12 Agustus 2014

#Happy23

'Ini bukan tentang lebih tua, seumuran atau lebih muda. Ini tentang yang menyeimbangkan hidup dan yang bisa berjalan beriringan. Yang memberikan kedamaian di hati, kenyamanan di sisi dan kasih sayang tiada henti. Tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendoakan satu sama lain, berbicara lepas tak terbatas tanpa berpikir ini pantas atau justru kelewat batas.
Ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang. Yang bisa membuatmu sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit. Menerimamu apa adanya meskipun terkadang kamu mungkin hanya seadanya. Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu menjadi sesuatu yang kamu yakin harus kamu perjuangkan.

Masa lalunya tidak kamu persoalkan karena tahu itu yang bisa membentuknya seperti sekarang. Kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.

Tentang dia, yang kamu bisa ikhlas seumur hidup menjadi makmumnya. Juga membuatmu bangga menjadi ibu dari anak-anaknya'.

7 Juni 2014

Es Krim Dungdung Klasik

Tahukah Anda dengan ‘es populer tradisional’ ketika saya masih duduk di bangku SD? Es ini sangat fenomenal bagi anak seusia saya kala itu. Saya menyebutnya Es Thung-thung (baca: es tong-tong). Yaa, es krim ini biasanya diserbu para siswa ketika pulang sekolah karena biasanya bapak penjualnya sudah standby di depan pagar sekolah. Biasanya, setelah itu bapak penjual menjajakan keliling es krim ini dengan mendorong gerobak mungil yang berisikan semua properti es thung-thung.
Jujur saja, saya sudah jarang sekali bisa menikmati es yang rasanya khas dengan gurih manis santan kelapa ini.  Apalagi semenjak kuliah. Kalaupun pernah bertemu di jalan, es yang saya temui tidak seorisinil es thung-thung. Dan rasa ingin mencoba pun pupus karena melihat tampilannya saja.
Zaman sekarang, es krim ini sudah hampir punah karena saya sudah sangat jarang sekali menemukannya di peredaran, baik di kampung maupun kota. Yang lebih booming saat ini justru es populer yang diproduksi mesin-mesin pabrik besar. Sebut saja Es Dungdung milik brand ternama Walls. Es modern ini sudah mampu menghipnotis sebagian besar masyarakat untuk mengalihkan perhatian dari yang tradisional ke arah modern. Es populer sejenis ini memang terasa lebih praktis karena ada banyak variasi rasa yang dikemas dalam beragam packaging. Jika es Dungdung menjadi subjek modern di abad ini, saya pun menyebut es thung-thung yang hampir punah ini sebagai es krim dungdung klasik.

Perbedaan yang sungguh terasa bagi saya, pecandu berat es krim tradisional adalah dari segi tekstur es krim. Selain tampilan es krimnya, tekstur memiliki nilai dominan yang membuat keduanya berbeda. Pada es krim tradisional (es thung-thung), teksturnya masih lebih kasar dibandingkan dengan es krim populer dungdung. Tentu saja cita rasanya juga berbeda.
Bertemu lagi dengan es krim tradisional ini membuat mata saya merona-rona. Saya menemukan es krim ini di sepanjang jalan, tepatnya di depan Pasar Triwindu, Solo. Saat itu saya memang sedang menghabiskan senja bersama seorang teman untuk sekedar jalan-jalan melihat barang antik nan unik di Pasar Triwindu. Menemukan gerobak es ini dari jauh bisa membuat saya langsung terkejut. Bagi saya *ice cream lover* menemukan kembali es yang sungguh klasik nan tradisional ini menjadi surga kecil ketika cahaya jingga menghiasi langit Solo. Tanpa basa-basi saya pun langsung menghampiri kuliner favorit dan mencobanya. 

Sebenarnya di Alun-alun Kota Malang juga ada es krim semacam ini. Warga Malang biasa menyebutnya dengan es puter. Tetapi sajiannya pun sudah berbeda karena es puter menggunakan topping yang beragam. mulai dari nangka, susu coklat, agar-agar, mutiara, dll. Kalau es krim yang sedang saya makan saat ini, murni campuran santan dan buah nangka. 
Hhmm... rasanya lidah ini sungguh dimanjakan. Rindu pun sudah berlalu.
Ketika kota Solo membuat saya damai dengan keindahan budayanya, es krim dungdung klasik ini menambah sempurnanya nikmat Tuhan yang diturunkan untuk umatnya. Bukankah bahagia itu sederhana kawan? J Bagi saya pribadi es populer buatan roda-roda mesin masih tetap menjadi runner up. Dia tidak akan pernah menggantikan posisi es krim tradisional buatan tangan manusia kreatif yang biasanya menggunakan resep turun temurun nenek moyang. Disitulah letaknya, es krim klasik sudah mampu menyugesti saya bahwa ia layak menjadi  pemenang di hati kecil manusia muda bernama Ika.

20 April 2014

Sekali Bertemu, Selamanya Menginspirasi

                 Sabtu, 19 April 2014 menjadi hari yang sangat dinanti-nantikan oleh banyak pasang mata manusia yang lahir dari SMT Grafika Malang atau yang saat ini popular dengan nama SMKN 4 Malang. Dari berbagai penjuru daerah, mereka datang ke Malang dengan satu tujuan besar yang dikemas dengan manis dalam acara “Sarasehan dan Temu Kangen Alumni SMT Grafika Malang” Acara ini pertama kali digelar oleh SMKN 4 Malang dimana waktu pelaksanaannya tidak jauh dengan hari jadi SMKN 4 Malang yang ke-76 yakni pada 7 April 2014 lalu. Oleh karena itu suasana acara masih sangat kental dengan sumringah ulang tahun grafika.

                Acara akbar ini dihadiri oleh alumni SMKN 4 Malang mulai dari angkatan tahun 1975 hingga 2005. Tak disangka, lebih dari 250 alumni datang dari daerah yang berbeda dengan wajah matang dan bahagia. Rindu yang bercampur dengan kebanggaan. Rindu dengan teman-teman seperjuangan saat masih duduk dibangku SMK. Tersirat dalam wajah mereka gelak bahagia ketika saling bercerita tentang kenangan manis menuntut ilmu di SMKN 4 Malang. Mereka bangga menjadi bagian dari sekolah percetakan tertua di Indonesia ini.
                Acara yang dikemas dengan ramah ini memang sejatinya digelar untuk mempertemukan alumni dari berbagai angkatan yang tentunya sudah sangat lama lulus dari SMKN 4 Malang. Dulunya, alumni hingga angkatan tahun 1996 masih bersekolah di Jl. Bengawan Solo yang saat ini menjadi SMPN 20 Malang. Barulah di bulan juni gedung SMKN 4 berpindah di Jl. Tanimbar No. 22 sampai saat ini. Dari acara ini diharapkan bisa terbentuknya ikatan alumni grafika karena eksistensi ikatan alumni cukup berpengaruh untuk menjadikan sekolah itu “besar”
                
Sarasehan dan Temu Kangen alumni ini dimulai dari pukul 09.30 hingga pukul 14.00 di Labana (Lapangan Serba Guna) SMKN 4 Malang. Diawali dengan pembukaan, lalu sajian musik keroncong, sambutan dari ketua pelaksana (Drs. Burhanudin), Kepala Sekolah SMKN 4 Malang (Drs. H. Wadib Su’udi, MM), mantan guru dan alumni. Khusus untuk sambutan mantan guru diwakili oleh Bpk. Ispan Darmo Aji, guru bersahaja yang dirindukan banyak muridnya dan sambutan alumni SMKN 4 Malang diwakili oleh Bpk. Gentur Yektiaji, alumni tahun 1987. Selanjutnya digelar talkshow dengan narasumber Bpk. Gentur Yektiaji, Siswadi Siswo Pranoto dan Bpk. Agus Suryo yang kesemuanya merupakan alumni SMKN 4 Malang sendiri. Mereka mencapai titik kesuksesannya saat ini dimulai dari sekolah ini. Setelah talkshow, acara dilanjutkan dengan pembentukan Ikatan Alumni Grafika Malang. 
Harapannya banyak hal yang bisa dilakukan setelah ikatan alumni ini terbentuk, misalnya bakti social, pembuatan usaha, swadaya pengumpulan dana untuk pembangunan sekolah yang lebih baik dan masih banyak yang lainnya.  Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan bisa bermanfaat, baik untuk para alumni maupun untuk institusi SMKN 4 malang itu sendiri sehingga setiap pertemua dari para alumni akan menghasilkan mahakarya yang bermanfaat untuk sekitarnya, bukan hanya sekedar bertemu untuk melepas rindu. Tak lupa juga, dalam kesempatan ini panitia acara mencoba menghidupkan kembali Mars Grafika yang dinyanyikan bersama menggunakan iringan musik. Terlihat jelas bahwa acara ini sangat berkesan untuk dan dari Grafika itu sendiri.

                Dari seluruh rangkaian acara ini terdapat satu poin yang penting untuk dicermati. Success Story. Para alumni yang datang sudah menunjukkan kepada kita semua bahwa lulusan SMKN 4 Malang tidak hanya duduk di operational skills. Namun mereka menunjukkan banyak yang sukses itu justru dimulai dari bersekolah di SMKN 4 Malang. Kesuksesan-kesuksesan tersebut lahir dari SMKN 4 Malang. Sesuai dengan tema yang diusung kepala sekolah SMKN 4 Malang untuk acara temu kangen alumni kali ini,  “Sekali bertemu, selamanya menginspirasi” Misalnya Bpk. Gentur Yektiaji (1987) yang saat ini menjadi pengusaha di bidang arsitek, Bpk. Sudadi (1979) yang menjadi supervisor di PT. Gramedia Percetakan, Bpk. Hubro (1990) sebagai Branch Manager di PT. Temprina Media Grafika Malang, Bpk. Siswadi Siswo Pranoto (1998) sebagaiDirektur Utama PT. Rekayasa Perangkat Lunak, Bpk. Gusti Ngurah Alit (1983)  sebagai Direktur PT. Percetakan Bali, Bpk. Eko Nanang Subagio (1988) sebagai Polri, Bpk. Totok Iswanto (1979) sebagai Kepala Seksi PAUD Diknas Jawa Timur, Bpk. Pieter Sahetian (1980) sebagai Rektor Universitas Kanjuruhan Malang, Mayor Hadi (1979) sebagai militer di Angkatan Udara, Bpk. Agus Suryo (1994) sebagai General Manager PT. Temprina Jawa Pos Group. Poin ini sangat penting untuk terus diregenerasikan ke siswa-siswa SMKN 4 Malang agar mereka memiliki mental yang tangguh untuk mencapai kesuksesan yang mereka inginkan.  
Ada seseorang yang pernah bilang, Gantungkan cita-cita itu setinggi langit, jika sudah maka perbanyak usaha untuk bisa meraih titik tertinggi itu dengan ilmu dan usaha yang cerdas. Bukan hanya usaha yang keras. Harapan besarnya adalah success story ini mampu menginspirasi siswa-siswi SMKN 4 Malang untuk terus melakukan yang terbaik agar keberadaan mereka bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.