25 Februari 2012

Workshop "Ngartun Yuuuk"

Kembali lagi dengan cerita yang menyenangkan. Hari ini aku bersama Thek mung dan Iwan mengisi workshop “Ngartun yuuuk” di Sekolah Smart Ekselensia Indonesia yang terletak di Bogor. Kami bertiga dari Canda Rupa berangkat dari Mampang melewati rute Lebak Bulus, Parung dan berakhir di lokasi tujuan. Target peserta workshop kali ini adalah siswa kelas 1 dan 2 SMP yang diperkirakan berjumlah 50 orang. Sekolah ini memberikan beasiswa penuh untuk peserta didiknya yang kesemuanya adalah laki-laki. 

Kami memulai workshop ini dengan mengajak siswa-siswa melemaskan tangan terlebih dahulu serta memulai perkenalan satu per satu karena notabenenya mereka semua berasal dari wilayah Sumatra sampai Papua. Yang pasti pemandangan ini membuat keunikan tersendiri, bisa mengamati karakteristik setiap orang yang didasarkan pada daerah asalnya. Setelah materi selesai diberikan, kami memulai untuk workshop menggambar.
Adik-adik ini sangat antusias mengikuti workshop. Apalagi sebelum acara dimulai kami sebagai pematerinya memang sengaja memutar beberapa film animasi agar mereka punya gambaran bagaimana kartun itu bisa digambarkan. Sesuai dengan materi yang dijelaskan bahwa gambar kartun terdiri dari beberapa kategori yaitu kartun GAG, ilustrasi, karikatur, komik, editorial kartun atau yang sering disebut sebagai kartun kontemporer, kartun strip dan yang lainnya. Kami memulai untuk menggambar bebas terlebih dahulu pada sesi awal. Bermacam-macam ide yang kemudian mereka tuangkan dalam bentuk visual. Yaa, memang sejak awal kami selalu menekankan “jangan takut menggambar, berfikirlah out of the box” karena dengan menggambar kita juga bisa mengekspresikan apa yang sebenarnya logika tak bisa menjelaskan. Sesuatu yang sepertinya tak mungkin terjadi tapi jika kita mau menggambarkannya lewat kartun, yaa bisa-bisa saja untuk terjadi dalam ekspresi visual. Bisa dikatakan kartun itu juga anti logika.
Kami memberikan contoh melalui visual yang digambar di white board, adik-adik pun mencermati dengan seksama kemudian menuangkan ide-ide mereka. Dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk menggambarkan apa yang mereka suka atau mereka kehendaki, aku rasa ini bisa mengembangkan kreativitas mereka. Jika saja masih awal pembelajaran tapi kita menuntut begini begitu mungkin yang ada malah rasa takut dan kelas menjadi tidak nyaman. Secara umum gambar yang mereka hasilkan bagus-bagus lho. Memantau aktivitas ini sangat menyenangkan, tingkah laku mereka yang masih malu-malu dicampur dengan kreatifitas goresan tangan yang sangat karakteristik pada setiap siswa. Setelah sesi menggambar ini selesai, kami akan menunjuk beberapa siswa untuk maju menerangkan gambarnya. Yaa, hasilnya juga menakjubkan. Ide mereka sangat fantastis di umurnya. Rasa bahagia menyelimuti, sungguh luar biasa efek berbagi dengan tulus.

Kemudian dilanjutkan dengan menggambar sesi 2 yaitu kartun GAG. Mereka diarahkan untuk mencari ide apapun yang lucu yang pernah dialaminya. Mereka juga tidak kalah antusias di sesi ini. Memandu mereka adalah hal yang perlu dilakukan agar kreatifitas dan bakat yang mulai bermuculan memiliki wadahnya. Bermacam-macam ide muncul mulai dari kejadian kentut ketika mengaji, bendera merah putih yang sudah bosan berkibar sampai beberapa siswa yang mencoba kabur dari asrama dengan memanjat pagar.
adik-adik menjelaskan konsep gambarnya
Di sesi ini pun sama, kami akan meminta beberapa siswa untuk maju menerangkan konsep gambarnya. Mereka sangat menyayangkan karena workshop harus segera diakhiri. Waktu yang disediakan sudah habis mengingat saking asyiknya bermain dengan menggambar membuat lupa waktu. Di akhir acara, thek Mung membagikan beberapa gantungan kunci angry bird untuk siswa-siswa yang tadi sudah berani menerangkan karyanya di hadapan teman-temannya. Ini adalah wujud apresiasi kami sebenarnya.
Dengan ilmu yang kami punya, kami mencoba untuk berbagi dengan sesama. Semoga semuanya bermanfaat dan sampai ketemu di workshop selanjutnya :)


21 Februari 2012

trace my face

quote of the day

Bagaimana kamu bisa tetap mengaku kering 
jika pada kenyataannya kamu sudah masuk ke dalam air

Soekarno dan Ideologinya

Siapa yang tidak mengenal tokoh bangsa yang lahir di Blitar, Jawa Timur ini? Tonggak sejarah pemicu lahirnya kemerdekaan bangsa Indonesia lahir atas dasar pemikirannya yang kemudian dibantu oleh sejumlah kawan-kawan seperjuangan. Beliau adalah figur yang pantang menyerah, terhadap tekanan dan tuntutan Belnada yang saat itu memang sangat mengusik rakyat Indonesia. Bahkan beliau rela untuk vacum dari sekolahnya di Bandung demi mengurusi pergerakan agar hak sebagai rakyat Indonesia dapat terpenuhi. Kecintaannya pada tanah air menjadikannya rela melakukan segalanya dengan azas rasionalitas. Ketika bersekolah di Bandung, beliau tinggal bersama keluarga Sanusi. Beliau selalu menyebarkan bibit semangat yang menyala kepada orang-orang di sekitarnya agar punya tekad bahwa Indonesia bisa merdeka di tangan rakyatnya sendiri, bukan deari bantuan orang asing. 

Soekarno adalah sosok yang ramah sehingga beliau pun tak susah untuk mendapatkan teman. Ketika tinggal bersama keluarga Sanusi, bahkan setiap hari rumah tersebut selalu ramai berdatangan tamu pemuda-pemuda. Mereka membicarakan pergerakan-pergerakan dan strategi ke depan untuk melawan Belanda. Beliau pernah menegaskan bahwa cara melawan Belanda tidak harus menggunakan gencatan fisik, tetapi dapat pula dengan cara diplomasi. Beliau sangat penyayang terhadap sesama, sangat menyukai anak kecil. Pribadinya yang halus tapi tegas membuatnya memiliki banyak kawan yang mungkin juga sepaham dengan pemikirannya tentang perjuangan yang harus dilakukan terhadap Belanda.
Hampir setiap hari rumah yang ditempatinya selalu ramai. Berkat keberaniannya menyuarakan keinginan rakyat, beliau selalu dikunjungi orang. Mereka datang dari berbagai daerah untuk sekedar mengenal Soekarno atau untuk mengetahui apa yang sedang dirundingkan oleh pemuda-pemuda di rumahnya. Beliau mulai menyebarkan gagasan-gagasan yang sudah dirintis melalui pidato-pidato yang sangat bersemangat. Targetnya tidak hanya kawasan Bandung, tetapi melebar ke daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan kawasan lain. Rakyat pun sangat antusias mendengarkan pidatonya karenya mereka merasa suaranya diwakilkan oleh sosok yang sangat tegas berwibawa ini. Banyak rakyat yang masih takut untuk mengikuti pemikiran Soekarno akibat takut menentang Belanda, tetapi dengan pidato yang dibawakan oleh Soekarno yang terdengar sangat ambisius terhadap kemerdekaan, mereka pun suka cita dan mulai memihak serta berharap agar apa yang dirintis ini menjadi kenyataan. Oleh karena itulah figur yang sering disapa dengan panggilan bung karno ini juga mendapat gelar Singa Podium. Nama Soekarno pun semakin mengudara di seantero Indonesia, bahkan kaum-kaum yang tengah belajar di negeri Belanda juga sudah mulai mengenalinya.

Karena wibawa yang dimilikinya serta gaya kepemimpinan yang sangat bijak darinya, Soekarno pun menjadi buronan oleh pihak Belanda. Setiap berpidato, beliau juga tak jarang menyinggung Belanda dengan kekejamannya. Beliau berani memaparkan semuanya di tengah publik yang menyaksikannya. Akhirnya pidato-pidato bung Karno di daerah-daerah pun mendapat pengawasan yang ketat dari Belanda dengan anggapan bahwa bung karno adalah orang yang sangat berbahaya. Beliau dianggap begitu karena pidatonya mampu membius masyarakat untuk kontra dengan pihak Belanda. Tak jarang juga pidatonya tiba-tiba dihentikan karena dianggap merugikan Belanda.

Soekarno selalu mengajarkan dan meyakinkan bangsanya agar tidak mengemis terhadap pemerintah Belanda. Apa pun yang terjadi berdirilah sendiri, jangan meminta bantuan Belanda. Beliau yakin bahwa bangsa ini memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mengalahkan Belanda. Kita mampu untuk merdeka dengan cara kita sendiri, bukannya malah menunggu orang asing memerdekakan kita. Tidak ada sejarahnya bahwa kaum asing mau memerdekakan rakyat Indonesia karena pada dasarnya bangsa kita selalu menjadi alat untuk meraih keuntungan mereka. Bung Karno pula yang mencetuskan agar kita sebagai rakyat Indonesia yang sangat luas dan tersebar di seluruh wilayah untuk mempersatukan diri. Jangan berpencar-pencar untuk tujuan yang beragam. Pemuda  harus bersatu dan membulatkan tekat perjuangan melawan Belanda karena dengan jalan inilah kita akan semakin kuat. Jika pemuda bercerai berai sesuai wilayahnya maka akan sulit untuk mencapai kemajuan karena semua masih didasarkan pada egosentris kedaerahan. Maka dari itu kumpulan pemuda-pemudi yang bersifat kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatra dan yang lainnya dilebur menjadi satu kesatuan. Pergerakan bung Karno ke daerah-daerah yang disertai rapat dan diskusi bersama rekan-rekan seperjuangan membuatnya mampu mendirikan Partai Nasional Indonesia. Beliau menjadi ketuanya. Kutipan yang selalu saya ingat dari beliau adalah yuk menjalankan politik percaya diri kepada diri sendiri dengan tidak mengemis.

Semangat nasionalis harus dipupuk di hati para pemuda karena pemuda adalah tunas bangsa. Pemuda yang nantinya akan menggantikan perjuangan. Bahkan sampai muncul istilah kualitas negara itu lihat dari bagaimana pemudanya. Tentunya yang dimaksud disini bukan hanya pemuda, tetapi pemuda yang memiliki semangat juang tinggi terhadap kemerdekaan Indonesia. Pemuda yang mencintai negaranya. Peran pemuda disini sangatlah penting. Bagaimana negara akan maju jika pemudanya tak bisa digerakkan. Pernah suatu ketika beliau merencanakan untuk melakukan diplomasi dengan pemerintah Belanda, karena menurutnya perjuangan juga harus mengandalkan kecerdasan. Tidak melulu pada fisik. Beliau juga tidak jarang masuk penjara karena keberaniannya mengkritik pemerintah Belanda. Tempat perasinga sepertinya tidak asing lagi untuk beliau. Baginya yang terpenting, apa yang baik dari Belanda pasti akan diambil ilmunya justru untuk memberontak kekejaman mereka.

Saya sangat menyadari bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Soekarno tidak terlepas dari peran wanita yang selalu mendampinginya. Beliau sangat menyayangi istri-istrinya karena menurutnya mereka bukan hanya sebagai istri, tetapi juga teman untuk diskusi dan juga ibu yang senantiasa menasehati jikalau sedang terpuruk. Mereka memang tidak menyumbangkan pemikiran untuk revolusi kemerdekaan Indonesia tetapi bagi saya mereka menunjukkan cinta kasihnya dengan kesetiaan kepada suaminya yang sedang berjuang.

20 Februari 2012

Antara Globalisasi dan Tradisi

Globalisasi atau yang sering juga disebut dengan modernisasi kian mengikat masyarakat. Hal ini pun tidak dapat dihindari, ibaratnya modernisasi telah menyuntikkan unsur-unsurnya kepada setiap individu manusia. Banyak perubahan yang terjadi dan akibatnya tradisi atau agama semakin dikesampingkan. Arus yang sangat kuat membuat modernisasi inipun tidak dapat dihindarkan. Kata modernisasi sebenarnya juga similiar dengan westernisasi dimana pengaruh-pengaruh modernisasi memang datang dari barat. Dapat dikatakan bahwa di baratlah, awal tumbuhnya modernisasi. 

Saat ini modernisasi ini masuk dengan mudahnya ke timur, tempat kita tumbuh dan berkembang. Modernisasi sudah tidak melakukan pembagian wilayah untuk targetnya tetapi ia memang masuk ke segala penjuru (baca:desa-desa). Dahulu, para petani sering menyimpan hasil taninya di lumbung. Dengan adanya modernisasi, mereka tidak lagi melakukan itu tetapi mulai menjual hasil taninya ke pasar. Alasannya untuk efisiensi karena jika dijual di pasar, maka petani akan mendapat uang langsung yang kemudian uang tersebut dapat digunakan untuk mengolah lahannya kembali. Dapat dicermati bahwa modernisasi sangat dekat dengan efisiensi waktu. Maka manusia era sekarang menginginkan agar segalanya berjalan cepat dan efektif. Dibandingkan dengan menyimpan hasil tani di lumbung, maka ada perawatan-perawatan yang harus dilakukan yang membuat mereka berfikir bahwa cara itu tidaklah efektif. Petani mungkin saja akan berfikir lebih baik mengolah lahan atau dengan mencari uang dengan jalan lain ketimbang harus berlama-lama mengurus lumbungnya. Hal lain yang juga termasuk efek dari serangkaian modernisasi petani yaitu dengan pengalihfungsian bajak sapi dengan menggunakan traktor. Dengan menggunakan traktor mesin, waktu yang digunakan untuk mengolah tanah akan semakin cepat sehingga penanaman tanaman juga bisa dipercepat. Sedangkan jika menggunakan bajak sapi maka petani harus mengeluarkan tenaga berjam-jam untuk melakukannya, belum lagi jika bajak ini harus menyewa ke orang lain. Maka ada tambahan uang yang harus dikeluarkan untuk menikmati jasanya.

Menurut Rich (1999), cita-cita modernisasi bermaksud mengembangkan institusi-institusi dengan cara melakukan trasformasi kultural guna mewujudkan nilai-nilai efisiensi, ekonomis, tepat waktu dan rasional yang terbebas dari tradisi, adat dan ikatan komunalisme. Fakta lain mengenai tradisi yang semakin terkikis oleh modernisasi adalah penggusuran dongeng sebagai media pendidikan anak. Dongeng sangat berguna untuk mengembangkan hubungan yang murni antara orang tua dan anak. Dongeng menjadi media yang membangun kedekatan antara keduanya. Dongeng juga mengamdung aspek hiburan dan pendidikan, berupa sosialisasi kearifan lokal tradisional (Danandjaja, 1982).

Media pendidikan melalui dongeng sudah sangat langka karena adanya TV. Banyak orang tua yang tidak mampu mengendalikan anaknya ketika di depaan layar TV. TV memberikan banyak cerita-cerita kartun yang menarik dan tentunya cerita di dalamnya tidak akan terlepas dari ideologi negara yang memproduksi film-film tersebut. Kebiasaan menonton TV yang berlebihan tidaklah baik untuk perkembangan anak karena kegiatan fisik anak akan berkurang, secara psikologis sifat anak juga akan terpengaruh pada apa yang mereka tonton. Dalam sosial-emosional kegiatan anak-anak untuk bercengkrama dengan lingkungannya juga akan berkurang karena lebih asyik menikmati kartun yang ada di layar kaca.
Satu kasus lagi yang berhubungan dengan pemudaran tradisi yaitu tradisi Med-medan yang ada di Banjar Kaja Sesetan, Denpasar-Bali. Ritual ini dilakukan setiap tahun pada Hari Raya Ngembak (sehari setelah nyepi). Acara ini digelar di ruang publik sehingga setiap orang bebas menyaksikan. Pelaksanaannya dimulai dengan sembahyang bersama di Pura kemudian pemuda-pemudi akan membentuk barisan dan saling berhadapan. Sesuai dengan aba-aba yang diberikan, maka mereka harus bertukar tempat dengan maksud saling melengkapi sehingga terjadi penciptaan dan kehidupan. Kata Med-medan sendiri berasal dari salah satu bagian dari ritual ini yaitu tarik-menarik antara pemuda-pemudi, secara leksikal Med-medan berarti tarik menarik. 

Menurut Freud dalam Marcuse, tradisi Med-medan ini berkaitan dengan keinginan masyarakat Banjar Kaja Sesetan untuk membalikkan keheningan nyepi yang disertai hawa nafsu menuju ke arah kegembiraan yang disertai penyaluran libido, terutama di kalangan pemuda-pemudi. Tradisi (Banjar perlu mengendalikan hawa nafsu ini. Penyaluran libido sangatlah penting (Nengah Bawa Admaja, 2011) mengingat pemuda-pemudi memiliki tingkat libido paling tinggi. Dalam kehidupan sehari hari, mereka bisa sering bertemu yang mengakibatkan mereka bisa saling tertarik. Selanjutnya penyaluran nafsu ini harus dikontrol agar tidak salah arah. Jadi tradisi Med-medan dipandang sebagai kanalisasi penyaluran hawa nafsu secara terlembaga. Mereka bisa sebatas tarik menarik tapi kadang sering terjadi kekacauan yaitu ada pemuda yang sengaja atau tidak menjamah bagian yang sensitif dari lawan jenisnya. Namun, hal ini tetap saja di sahkan karena berada tempat dan ritual yang memang dilegalkan. Mereka merasa bergembira karena nafsunya bisa tersalurkan lewat adegan berangkulan atau peluk dan cium yang dilakukan oleh pesertanya. Ritual Med-medan ini juga sangat dekat dengan upacara penyuburan karena ketika sesudah mereka melakukan ritual ini, mereka akan diguyur air sebagai metodee pembersihan atau penyucian kembali dan air merupakan simbol kesuburan. Mitosnya, jika pemuda dan pemudi yang bisa saling berciuman maka akan menjadi pasangan suami istri.

Ironisnya, modernisasi telah membuat seksualitas dan cinta yang dilakukan di ruang publik yang dulunya tabukini malah  menjadi hal yang biasa. Dalam kasus ini refleksivitas terhadap ritual med-medan akan sulit dihindarkan. Para pemuda-pemudi tidak lagi melihat tradisi ini sebagai tempat menyalurkan nafsu, membangun solidaritas atau kepentingan ritual agama. Lebih dari itu mereka lebih bebas untuk mempraktikkan seksualitasnya yaitu dengan berpelukan dan berciuman. Karena itu ritual Med-medan sudah berubah makna. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan kebiasaan berciuman ketika melakukan ritual ini dan hal ini pula dianggap sebagai penyimpangan.

Efek lain dari modernisasi adalah adanya agama baru yang dianut oleh masyarakat yakni agama pasar. Agama ini sangat bergelimang dengan glamorisasi dimana tempat suci bagi agama pasar bukan lagi di tempat beribadah yang disucikan melainkan di pasar. Maka muncul argumen monotheisme yang kemudian digantikan oleh moneytheisme. Agama religius (monotheisme) dengan tuhan sebagai sesuatu yang dipuja lalu agama pasar juga sesuatu yang dipuja-puja yaitu pasar itu sendiri. Di pasar mereka bisa saling bertransaksi memenuhi keinginan dan hasrat akan kebutuhan-kebutuhan barunya. Dalam agama religius, tentunya nafsu harus dikontrol atau dihentikan pada skala tertentu sedangkan pada agama pasar hasrat manusia tidak akan berhenti karena pada dasarnya manusia adalah mesin hasrat (Piliang). Belanja adalah metode sembahyang bagi agama pasar sehingga muncul gagasan bahwa belanja bukan lagi sebuah kebiasaan tapi melainkan sebuah ritual dalam agama.

Tentunya hal ini dibarengi dengan tumbuh pesatnya iklan-iklan di TV yang giat menjajakan produk yang ditawarkan. Iklan bukan saja media pemberi informasi melainkan lebih kepada menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru dan mengubah kesadaran publik akan produk yang ditawarkan. Awalnya, iklan tidak digubris tapi karena terus meneror pemirsanya maka pemirsa pun akan tergiur untuk mencoba. “iseng-iseng ah, nyoba” kemudian menjadi habbit untuk terus mengkonsumsi. Hal ini selaras dengan pebisnis yang juga memanfaatkan peluang ini untuk menciptakan produk yang terus diperbaharui. Iklan memang memiliki daya pesona yang luar biasa. Jurus sihirnya mampu mengintimidasi, memanipulasi, mendominasi, mengintervensi dan memprovokasi. Akibatnya iklan juga mencabut kebebasan konsumen untuk mengkonsumsi hal yang memang benar menjadi kebutuhan yang diperlukannya.

TV pun sama, ia tidak hanya berfungsi sebagai media pemberi hiburan atau hiburan tetapi juga sebagai agen komersialisasi. Status sosial saat ini menjadi dipentingkan, manusia akan melihat sesorang dari apa yang dipakai atau apa yang dipunyainya. Mereka tidak lagi bertanya dari mana asal semuanya itu karena yang terpenting bagi mereka adalah memiliki lifestyle sendiri yang akan selalu bersaingan dengan manusia yang lainnya. Sehingga saat ini yang ada malah mengagungkan manusia yang dilihat dari tingkat kekayaan bukannya dilihat dari kejujuran dan kesederhanaannya. TV tidak saja menjadi objek tontonan. Pada saat yang sama TV juga bisa menonton kita dan menertawakan pemirsa. Mengapa? Maksud menertawakan disini, jika pemirsa tidak mengkonsumsi apa yang sedang diiklankan biasanya akan muncul ledekan canda tawa dari aktor iklan di dalamnya bukan?

Komersialisasi ini menurut saya terbagi menjadi 2,  yakni komersialisasi langsung dan tersembunyi. Komersialisasi langsung berasal dari iklan dengan tujuan memperkenalkan produk dan sekaligus mempersuasi orang-orang agar mengkonsumsinya secara terus menerus. Sedangkan komersialisasi tersembunyi dilakukan melalui acara hiburan, sinetron atau musik yang semakin marak menjadi tontonan sejuta umat. Dengan gaya yang lengkap mulai dari pakaian sampai aksesoris yang dikenakan aktornya, sebenarnya TV bermaksud meneror penontonnya agar bermimpi untuk menjadi aktor tersebut. Aktor yang memakai pakaian dan aksesoris yang branded serta cantik/tampan yang berkat make upnya.
Maka dari itu desainer menjadi antek-antek utama kaum kapitalis. Desainerlah yang membuat iklan dan segala grafis media promosi produk-produk. Menjadi seorang desainer haruslah berintegritas dan cerdas. Membuat iklan juga harus melihat berbagai aspek, tidak hanya fokus pada keuntungan yang akan diraih oleh produk melalui komersialisasi via iklan. Iklan akan ditonton oleh sejuta umat di seluruh Indonesia sehingga kontennya juga harus bisa mencerdaskan masyarakat bukannya malah membodohi seperti iklan-iklan yang marak diputar di TV saat ini. Banyak dari iklan tersebut yang melakukan pembohongan publik. Kita sebagai konsumen pun juga harus jeli dalam melihat tayangan-tayangan di TV. Harus bisa memfilter apa yang memang dapat diserap atau justru layak keluar telinga kanan. Konsumen yang cerdas tentunya tidak akan dengan mudah dibohongi oleh iklan-iklan marak meneror konsumennya.

Korupsi Waktu Sebagai Bagian Dari Petty Corruption


Teman-teman pembaca, sebenarnya tulisan ini bersembunyi di laptop untuk sekian lama. Aku membuatnya beberapa bulan yang lalu. 
 
Siang ini mata kuliah Anti Korupsi dimulai lagi di PGS. Berbeda dari hari-hari sebelumnya, kali ini kelompokku presentasi tentang progres investigasi petty corruption. Kebetulan tema yang kami pilih dipertemuan sebelumnya adalah menganalisa waktu keterlambatan dosen Universitas Paramadina. Kami sengaja mengambil tema tersebut karena itu dalam kategori petty corruption. Selain itu karena notabenenya Paramadina sangat menjunjung tinggi nilai anti korupsi dan hal tersebut sudah menggaung di dunia nasional maupun internasional. Simpelnya, kami ingin mengetahui seberapa jauh Universitas Paramadina benar-benar menjalankan nilai tersebut. 

Kembali ke tema investigasi, awalnya aku ingin mengangkat tema “Anti Nitip Absen”. Namun jika dikaji ulang, peristiwa nitip absen bukan lagi korupsi karena kuliah atau tidaknya mahasiswa sebenarnya itu hak mahasiswa itu sendiri bukan kewajiban terhadap kampus tetapi kewajiban terhadap siapa yang membiayai kuliahnya (menurutku) karena mahasiswalah yang membayar ke universitas. Paling tidak tragedi nitip absen ini merupakan pertanggungjawaban terhadap siapa yang telah membiayai kuliah mahasiswa-mahasiswa tersebut. Jika dana berasal dari orang tua maka kita sudah melakukan korupsi terhadap orang tua, yang pasti diri sendiri juga dirugikan.

Akhirnya, aku dan teman sekelompok maju diurutan kedua setelah kelompok lain presentasi dengan tema korupsi yang terjadi saat pembuatan paspor kilat di daerah Jakarta. Slide pun sudah kami siapkan dan  speakernya, syaiful Choirudin bersiap menerangkan progres yang sudah dilakukan dalam kasus Keterlambatan dosen universitas Paramadina dalam pengajaran di kelas. Presentasi pun kami jalankan dan muncul beberapa argumen yang berlawanan mengenai tema yang kami angkat. Dosenku tidak menyetujui tema ini. Bagi aku pribadi ini sungguh aneh. Beliau menjelaskan hal-hal yang mendukung argumennya bahwa tema tersebut sudah selayaknya tidak dilanjutkan. Padahal menurutku tema ini cukup layak untuk ditindaklanjuti karena korupsi bisa dilihat dari beberapa dimensi, bukan hanya korupsi yang berbau dengan keuangan. Ini sudah berkaitan dengan korupsi waktu. Sebenarnya ini merupakan hal kecil yang mungkin jarang dilirik orang karena merasa “ini bukan urusan saya”. Menyukai kedetailan menjadi dasar dalam mengangkat tema yang sebenarnya jarang dilirik orang tetapi efeknya bisa menimbulkan kerugian yang besar bagi kampus. Banyak hal di sekeliling kita tetapi jarang dilirik dan lebih memilih untuk mencari kasus-kasus yang sebenarnya memiliki tingkat benefit yang sedikit untuk ke depannya. Dengan tema ini, kampus bisa mengetahui kinerja dosen Paramadina dan bisa menjadikannya evaluasi untuk meningkatkan kualitas SDMnya. Namun, pemikiran dosen Ankor kami justru berbeda. Beliau menekankan kepada kelompokku untuk mencari tema lain karena tema ini tidak terlalu worted untuk dibahas. Kami pun survey ke beberapa dosen Ankor lain, rata-rata beliau semua mendukung argumen kami yang ingin mempertahankan tema ini.  

Kelompokku menjelaskan metode yang akan kami laksanakan berkaitan dengan investigasi yang seharusnya dilakukan. Mulai dari apa itu petty corruption, mengapa mengangkat tema ini, strategi yang akan kami tempuh dan feedbacknya seperti apa. Invenstigasi kami ganti dengan metode analisa yang akan dimonitoring oleh beberapa mahasiswa dari kelompokku sendiri. Kami mengumpulkan data yang valid tentang waktu keterlambatan dosen saat masuk kelas dan waktu dosen saat lebih cepat meninggalkan kelas melalui adanya form. Form yang sudah dibuat bertujuan mengetahui seberapa besar tingkat korupsi waktu yang dilakukan oleh dosen yang nantinya akan ditandatangani oleh 3 orang saksi mata. Nantinya waktu keterlambatan ini akan kami akumulasikan dan dibagi dengan total waktu yang seharusnya digunakan dosen untuk mengajar. Analisa ini akan kami lakukan selama satu bulan dengan mengambil sampel dari 7 dosen di 7 mata kuliah yang kami ambil disemester V ini. Setelah total waktu keterlambatan diketahui, beralih pada penjumlahan akumulasi waktu tersebut dengan gaji dosen/orang. Yaa, kami sudah mengetahui bahwa gaji setiap dosen pun tidak sama. Ini berkaitan dengan gelar masing-masing dosen dan keaktifan beliau-beliau dalam menjalankan tugasnya. Jika dosen tidak aktif dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik masa perpanjangan waktu kerja juga akan dihentikan. Dan kami pun tahu bahwa gaji dosen juga berasal dari bagaimana pengabdian masyarakatnya, penelitian dan hal lain yang dilakukan selain jam mengajar dan gelar yang dicapai. Hal ini kami ketahui dari dosen Ankor yang memang berusaha menolak ide kasus yang kami angkat. Setelah jumlah uang diketahui maka kami akan mengalikan ini dengan 12, sesuai jumlah bulan dalam setahun. 

Berkali-kali kelompokku memberikan argumen tetap saja disanggah oleh beliau. Rupanya dosen Ankor kami memang memiliki sentimen pribadi terhadap kelompok kami karena kami berlatar belakang dari prodi DKV semua. Kami juga mengamati bahwa tidak hanya satu kali ini beliau menyebut-nyebut DKV di kelas Anti Korupsi yang seharusnya harus diajar dengan sistem keprofesionalan. Ketika ada salah satu anggota kelompok yang melakukan pembelaan argumen, beliau membantahnya dengan nada bicara yang sedikit kasar yang seharusnya tidak dilakukan oleh akademisi. Yaa, sebenarnya aku  juga paham bahwa sentimen itu muncul karena beliau akan menjadi salah satu target yang akan kami analisa dan takut jika keburukannya akan diketahui dan dipaparkan. Beliau tidak ingin bahwa jika memang buruk, hal itu diketahui oleh publik di Universitas Paramadina apalagi beliau merupakan orang humas. Jika memang kampus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai korupsi dan bahkan menjadi percontohan di kampus lain, mengapa harus takut untuk diselidiki?

Penilaian yang dilakukan dosen tersebut sangat tidak obyektif. Sebelumnya, aku sudah melakukan analisa dari beberapa teman yang mengambil mata kuliah yang sama dengan dosen yang sama pula. Hasilnya nilai selalu tidak jelas dan yang jelas lagi, aku berada di kelasnya. Semoga ini tidak terjadi di semester ini dan semoga semuanya hanya pikiran negatif saja. 

Untuk mendukung argumen yang ingin kami pertahankan, kelompokku mempunyai inisiatif untuk melakukan dokumentasi terhadap investigasi yang akan kami lakukan kepada dosen Anti Korupsi di kelas yang lain -yang justru mendukung tema kelompokku-. Rencananya kami akan melakukan report dalam bentuk video hasil wawancara, statement yang diungkapkan dosen-dosen tersebut akan kami print out dan ditandatangani oleh dosen yang bersangkutan. Selanjutnya bukti otentik ini akan kami bawa ke dosen Ankor kami dengan tidak lupa mencari ide-ide yang tentunya lebih gila. Kami sudah paham jika penilaian yang subyektif ini akan mengakibatkan kami mendapat nilai down. Ini juga berdasarkan pengalaman sebelumnya dari beberapa temanku yang juga diajar oleh dosen tersebut. Aku dan kelompok yang lain  berharap agar sistem yang seperti ini sudah tidak ada lagi dikemudian hari, apalagi jika dilihat Universitas Paramadina yang selalu heboh dengan nilai-nilai anti korupsi.