20 April 2015

24

Thanks God, I’m officially 24 years old!
Terima kasih Tuhan atas kesempatan hidup dan tumbuh menjadi putri kecil dari keluarga Asmari, to be Ny. Isa Harianto, guru di sekolah terbaik SMKN 4 Malang, desainer muda, penari dan traveler yang luar biasa membahagiakan. Alhamdulillah.. Nikmat Tuhan mana lagi yang bisa saya dustakan hingga 24th ini terpampang nyata.

Pertambahan usia sejatinya bukan melulu bicara soal angka. Namun, lebih dari itu untuk bisa memaknai hidup dengan naiknya level angka. Tentu saya seharusnya bisa menilai, sejauh mana hidup saya berarti dan bermanfaat untuk manusia lain di bumi ini.

Doa-doa yang membanjiri SMS, Facebook, BBM, Instagram maupun yang langsung terucap di telinga sungguh luar biasa. Bukan kado mewah yang saya harapkan dari suami tercinta, keluarga, teman, rekan kerja bahkan murid-murid. Saya hanya ingin doa-doa tersebut bisa terlaksana dengan megahnya. Yaa, semoga doa-doa yang kalian panjatkan bisa benar-benar menjadi jalan hidup saya dan keluarga. Amin.
Foto ini diambil sebelum berangkat ngedate (20.04.15)
24, angka magic yang menuntut saya untuk bisa menjadi manusia yang luar biasa. Angka 2 dan 4 berjalan beringingan membentuk ritme khusus yang nilainya lebih dari sekedar bilangan prima matematika. 2 dan 4, angka genap yang merupakan kelipatan dari angka pertama dimana saya harus bisa menjadi wanita yang lebih tangguh dari, cerdas, sabar, rendah hati dan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Saya harus terus belajar banyak hal.

Ketika 2 + 2 = 4, saya mengartikan secara khusus bahwa perjalanan hidup saya yang sebelumnya bisa membuat saya jauh lebih siap menapaki umur 24 tahun yang terpampang nyata di depan mata. Ini bukan akhir perjalanan tetapi justru menjadi awal yang bahagia untuk melanjutkan hidup yang penuh makna dan suka cita. Betapa tidak, baru kemarin (19.04.15) keluarga mungil saya melewati 2 bulan hidup berumah tangga.

Terima kasih telah menjadikan saya wanita yang mampu merangkap banyak tugas. Sungguh, saya bersyukur kepadaMu. Tuhanku. Saya sudah sangat berbahagia dengan jalan hidup saya yang sekarang. Namun, itu bukan berarti saya sudah mencapai target hidup yang saya tentukan. Kita sebagai manusia patut untuk selalu membuat rencana dan berikhtiar untuk mewujudkannya. 

Masih banyak mimpi yang harus saya raih. Menjadi dosen, memiliki rumah mungil dengan desain sendiri, memiliki Pajero Sport, merealisasikan pendirian Kayeskrim (kedai eskrim bernuansa vintage), usaha suami semakin dilancarkan, menjadi ibu kandung dari putra/i mungil saya nantinya dan tentu saja mengunjungi tempat-tempat exotis yang sudah ada dalam antrian kunjungan bersama suami dan anak-anak saya nantinya. Its called a true travelmate that I have.

Lets to keep dreaming dan doing many action to reach them. Ofcourse, with do travel around the world.

12 Agustus 2014

#Happy23

'Ini bukan tentang lebih tua, seumuran atau lebih muda. Ini tentang yang menyeimbangkan hidup dan yang bisa berjalan beriringan. Yang memberikan kedamaian di hati, kenyamanan di sisi dan kasih sayang tiada henti. Tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendoakan satu sama lain, berbicara lepas tak terbatas tanpa berpikir ini pantas atau justru kelewat batas.
Ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang. Yang bisa membuatmu sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit. Menerimamu apa adanya meskipun terkadang kamu mungkin hanya seadanya. Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu menjadi sesuatu yang kamu yakin harus kamu perjuangkan.

Masa lalunya tidak kamu persoalkan karena tahu itu yang bisa membentuknya seperti sekarang. Kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki diri agar menjadi lebih baik.

Tentang dia, yang kamu bisa ikhlas seumur hidup menjadi makmumnya. Juga membuatmu bangga menjadi ibu dari anak-anaknya'.

7 Juni 2014

Es Krim Dungdung Klasik

Tahukah Anda dengan ‘es populer tradisional’ ketika saya masih duduk di bangku SD? Es ini sangat fenomenal bagi anak seusia saya kala itu. Saya menyebutnya Es Thung-thung (baca: es tong-tong). Yaa, es krim ini biasanya diserbu para siswa ketika pulang sekolah karena biasanya bapak penjualnya sudah standby di depan pagar sekolah. Biasanya, setelah itu bapak penjual menjajakan keliling es krim ini dengan mendorong gerobak mungil yang berisikan semua properti es thung-thung.
Jujur saja, saya sudah jarang sekali bisa menikmati es yang rasanya khas dengan gurih manis santan kelapa ini.  Apalagi semenjak kuliah. Kalaupun pernah bertemu di jalan, es yang saya temui tidak seorisinil es thung-thung. Dan rasa ingin mencoba pun pupus karena melihat tampilannya saja.
Zaman sekarang, es krim ini sudah hampir punah karena saya sudah sangat jarang sekali menemukannya di peredaran, baik di kampung maupun kota. Yang lebih booming saat ini justru es populer yang diproduksi mesin-mesin pabrik besar. Sebut saja Es Dungdung milik brand ternama Walls. Es modern ini sudah mampu menghipnotis sebagian besar masyarakat untuk mengalihkan perhatian dari yang tradisional ke arah modern. Es populer sejenis ini memang terasa lebih praktis karena ada banyak variasi rasa yang dikemas dalam beragam packaging. Jika es Dungdung menjadi subjek modern di abad ini, saya pun menyebut es thung-thung yang hampir punah ini sebagai es krim dungdung klasik.

Perbedaan yang sungguh terasa bagi saya, pecandu berat es krim tradisional adalah dari segi tekstur es krim. Selain tampilan es krimnya, tekstur memiliki nilai dominan yang membuat keduanya berbeda. Pada es krim tradisional (es thung-thung), teksturnya masih lebih kasar dibandingkan dengan es krim populer dungdung. Tentu saja cita rasanya juga berbeda.
Bertemu lagi dengan es krim tradisional ini membuat mata saya merona-rona. Saya menemukan es krim ini di sepanjang jalan, tepatnya di depan Pasar Triwindu, Solo. Saat itu saya memang sedang menghabiskan senja bersama seorang teman untuk sekedar jalan-jalan melihat barang antik nan unik di Pasar Triwindu. Menemukan gerobak es ini dari jauh bisa membuat saya langsung terkejut. Bagi saya *ice cream lover* menemukan kembali es yang sungguh klasik nan tradisional ini menjadi surga kecil ketika cahaya jingga menghiasi langit Solo. Tanpa basa-basi saya pun langsung menghampiri kuliner favorit dan mencobanya. 

Sebenarnya di Alun-alun Kota Malang juga ada es krim semacam ini. Warga Malang biasa menyebutnya dengan es puter. Tetapi sajiannya pun sudah berbeda karena es puter menggunakan topping yang beragam. mulai dari nangka, susu coklat, agar-agar, mutiara, dll. Kalau es krim yang sedang saya makan saat ini, murni campuran santan dan buah nangka. 
Hhmm... rasanya lidah ini sungguh dimanjakan. Rindu pun sudah berlalu.
Ketika kota Solo membuat saya damai dengan keindahan budayanya, es krim dungdung klasik ini menambah sempurnanya nikmat Tuhan yang diturunkan untuk umatnya. Bukankah bahagia itu sederhana kawan? J Bagi saya pribadi es populer buatan roda-roda mesin masih tetap menjadi runner up. Dia tidak akan pernah menggantikan posisi es krim tradisional buatan tangan manusia kreatif yang biasanya menggunakan resep turun temurun nenek moyang. Disitulah letaknya, es krim klasik sudah mampu menyugesti saya bahwa ia layak menjadi  pemenang di hati kecil manusia muda bernama Ika.

20 April 2014

Sekali Bertemu, Selamanya Menginspirasi

                 Sabtu, 19 April 2014 menjadi hari yang sangat dinanti-nantikan oleh banyak pasang mata manusia yang lahir dari SMT Grafika Malang atau yang saat ini popular dengan nama SMKN 4 Malang. Dari berbagai penjuru daerah, mereka datang ke Malang dengan satu tujuan besar yang dikemas dengan manis dalam acara “Sarasehan dan Temu Kangen Alumni SMT Grafika Malang” Acara ini pertama kali digelar oleh SMKN 4 Malang dimana waktu pelaksanaannya tidak jauh dengan hari jadi SMKN 4 Malang yang ke-76 yakni pada 7 April 2014 lalu. Oleh karena itu suasana acara masih sangat kental dengan sumringah ulang tahun grafika.

                Acara akbar ini dihadiri oleh alumni SMKN 4 Malang mulai dari angkatan tahun 1975 hingga 2005. Tak disangka, lebih dari 250 alumni datang dari daerah yang berbeda dengan wajah matang dan bahagia. Rindu yang bercampur dengan kebanggaan. Rindu dengan teman-teman seperjuangan saat masih duduk dibangku SMK. Tersirat dalam wajah mereka gelak bahagia ketika saling bercerita tentang kenangan manis menuntut ilmu di SMKN 4 Malang. Mereka bangga menjadi bagian dari sekolah percetakan tertua di Indonesia ini.
                Acara yang dikemas dengan ramah ini memang sejatinya digelar untuk mempertemukan alumni dari berbagai angkatan yang tentunya sudah sangat lama lulus dari SMKN 4 Malang. Dulunya, alumni hingga angkatan tahun 1996 masih bersekolah di Jl. Bengawan Solo yang saat ini menjadi SMPN 20 Malang. Barulah di bulan juni gedung SMKN 4 berpindah di Jl. Tanimbar No. 22 sampai saat ini. Dari acara ini diharapkan bisa terbentuknya ikatan alumni grafika karena eksistensi ikatan alumni cukup berpengaruh untuk menjadikan sekolah itu “besar”
                
Sarasehan dan Temu Kangen alumni ini dimulai dari pukul 09.30 hingga pukul 14.00 di Labana (Lapangan Serba Guna) SMKN 4 Malang. Diawali dengan pembukaan, lalu sajian musik keroncong, sambutan dari ketua pelaksana (Drs. Burhanudin), Kepala Sekolah SMKN 4 Malang (Drs. H. Wadib Su’udi, MM), mantan guru dan alumni. Khusus untuk sambutan mantan guru diwakili oleh Bpk. Ispan Darmo Aji, guru bersahaja yang dirindukan banyak muridnya dan sambutan alumni SMKN 4 Malang diwakili oleh Bpk. Gentur Yektiaji, alumni tahun 1987. Selanjutnya digelar talkshow dengan narasumber Bpk. Gentur Yektiaji, Siswadi Siswo Pranoto dan Bpk. Agus Suryo yang kesemuanya merupakan alumni SMKN 4 Malang sendiri. Mereka mencapai titik kesuksesannya saat ini dimulai dari sekolah ini. Setelah talkshow, acara dilanjutkan dengan pembentukan Ikatan Alumni Grafika Malang. 
Harapannya banyak hal yang bisa dilakukan setelah ikatan alumni ini terbentuk, misalnya bakti social, pembuatan usaha, swadaya pengumpulan dana untuk pembangunan sekolah yang lebih baik dan masih banyak yang lainnya.  Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan bisa bermanfaat, baik untuk para alumni maupun untuk institusi SMKN 4 malang itu sendiri sehingga setiap pertemua dari para alumni akan menghasilkan mahakarya yang bermanfaat untuk sekitarnya, bukan hanya sekedar bertemu untuk melepas rindu. Tak lupa juga, dalam kesempatan ini panitia acara mencoba menghidupkan kembali Mars Grafika yang dinyanyikan bersama menggunakan iringan musik. Terlihat jelas bahwa acara ini sangat berkesan untuk dan dari Grafika itu sendiri.

                Dari seluruh rangkaian acara ini terdapat satu poin yang penting untuk dicermati. Success Story. Para alumni yang datang sudah menunjukkan kepada kita semua bahwa lulusan SMKN 4 Malang tidak hanya duduk di operational skills. Namun mereka menunjukkan banyak yang sukses itu justru dimulai dari bersekolah di SMKN 4 Malang. Kesuksesan-kesuksesan tersebut lahir dari SMKN 4 Malang. Sesuai dengan tema yang diusung kepala sekolah SMKN 4 Malang untuk acara temu kangen alumni kali ini,  “Sekali bertemu, selamanya menginspirasi” Misalnya Bpk. Gentur Yektiaji (1987) yang saat ini menjadi pengusaha di bidang arsitek, Bpk. Sudadi (1979) yang menjadi supervisor di PT. Gramedia Percetakan, Bpk. Hubro (1990) sebagai Branch Manager di PT. Temprina Media Grafika Malang, Bpk. Siswadi Siswo Pranoto (1998) sebagaiDirektur Utama PT. Rekayasa Perangkat Lunak, Bpk. Gusti Ngurah Alit (1983)  sebagai Direktur PT. Percetakan Bali, Bpk. Eko Nanang Subagio (1988) sebagai Polri, Bpk. Totok Iswanto (1979) sebagai Kepala Seksi PAUD Diknas Jawa Timur, Bpk. Pieter Sahetian (1980) sebagai Rektor Universitas Kanjuruhan Malang, Mayor Hadi (1979) sebagai militer di Angkatan Udara, Bpk. Agus Suryo (1994) sebagai General Manager PT. Temprina Jawa Pos Group. Poin ini sangat penting untuk terus diregenerasikan ke siswa-siswa SMKN 4 Malang agar mereka memiliki mental yang tangguh untuk mencapai kesuksesan yang mereka inginkan.  
Ada seseorang yang pernah bilang, Gantungkan cita-cita itu setinggi langit, jika sudah maka perbanyak usaha untuk bisa meraih titik tertinggi itu dengan ilmu dan usaha yang cerdas. Bukan hanya usaha yang keras. Harapan besarnya adalah success story ini mampu menginspirasi siswa-siswi SMKN 4 Malang untuk terus melakukan yang terbaik agar keberadaan mereka bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.

7 November 2013

#RIP Sahabat Penuh Ketenangan

Sudah lama sekali rasanya saya tertidur di beranda. Tak pernah mengurai cerita atau hanya sekedar mengunjungi tempat berekspresi di blog ini. Banyak perjalanan dan kisah petualangan yang rupanya tak sempat terpampang untuk dibaca. Semuanya masih berdiam dalam sebuah realitas yang dinamakan dengan ide semata. Banyak judul yang sudah dipilih, juga rangkaian diksi yang sengaja ditata sederhana tapi tak urung cerita perjalanan tersebut masih saja tersendat oleh banyak hal. Kadang, ada kalanya sudah merasa puas berjalan tanpa harus ada yang didokumentasikan atau justru karena kesibukan yang membuat banyak tulisan mangkir di jalan.

            Momentum kali ini, yang ingin saya lakukan hanyalah mengurai kenangan. Yaa, semua memang sudah menjadi kenangan. Tentunya menjadi kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan bersamamu sahabatku, Priyo Nugroho.

Kami semua kehilangan kamu. Rasanya baru kemarin kita saling kenal. Dan kota Jember adalah titik dimana perjalanan itu dimulai. Kamu adalah pria baik yang sangat sopan dan menghormati perempuan, seiring dengan kalimat singkat yang sering kau ucap “aku ingat ibuku” Berapa banyak kenangan yang kamu tinggalkan untuk kami? Bahkan dalam jumlah hitungan pun mayoritas berada dalam lingkup kebaikan. Tuhan sangat menyayangimu sehingga kau diambil lebih dulu. Tepat 4 November 2013, kabar itu sampai di telingaku. Kamu pulang dengan jalan yang tak diduga oleh siapapun. Kecelakaan di kota Pasuruan membuatmu meninggalkan kami semua, yang mencintaimu.

Rasanya baru kemarin kita ketemu untuk pertama kalinya. Ntah awalnya dimulai dari mana, yang pasti pertemuan itu menjadikan kita sahabat yang tak termakan jarak. Saya masih ingat, saat itu bulan Mei. Dengan beberapa teman yang lain kita habiskan satu malam di rumahmu, sambil menengok malam di Alun-Alun kota Batu. Usai itu, kita pilih kuliner yang beragam, kekenyangan dan pulang lagi ke rumahmu di daerah Bumiaji, Batu. Masih tak puas dengan itu, kamu sengaja membuat tahu goreng favoritmu untuk kami yang sedang main kartu tanpa aturan. Yaa, salah satu keahlian kamu memang memasak. Dan kami semua mengakui bahwa masakanmu tak kalah enak dengan koki layaknya para wanita, Priyo. Esoknya, pagi-pagi sekali kita langsung menantang hawa dingin dengan bersepeda ke Cangar.

Kamu adalah pria penuh ketenangan, kalem dan sangat rapi. Kamar kosmu adalah salah satu bukti yang mengatakannya. Dari sekian banyak teman pria yang sama-sama ngekos tapi kamu adalah sang juara kalau soal kebersihan, layaknya anak perempuan yang sangat rapi. Itu juga kan alasan banyak teman-teman kita suka banget main ke kosanmu untuk sekedar mengisi waktu luang atau bahkan sengaja menginap dengan alasan segudang tugas kuliah. Saya masih ingat, kamu sangat bersemangat ketika lagu Avenged Sevenfold mulai saya mainkan dari komputer di kamar kosmu. Aaah.. Priyo, kangen makan sate langganan kamu di bundaran jalan jawa. Saya masih ingat, waktu kita saling tanya makanan favorit. Dan sate adalah makanan top buat kita. Kamu dengan berseri-seri bilang ”Kaaaa.. sate disini enak” Yaa, lumayan. Kamu juga tak salah ngasih nilai ke abang sate itu.

Pasti banyak yang merasakan kepergianmu. Kita sama-sama tau, namamu sudah beken di kalangan perempuan di kampus. Kata mereka, kamu itu charming Priyo. Yaa, jadi ingat dulu... selepas dari Batu, salah satu teman bercerita kalau kamu lagi dekat dengan maba. Kamu pun sering curhat soal itu. Ada beberapa nama perempuan yang slalu kamu sebut dalam setiap celotehmu. Waktu JFC 2011, kamu pun dikunjungi salah satu fans berat dari Malang dan akhirnya kita nonton sama-sama di tengah lautan manusia. Masih penuh tawa.

Sahabat, rasanya kangen jalan bareng-bareng. Ingat kan.. Tahun lalu, kamu ikut event akademis yang akhirnya menuntunmu untuk singgah di Jakarta. Tinggal di asramaku untuk beberapa hari dan berkelana singkat disini. Di suatu siang, kamu menungguku di perpustakaan Paramadina cukup lama. Dengan tenang kamu membaca beberapa buku disana, tanpa marah menungguku yang masih terbelenggu jam kuliah. Setelah itu, saya sengaja mengajak beberapa teman kuliah untuk kuliner ke BlokM. Kamu pun tanpa banyak minta menikmati makanan yang kita pesan rame-rame. Saya sengaja mengajak mereka agar kamu juga mengenal teman-temanku disini. Lalu malamnya kita habiskan waktu di Skydining. Hhmm, saya jadi ingat satu hal Priyo. Belum sempat mengantarmu ke Bogor untuk bertemu kerabatmu itu. Maaf yaa..

Kamu masih ingat juga kan, waktu kita masak-masak di rumah Yink buat makan malem. Belanja malem-malem ke Pasar Tanjung sesuai dengan pesananmu. Semua teman-teman kita bilang ”Priyo aja yang masak..!” Roomiiee, Mbakdee, Edwin, Mas Rafli, Ayiep, Unyil Risa, Rezel, Yink, Nia, Happy, Bunsasha, Ipuls, Maya dan masih banyak yang lain tau masakanmu memang menggoda bagi kami anak-anak kos.
Priyo, diambil dari profile picture twitternya
Priyo, terima kasih telah banyak membantuku selama aku ke Jember. Menemani, mensupport, bahkan kamu juga membantu temanku yang sama sekali belum kamu kenal. Saat JFC 2012, kamu dengan lapang membiarkan mereka untuk tinggal bareng di kosanmu. Dan akhirnya beberapa hari selanjutnya, kita beres-beres kamar karena kamu dapet kontrakan baru. Bukan lagi kamar, melainkan rumah yang jaraknya lebih jauh dari kos sebelumnya menuju kampusmu. Pindahan rame-rame rasanya menyenangkan yaa.. Kemarin pun saya memberikan kabar tentang kepergianmu ke beberapa teman disini yang mengenalmu. Mereka semua terkejut, Priyo. Mereka juga kehilangan.

Pertama kali mendengar kabar kepergianmu yang dikarenakan kecelakaan, saya langsung teringat perjalanan kita dari Jember ke Malang, Juni 2012. Saat itu saya sedang mengikuti Ijen Festival, event yang menyatukan para traveller dari seluruh dunia di kaki gunung Ijen. Event tersebut sungguh luar biasa menurut saya. Diadakan di kota kecil, yang bertetangga dengan kota Jember. Bondowoso. Hhmm.. Sepertinya lebih baik cerita soal Ijen Festival dikupas di episode yang lain saja yaa.

Kali itu, saya tidak ingin singgah di Jember seusai Ijen Festival digelar. Mengapa? Karena ada sedikit masalah rumit saja. Padahal jarak dari Bondowoso ke Jember hanya 30 menit. Banyak teman yang menyuruh saya mampir, meski sebentar. Tapi saya tetap saja tidak mengiyakan. Dan siang itu, teleponku berdering. Kamu masih sama seperti yang lain, menyuruhku singgah di Jember. Dengan banyak cara kamu mengajakku lewat obrolan-obrolan yang berupa nasehat. Sampai kini ku ingat dengan jelas. Dengan tenangnya kamu meyakinkan bahwa banyak teman yang menungguku disana. Jangan hanya karena satu makanan pahit yang disajikan, kamu juga akan menolak makanan manis yang diberikan dengan suka cita. Yaa, inilah nasehatmu yang ku bahasakan sendiri menurut persepsiku. Akhirnya saya benar-benar memutuskan dari Bondowoso untuk ke Jember dulu. Priyo menjemputku di terminal Patrang malam itu.

Agenda saya, maunya besok langsung melanjutkan perjalanan ke Malang. Namun, Priyo justru langsung menolak tanpa ajakan. Ia sengaja mengajak saya untuk pulang bareng ke Malang. Tentunya bukan besok karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Akhirnya saya bisa berkumpul dengan teman-teman yang ku rindukan disana sampai besok malam. Keesokan harinya, dari Jember saya pulang bersama Priyo ke Malang. Ba’da subuh naik motor dari tempat dimana ia menuntut ilmu di akhir hayatnya. Saya masih ingat waktu kamu mencoba meyakinkan agar saya mau pulang bareng dengan berkendara di pagi buta. Jujur saja, itu adalah pertama kalinya saya otw Jember – Malang via motor, meski hanya dibonceng. Dan itu dengan kamu, sahabatku. Excited, itulah yang saya rasakan karena kamu pun tau travelling adalah hobi permanen saya.

Saat saya tau kepergianmu karena kecelakaan, rasanya ada yang bergemuruh di hati. Bayangkan saja, kita pernah melakukan perjalanan itu bersama. Rangkaian cerita ini sungguh kelu jika diingat kembali. Semuanya akan teringat dengan jelas di hati, sampai kapanpun. Mengunjungi pusaramu kemarin, hanya ada bunga putih yang menghiasi. Saya nggak tau kenapa hanya ada bunga putih. Tapi ingin rasanya menaburkan bunga warna-warni agar pusaramu terlihat lebih ceria. Lebih bersemangat. Meski mungkin keinginan ini terlihat aneh untuk orang lain.

Selamat jalan Priyo..
Banyak kebaikan dan kenangan manis yang kau tinggalkan. Tanpa ada goresan luka di hati kami, sahabat-sahabat yang akan slalu mendoakanmu dari sini. Bahkan kepergianmu juga yang kini membangunkanku, menggerakkan hati dan tanganku untuk menulis lagi dari absen panjang beberapa bulan. Rasanya belum puas bersua tapi Tuhan sudah mengambilmu terlebih dulu. Padahal baru kemarin juga kamu ngajak ke Jogjakarta cuma buat travelling sembari hunting buku untuk bekal skripsimu. Baru saja kau mulai berpetualang dengan gregetnya ngerjain skripsi di semester IX perkuliahan. Priyo, kau pasti juga sudah tau betapa keluargamu sangat mencintaimu. Kau adalah putra kebanggaan ibumu. Dengan muka sendu beliau bercerita bagaimana bangganya memiliki putra sepertimu. Baik, penuh kasih, slalu menerima dan tak banyak minta. Beliau menyadari, semua sudah digariskan olehNya. Hanya doa yang akan diagungkan agar kau bahagia disana. Saya yakin, saat ini kamu pun bisa tersenyum disana seperti yang selalu kamu lakukan semasa hidupmu.

Pasti saya akan merindukan moment-moment saat kita berkumpul, saling ejek,  bercanda dan melakukan banyak hal bersama-sama. nggak ada lagi yang akan menemaniku pesan oreo smurf  di pujasera dekat alun-alun Jember. Itu kan minuman favorit kita disana.

Mungkin hari ini kita gak ketemu, semoga di lain waktu dan tempat kita bisa bertemu kembali. Selamat menikmati kota Batu J  Kalimat terakhir darimu ini sungguh membuat pilu. Mungkin saat kamu ngetwitt pesan terakhir ini, kamu sengaja ingin memberikan pertanda kepada orang-orang yang selalu merindukanmu. Kelak disuatu hari, kita akan berkumpul lagi di alam yang sudah dijanjikan Tuhan.

27 Januari 2013

Es Krim Tentrem, Es Krim Legendaris Kota Solo

Seperti namanya ‘Tentrem’, orang yang makan es krim ini pun juga akan merasa ‘tentrem’ hatinya. Moodynya akan berubah bagus dan pasti membuat keceriaan di sepanjang waktu itu. Es Krim menurut saya bukan hanya makanan istimewa, tetapi es krim adalah makanan ringan yang menyenangkan, magic dan memiliki ikatan yang kuat dengan manusianya, lebih tepatnya dengan saya. Es krim menjadi teman setia untuk banyak waktu, untuk banyak kisah dan juga untuk banyak diskusi panjang tentang bermacam-macam hal. That’s why i love to be ice cream lover, especially home made ice cream.

Es krim menurut saya adalah sesuatu yang memiliki nyawa, bukan hanya untuk dimakan. Namun, banyak yang bisa diambil dari sebuah rasa bernama es krim. Ini menjadi beberapa alasan mengapa saya selalu mengatakan bertemu surga ketika menemukan es krim, lalu memakannya. Yaa,es krim adalah bentuk surga kecil yang ada di dunia nyata. Surga tidak perlu dicari jauh-jauh menerawang ke zaman antah berantah. Cukup temukan sesuatu yang membuat kita nyaman dan bahagia, itu menurut saya definisi surga yang sebenarnya saat ini.

Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi Toko Es Krim tentrem dengan suka cita. Bagaimana tidak, saya akan bertemu dengan es krim legendaris. Perjalanan dari Jakarta menuju Jogjakarta dihiasi senyum semanis es krim. Setelah sampai di Jogjakarta, saya stay beberapa jam lalu melanjutkan perjalanan lagi ke Solo naik KA Madiun Jaya dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Solo Balapan.
KA AC Ekonomi Madiun Jaya
Stasiun Solo Balapan
Waktu yang paling bagus untuk makan es krim adalah antara sore menuju malam. Saya suka melakukan ritual ini bersama es krim. Dan cerita kali ini akan membahas surga kecil yang bernama es krim tentrem yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah.
Es Krim Tentrem Solo menjadi tujuan utama saya mengunjungi kota yang penuh dengan pesona budaya ini. Saya berangkat ke Solo setelah mencoba Toko Oen Malang, Ragusa Ice Cream di Jakarta dan Zangrandi Ice Cream di Surabaya yang menyajikan es krim yang sama. the legend and be home made ice cream. Bedanya dari beberapa toko es krim ini, yang paling sering saya kunjungi adalah Toko Oen Malang karena kebetulan juga berdomisili di kota saya sendiri.
Es Krim Tentrem memiliki varian rasa es krim yang beragam, tentunya semuanya manis. Manis yang tercipta dari home made ice cream tentu berasal dari gula dan susu sapi asli. Tanpa bahan pengawet. Yang membuat Es Krim Tentrem Solo sedikit berbeda adalah warnanya. Biasanya home made ice cream terlihat berwarna pucat atau warna-warna pastel. Tidak terlalu mencolok warnanya seperti es krim-es krim yang diproduksi secara masal. 
Es Krim Tentrem dibuat dengan warna yang lebih membuat mata melek seketika. Warnanya lebih eyecatching dan menarik sehingga nafsu makan pun juga akan bertambah. Efeknya, semangat makan es krim akan meledak saat itu juga.
Rainbow Ice Cream, es krim terbaru di Toko Es Krim Tentrem
Tidak lupa, pasti akan selalu ada satu gelas air putih yang melengkapi satu porsi es krim. Air putih ini berfungsi menjadi penawar setelah makan es krim karena biasanya manisnya home made ice cream dan ice cream mass production jelas akan berbeda. Jadi, air putih tersebut jangan diminum di awal atau jangan diminum sebelum makan es krim.

Tapi untuk saya pribadi, saya biasanya tidak langsung memakannya. Saya pasti akan melihat detail sajian es krim terlebih dahulu. Biasanya juga dibarengi dengan jepretan kamera ke sudut-sudut es krim ini. Saya punya hobi ini sejak lama. Mengabadikan es krim terlebih dahulu sebelum memakannya.
Complete, one order
Es Krim Tentrem terletak di Jl. Urip Sumoharjo, dekat dengan Toko Roti Orion. Kawasan ini memang menjadi kawasan ruko dengan berbagai jenis barang yang dijual. Jl. Urip Sumoharjo menjadi salah satu jalan protokol di Kota Solo. Es Krim Tentrem merupakan tempat wisata kuliner yang menjadi destinasi para wisatawan yang datang ke Solo. Biasanya mereka adalah rombongan keluarga. Saya sempat menanyakan kepada waitress disana bahwa pengunjung memang lebih banyak berasal dari luar kota Solo. Jika musim liburan, toko es krim ini lebih ramai.

Pemilik Es Krim Tentrem saat ini adalah bapak Sulaiman. Ia merupakan keturunan Tionghoa. Bisnis ini menjadi bisnis utamanya saat ini dan beliau tidak akan pernah menjual warisan yang menjadi legenda di Kota Solo. Bahkan beliau berniat akan mewariskan bisnis ini kepada anak cucunya agar Es Krim Tentrem tetap terjaga kelestariannya. Unsur Tionghoa ata China itu masih melekat kuat di toko es krim ini, seperti yang ada pada ukiran-ukiran perabotnya.
Untuk soal harga, Es Krim Tentrem menjadi yang paling mudah dijangkau. Harganya sangat murah. Apalagi jika dibandingkan dengan Toko Oen, Zangrandi atau pun Ragusa. Es Krim Tentrem menjadi satu-satunya home made ice cream di Kota Solo. Ia juga menjadi warisan untuk Kota Solo karena toko es krim ini ada sejak zaman tempo dulu dan tetap bertahan hingga saat ini. Bertahan dengan tetap menggunakan cara tradisional. 
Oleh karena itu, Es Krim Tentrem juga menjadi brand heritage Kota Solo. Bukan hanya menjadi bisnis yang sudah lama berdiri tetapi Es Krim Tentrem juga mempunyai sejarah panjang yang ceritanya masih dinikmati oleh masyarakat hingga sekarang.

26 Januari 2013

Satu Sinergi



"aku bahagia karena kamu, aku seperti ini juga karena kamu 
dan aku suka dengan diriku yang seperti  ini"
Sebuah pesan singkat yang masuk ke handpone malam itu,

Sebenarnya bukan karena  aku atau kamu
Namun, memang karena kita yang sudah bersinergi jadi satu
Bukan kata 'satu', aku atau kamu

Bahagia harus muncul dari diri sendiri
Agar kita sama-sama lebih kuat
Bukan karena aku atau kamu yang membuatnya secara pribadi
Bukan pula kata 'sendiri' yang jadi melekat


Yang aku yakini..
Tuhan mengirimkan bahagia itu lewat aku dan juga  kamu
Lalu, rasa itu kita cerna  bersama-sama dalam waktu
Itu saja

Semoga kita menjadi pribadi yang lebih berkualitas, Amin..