7 November 2013

#RIP Sahabat Penuh Ketenangan

Sudah lama sekali rasanya saya tertidur di beranda. Tak pernah mengurai cerita atau hanya sekedar mengunjungi tempat berekspresi di blog ini. Banyak perjalanan dan kisah petualangan yang rupanya tak sempat terpampang untuk dibaca. Semuanya masih berdiam dalam sebuah realitas yang dinamakan dengan ide semata. Banyak judul yang sudah dipilih, juga rangkaian diksi yang sengaja ditata sederhana tapi tak urung cerita perjalanan tersebut masih saja tersendat oleh banyak hal. Kadang, ada kalanya sudah merasa puas berjalan tanpa harus ada yang didokumentasikan atau justru karena kesibukan yang membuat banyak tulisan mangkir di jalan.

            Momentum kali ini, yang ingin saya lakukan hanyalah mengurai kenangan. Yaa, semua memang sudah menjadi kenangan. Tentunya menjadi kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan bersamamu sahabatku, Priyo Nugroho.

Kami semua kehilangan kamu. Rasanya baru kemarin kita saling kenal. Dan kota Jember adalah titik dimana perjalanan itu dimulai. Kamu adalah pria baik yang sangat sopan dan menghormati perempuan, seiring dengan kalimat singkat yang sering kau ucap “aku ingat ibuku” Berapa banyak kenangan yang kamu tinggalkan untuk kami? Bahkan dalam jumlah hitungan pun mayoritas berada dalam lingkup kebaikan. Tuhan sangat menyayangimu sehingga kau diambil lebih dulu. Tepat 4 November 2013, kabar itu sampai di telingaku. Kamu pulang dengan jalan yang tak diduga oleh siapapun. Kecelakaan di kota Pasuruan membuatmu meninggalkan kami semua, yang mencintaimu.

Rasanya baru kemarin kita ketemu untuk pertama kalinya. Ntah awalnya dimulai dari mana, yang pasti pertemuan itu menjadikan kita sahabat yang tak termakan jarak. Saya masih ingat, saat itu bulan Mei. Dengan beberapa teman yang lain kita habiskan satu malam di rumahmu, sambil menengok malam di Alun-Alun kota Batu. Usai itu, kita pilih kuliner yang beragam, kekenyangan dan pulang lagi ke rumahmu di daerah Bumiaji, Batu. Masih tak puas dengan itu, kamu sengaja membuat tahu goreng favoritmu untuk kami yang sedang main kartu tanpa aturan. Yaa, salah satu keahlian kamu memang memasak. Dan kami semua mengakui bahwa masakanmu tak kalah enak dengan koki layaknya para wanita, Priyo. Esoknya, pagi-pagi sekali kita langsung menantang hawa dingin dengan bersepeda ke Cangar.

Kamu adalah pria penuh ketenangan, kalem dan sangat rapi. Kamar kosmu adalah salah satu bukti yang mengatakannya. Dari sekian banyak teman pria yang sama-sama ngekos tapi kamu adalah sang juara kalau soal kebersihan, layaknya anak perempuan yang sangat rapi. Itu juga kan alasan banyak teman-teman kita suka banget main ke kosanmu untuk sekedar mengisi waktu luang atau bahkan sengaja menginap dengan alasan segudang tugas kuliah. Saya masih ingat, kamu sangat bersemangat ketika lagu Avenged Sevenfold mulai saya mainkan dari komputer di kamar kosmu. Aaah.. Priyo, kangen makan sate langganan kamu di bundaran jalan jawa. Saya masih ingat, waktu kita saling tanya makanan favorit. Dan sate adalah makanan top buat kita. Kamu dengan berseri-seri bilang ”Kaaaa.. sate disini enak” Yaa, lumayan. Kamu juga tak salah ngasih nilai ke abang sate itu.

Pasti banyak yang merasakan kepergianmu. Kita sama-sama tau, namamu sudah beken di kalangan perempuan di kampus. Kata mereka, kamu itu charming Priyo. Yaa, jadi ingat dulu... selepas dari Batu, salah satu teman bercerita kalau kamu lagi dekat dengan maba. Kamu pun sering curhat soal itu. Ada beberapa nama perempuan yang slalu kamu sebut dalam setiap celotehmu. Waktu JFC 2011, kamu pun dikunjungi salah satu fans berat dari Malang dan akhirnya kita nonton sama-sama di tengah lautan manusia. Masih penuh tawa.

Sahabat, rasanya kangen jalan bareng-bareng. Ingat kan.. Tahun lalu, kamu ikut event akademis yang akhirnya menuntunmu untuk singgah di Jakarta. Tinggal di asramaku untuk beberapa hari dan berkelana singkat disini. Di suatu siang, kamu menungguku di perpustakaan Paramadina cukup lama. Dengan tenang kamu membaca beberapa buku disana, tanpa marah menungguku yang masih terbelenggu jam kuliah. Setelah itu, saya sengaja mengajak beberapa teman kuliah untuk kuliner ke BlokM. Kamu pun tanpa banyak minta menikmati makanan yang kita pesan rame-rame. Saya sengaja mengajak mereka agar kamu juga mengenal teman-temanku disini. Lalu malamnya kita habiskan waktu di Skydining. Hhmm, saya jadi ingat satu hal Priyo. Belum sempat mengantarmu ke Bogor untuk bertemu kerabatmu itu. Maaf yaa..

Kamu masih ingat juga kan, waktu kita masak-masak di rumah Yink buat makan malem. Belanja malem-malem ke Pasar Tanjung sesuai dengan pesananmu. Semua teman-teman kita bilang ”Priyo aja yang masak..!” Roomiiee, Mbakdee, Edwin, Mas Rafli, Ayiep, Unyil Risa, Rezel, Yink, Nia, Happy, Bunsasha, Ipuls, Maya dan masih banyak yang lain tau masakanmu memang menggoda bagi kami anak-anak kos.
Priyo, diambil dari profile picture twitternya
Priyo, terima kasih telah banyak membantuku selama aku ke Jember. Menemani, mensupport, bahkan kamu juga membantu temanku yang sama sekali belum kamu kenal. Saat JFC 2012, kamu dengan lapang membiarkan mereka untuk tinggal bareng di kosanmu. Dan akhirnya beberapa hari selanjutnya, kita beres-beres kamar karena kamu dapet kontrakan baru. Bukan lagi kamar, melainkan rumah yang jaraknya lebih jauh dari kos sebelumnya menuju kampusmu. Pindahan rame-rame rasanya menyenangkan yaa.. Kemarin pun saya memberikan kabar tentang kepergianmu ke beberapa teman disini yang mengenalmu. Mereka semua terkejut, Priyo. Mereka juga kehilangan.

Pertama kali mendengar kabar kepergianmu yang dikarenakan kecelakaan, saya langsung teringat perjalanan kita dari Jember ke Malang, Juni 2012. Saat itu saya sedang mengikuti Ijen Festival, event yang menyatukan para traveller dari seluruh dunia di kaki gunung Ijen. Event tersebut sungguh luar biasa menurut saya. Diadakan di kota kecil, yang bertetangga dengan kota Jember. Bondowoso. Hhmm.. Sepertinya lebih baik cerita soal Ijen Festival dikupas di episode yang lain saja yaa.

Kali itu, saya tidak ingin singgah di Jember seusai Ijen Festival digelar. Mengapa? Karena ada sedikit masalah rumit saja. Padahal jarak dari Bondowoso ke Jember hanya 30 menit. Banyak teman yang menyuruh saya mampir, meski sebentar. Tapi saya tetap saja tidak mengiyakan. Dan siang itu, teleponku berdering. Kamu masih sama seperti yang lain, menyuruhku singgah di Jember. Dengan banyak cara kamu mengajakku lewat obrolan-obrolan yang berupa nasehat. Sampai kini ku ingat dengan jelas. Dengan tenangnya kamu meyakinkan bahwa banyak teman yang menungguku disana. Jangan hanya karena satu makanan pahit yang disajikan, kamu juga akan menolak makanan manis yang diberikan dengan suka cita. Yaa, inilah nasehatmu yang ku bahasakan sendiri menurut persepsiku. Akhirnya saya benar-benar memutuskan dari Bondowoso untuk ke Jember dulu. Priyo menjemputku di terminal Patrang malam itu.

Agenda saya, maunya besok langsung melanjutkan perjalanan ke Malang. Namun, Priyo justru langsung menolak tanpa ajakan. Ia sengaja mengajak saya untuk pulang bareng ke Malang. Tentunya bukan besok karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Akhirnya saya bisa berkumpul dengan teman-teman yang ku rindukan disana sampai besok malam. Keesokan harinya, dari Jember saya pulang bersama Priyo ke Malang. Ba’da subuh naik motor dari tempat dimana ia menuntut ilmu di akhir hayatnya. Saya masih ingat waktu kamu mencoba meyakinkan agar saya mau pulang bareng dengan berkendara di pagi buta. Jujur saja, itu adalah pertama kalinya saya otw Jember – Malang via motor, meski hanya dibonceng. Dan itu dengan kamu, sahabatku. Excited, itulah yang saya rasakan karena kamu pun tau travelling adalah hobi permanen saya.

Saat saya tau kepergianmu karena kecelakaan, rasanya ada yang bergemuruh di hati. Bayangkan saja, kita pernah melakukan perjalanan itu bersama. Rangkaian cerita ini sungguh kelu jika diingat kembali. Semuanya akan teringat dengan jelas di hati, sampai kapanpun. Mengunjungi pusaramu kemarin, hanya ada bunga putih yang menghiasi. Saya nggak tau kenapa hanya ada bunga putih. Tapi ingin rasanya menaburkan bunga warna-warni agar pusaramu terlihat lebih ceria. Lebih bersemangat. Meski mungkin keinginan ini terlihat aneh untuk orang lain.

Selamat jalan Priyo..
Banyak kebaikan dan kenangan manis yang kau tinggalkan. Tanpa ada goresan luka di hati kami, sahabat-sahabat yang akan slalu mendoakanmu dari sini. Bahkan kepergianmu juga yang kini membangunkanku, menggerakkan hati dan tanganku untuk menulis lagi dari absen panjang beberapa bulan. Rasanya belum puas bersua tapi Tuhan sudah mengambilmu terlebih dulu. Padahal baru kemarin juga kamu ngajak ke Jogjakarta cuma buat travelling sembari hunting buku untuk bekal skripsimu. Baru saja kau mulai berpetualang dengan gregetnya ngerjain skripsi di semester IX perkuliahan. Priyo, kau pasti juga sudah tau betapa keluargamu sangat mencintaimu. Kau adalah putra kebanggaan ibumu. Dengan muka sendu beliau bercerita bagaimana bangganya memiliki putra sepertimu. Baik, penuh kasih, slalu menerima dan tak banyak minta. Beliau menyadari, semua sudah digariskan olehNya. Hanya doa yang akan diagungkan agar kau bahagia disana. Saya yakin, saat ini kamu pun bisa tersenyum disana seperti yang selalu kamu lakukan semasa hidupmu.

Pasti saya akan merindukan moment-moment saat kita berkumpul, saling ejek,  bercanda dan melakukan banyak hal bersama-sama. nggak ada lagi yang akan menemaniku pesan oreo smurf  di pujasera dekat alun-alun Jember. Itu kan minuman favorit kita disana.

Mungkin hari ini kita gak ketemu, semoga di lain waktu dan tempat kita bisa bertemu kembali. Selamat menikmati kota Batu J  Kalimat terakhir darimu ini sungguh membuat pilu. Mungkin saat kamu ngetwitt pesan terakhir ini, kamu sengaja ingin memberikan pertanda kepada orang-orang yang selalu merindukanmu. Kelak disuatu hari, kita akan berkumpul lagi di alam yang sudah dijanjikan Tuhan.

3 komentar: