17 Februari 2012

Teratai di Kehidupan


Kala itu dingin menyergap tubuh di tengah-tengah malam Balai Kota Malang. Tepat setelah aku menyelenggarakan sebuah workshop di Hotel Sahid Montana yang tak jauh dari lokasi ini. Teratai. Aku menyukainya, melebihi bunga tulip atau bougenville. Teratai yang tumbuh di sini memberi pemandangan yang berbeda. Rasa senang mulai bermekaran ketika menjumpai teratai yang semakin banyak ini, memenuhi dataran kolam hias. Kolam ini lebih terlihat seperti tempat perkembangbiakan bunga berwarna violet dan putih tulang ini. 
Rasa lelah pasca acara rasanya hilang sejenak ketika melihat teratai-teratai ini subur bermekaran, berkoloni dengan sejumlah teratai yang lain. Warna violet menjadikannya cantik, terlebih lagi disinari remang-remang lampu balai kota. Menyisakan keteduhan dan kehangatan.
 Aku menyukai karakteristik yang dimilikinya. Yaa, semacam model penginspirasi. Teratai dapat tumbuh di tempat berlumpur, di mana mungkin jenis yang lainnya tak dapat bertahan untuk hidup. Semakin banyak lumpurnya, semakin besar pula katup bunganya. Ia tidak menghindari lingkungannya yang kotor, tetapi justru beradaptasi dengan ketidaknyamanan dan terus survive.
Seperti yang kita lihat saat ini, teratai-teratai ini tumbuh subur dan berkembangbiak semakin banyak. Ia memancarkan kesederhanaan dan membuat lingkungannya justru terlihat semakin jelita dengan kehadirannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar