berniat mau beli 2 tumbler, kembaran dengan adek saya di Malang. Sebenarnya saya sudah punya tumbler ungu yang sudah menemani saya kemana-mana, hampir di seluruh agenda travelling saya sekalipun. Malah ada satu teman saya yang tidak bisa menyebutnya tumbler atau tempat minum. Ia malah lebih akrab memanggilnya dengan sebutan “hai termos” Hhmm, ini hanya soal nama yang nggak perlu dipusingkan. Yang terpenting bagi saya adalah manfaatnya.

Tumbler saya yang dulu sudah sirna karena ketinggalan di kosan teman. Kalau hanya ketinggalan seharusnya bisa diambil, tapi yang ini beda. Ketinggalan sekaligus tidak pernah bersua kembali. Nah, gimana tumbler ungu itu mau balik lagi? Hhmm, yasudah. Saya memutuskan untuk beli lagi kembar. Adek saya sekarang duduk di bangku SMP dan saya lihat kemarin pas pulang, dia sangat aktif (kaya mbaknya yaa, hhee). So saya pengen adek tetap savety dalam berkegiatan, salah satunya dengan tumbler tersebut. Intinya saya hanya ingin menerapkan sesuatu yang sama, seperti yang saya jalani ke adek saya (kalau memang hal itu dimungkinkan). Jadi berbeda dengan tindakan pemaksaan.

Setelah hampir setengah jam memilih, akhirnya pilihan saya jatuh pada tumbler biru ini. Ini produk Jepang. Saya sengaja beli yang ukurannya sama, jadi benar-benar kembaran asli. Masalahnya harga yang kecil dengan yang besar nggak jauh beda. Mending yang besar sekalian, yang bisa menampung banyak kapasitas. Iyaa kan? 
those are the tumbler magic
Harga tumbler ini Rp 45.000/item. Saya memilihnya karena tumbler ini saya anggap bisa menemani wanita seperti saya dan adek saya. Tidak terlalu menye-menye, juga tidak terlalu maskulin banget. Itu yang terpenting.
***

Sesampai di dorm, saya langsung mencucinya biar higienis. Punya adek saya amankan dilemari. After that, punya saya bisa langsung dipakai. Saya sampai dorm malam, sehingga saya pun langsung bersih-bersih diri kemudian menuju kamar dan tidur di kasur atas. Sebenarnya kasur saya di bawah tapi malam itu saya ingin tidur di atas. Kebetulan kasur atas tidak berpenghuni.

Nah, mulailah ceritanya. Tumbler magic ini mulai menampakkan kesaktiannya. Hhmm, bukan kesaktian juga sih. Itu hanya sebutan saya saja yang mungkin berlebihan. Maklum, orang yang sedang apes pasti bawaannya begini. Tumbler itu saya isi penuh untuk jaga-jaga saat tidur nanti. Saya bawa tumbler tersebut naik ke kasur atas. Hhmm, its the moment exactly happen. Ternyata tumbler itu belum saya tutup dengan rapat. Airnya tumpah ke kasur dan bocor sampai ke kasur bawah mengenai kasur Ema, teman saya. Jatuhnya tepat di sebelah meja kayu yang ditumpangi laptop Ema di atasnya. Laptop tersebut adalah Emacine. Lagi-lagi ini hanya sebutan nama saja. Ema memanggilnya begitu, layaknya saya yang juga sangat menyayangi Toshi (baca: laptop).

Laptop tersebut dalam keadaan terbuka. Dengan kaget saya langsung membereskan air yang jatuh de sebelah meja agar tidak menyebar kemana-mana. Saya langsung merapikan kasur yang kebocoran tersebut. Hhmm, dan tentu saja sudah bisa ditebak kan.. saya gugup banget, takut kalau ada apa-apa sama laptop itu. Saya pun tidak jadi tidur disitu karena merasa masih takut dan khawatir kalau nanti malah kejadian yang aneh-aneh lagi. Yaa, bisa dibilang saya masih trauma unyil. Malam itu saya langsung tidur, kembali ke tempat saya. Dan karena hari itu memang crowded banget, saya hanya membutuhkan waktu 30’ untuk bisa pulas digenggam malam. Ini termasuk luar biasa.

Acara ngreyen tumbler jelas gagal total karena ia justru membawa musibah bagi makhluk lain yang bernama Emacine. Pagi-pagi saya buka hape yang sudah banyak dengan sms-sms dan misscall. Rupanya dari semalam teman-teman saya membangunkan saya lewat hap but ini tidak berhasil. Hape saya jauh dari jangkauan telinga saya.

Emacine rusak. Ia tak bisa menyala. Kronologisnya, ia kejatuhan air tadi. Saya tidak melihat dengan mata kepala saya sendiri tentang air yang menghujani Emacine. Namun dalam logika saya, air itu merembes sampe ke bagian kasur yang tengah sehingga ia melebarkan jangkauan bocornya sampai ke titik dimana laptop Ema tertidur. Benar-benar tidak bisa dinyalakan. Mati pett. Akhirnya kami mencoba mengringkan air yang masuk dengan jalan menggunakan hair driyer, AC kamar yang dinyalakan sampai mengencangkan tekanan kipas angin kamar.

Tentu wajah saya pucat pasi melihat musibah ini. Semua berawal dari kecerobohan saya. Meski kami sama-sama memaklumi bahwa tragedi ini karena apes saja. Dan kebetulan apes itu menimpa saya. Saya paham, maksud Tuhan adalah agar saya menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan lebih hati-hati. Untungnya saya tidak gelap mata, menangis dan digalaukan oleh hal ini. Saya bersyukur memiliki hidup yang serba indah tiada tara ini. Pasti ada hikmah baik yang akan terjadi untuk saya. Saya percaya itu.

Dan memang sengaja dibenarkan Tuhan, tragedi itu justru mengantarkan saya untuk menerima kenikmatan yang lebih banyak. Kenikmatan dalam bentuk lain yang lebih menenangkan jiwa. Rasanya pengen nyanyi lagunya Coldplay yang Fix You seketika. Iingat liriknya yang sekarang ngena banget sama kasusnya Emacine rusak. When you try your best but you don’t succeed. Tidak ada orang yang menginginkan dijatuhi banyak durian busuk. But itu memang cobaan hidup, bagaimana kita bbersikap menghadapinya. Kita sendiri yang tahu. Dan semua sudah menjadi bubur. Tidak ada alasan untuk mengeluhkan hidup karena sudah begitu banyak nikmat yang kita terima. Tetap semangat!!

Motherboard oh motherboard. Semuanya berujung pada motherboard. Badai besar ini datang dari kisah motherboard. Gusti, paringi sabar. Saya paham bahwa badai pasti akan berlalu sepeti lagu yang dipopulerkan oleh Ari Lasso itu. Beberapa hari setelah tragedi itu, saya membawanya ke Acer Center di daerah Ratu Plaza Sudirman. Disini saya mulai merasakan kekhawatiran yang memuncak. Ini sebenarnya terkait dengan masalah finansial. Hhmm, sudah pasti saya mengganti kerusakan tersebut. Dan berapa duit yang dibutuhkan jika motherboard sudah rusak begitu. Bukan hany rusak, tapi motherboardnya memang harus diganti. Sudah korosi katanya bapak service. Service center tersebut tidak sanggup memperbaiki sehingga kami membawa Emacine kembali pulang. Hhmm, belum ada satu bulan di Jakarta. belum juga genap satu minggu kerja. Rasanya Tuhan menyentuh dengan cara yang sangat kuat efeknya. 

Poin sudah ada. Motherboard itu sangat mahal. Harganya bisa mencapai 1,5 – 2 juta. Hhmm, pertanyaan selanjutnya, uang dari mana untuk mengganti itu ya Tuhan? Hhmm, nyesek. Saya selalu berdoa semoga diberikan rezeki yang berkah. Meski tidak banyak kalau berkah pasti bermanfaat. Agenda bulan ini harus hemat. Hemat sehemat mungkin biar tidak sampai mengganggu jatah keuangan lainnya. Pasalnya bahkan saya sudah membuat planning soal finansial sampai bulan desember ini. Saya tidak mau kejadian tragis ini merusak agenda saya di kegiatan yang lain (terkait soal finansialnya yaa) sehingga saya harus lebih cermat dan hemat untuk beberapa bulan ke depan.

Finally, Ema akhirnya memutuskan beli laptop baru. Semoga awet yaa Maa. kita sudah sama-sama diingatkan olehNya. Semoga Fujitsu menjadi pengganti terbaik buat Emacine. Yaa, dimirip-miripkan sama Kresno gitulah. Hhee.. Alhamdulillah, sudah terlalu banyak nikmat yang diberi. Sungguh.
Mereka teman baik saya
Bulan depan, tumbler punya adek bakal sampai di malang dengan sebuah boneka dolphin. Yaa, nggak cuma tumbler yang bakal hijrah kesana, tapi dolphin yang saya kasih nama Mahameru ini juga akan akan ikut hijrah kesana. 
Mahameru sudah bersemayam di kamar saya selama tiga tahun lebih bersama Doramumun, Rinjani (Singa), anjing dan si kura-kura. Hhmm, hewan peliharaan saya bakal berkurang satu. Semoga tumbler itu tidak mengikuti aktivitas tragis yang disini. 
they'er my lovely sisters
Dijaga baik-baik yaa sayang. Semoga bermanfaat buat segala kegiatannya. Kembaran kan, jadi harus kembar semangatnya, prestasinya. Justru harus bisa lebih dari mbak. Oke, semangaaat adek Rara!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar