31 Oktober 2012

Teman Hidup

Artikel ini saya posting sejalan dengan tujuan saya membagi rasa bahagia. Bahagia karena selalu dan terus dilimpahkan mukjizat serta nikmat Tuhan yang tiada tara. Hhmm.. semuanya karena rasa syukur kepada yang punya hidup terus mengalir. 

Saya mengambil judul artikel kali ini dari sebuah lagu. Lagu yang dinyanyikan oleh Tulus. Satu minggu sebelum saya balik ke Malang, saya menemukan lagu ini diantara sekian banyak playlist. Salah satu teman sekaligus kakak bagi saya memberikan referensi lagu ini. Mengapa lagu ini? Mungkin dia memang melihat aura kembang-kembang yang mengelilingi saya saat itu. Hhee..

Rasanya judul yang satu ini seperti mengambil 75% perhatian saya. Ketika saya menulis sekarang, sebenarnya saya juga ingin selalu menyanyikan lagu ini. Saya juga kaget ketika teman saya itu bilang, "saya ingin lagu ini menjadi playlist di resepsi pernikahan saya nanti" Hhmm, makjleb gitu dengernya. sampai punya angan-angan khusus yang privat dengan lagu ini di momen bahagianya nanti. But, i wish it could for you mbak Risma.

Lagu ini begitu dekat dengan realitas yang ada saat ini. Realitas kehidupan saya, kehidupan Neptunus. Kehadiran lagu ini sesuai dengan momentumnya. Bahagianyaaa..


Teman Hidup 
Dia indah meretas gundah

Dia yang selama ini ku nanti
Membawa sejuk, memanja rasa
Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nanti
Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah
Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau jiwa yang selalu aku puja
Saya suka lagu ini bukan hanya karena liriknya tetapi karena visualisasi video yang disajikan juga penuh dengan personal touch. Jogjakarta yang hangat dengan senyuman penghuninya. Di hati saya, Jogjakarta memiliki porsi yang hampir sama seperti Bali. Tak akan tergantikan dan akan selalu membahagiakan. Hangat romansanya.

30 Oktober 2012

Semakin Merona

Siang ini saya tiba lagi di kota yang penuh hiruk pikuk. Bukan hanya hiruk pikuk arusnya tetapi juga schedulenya. Tanah rantau yang sudah memberikan banyak pelajaran kehidupan. Banyak rasa yang sudah dilalui, semoga tidak membuat saya terlena dengan kebahagiaan. Pulang ke Malang kali ini membawa sejuta cerita manis dan hangat. Begitu hangat.

Satu minggu lebih satu hari saya di Malang. Niat awal untuk pulang adalah untuk riset tentang suatu hal yang memang sedang saya tekuni belakangan ini. Namun, seiring berjalannya waktu selama satu minggu itu, saya rasa malah jadi turn of main point. Bukan hanya riset semata, tetapi lebih dari itu.

Satu minggu ini memberi banyak senyuman, banyak kejutan dan banyak rasa kebahagiaan. Di tahun ke-4 inilah saya bisa merasakan lebaran idhul adha bersama keluarga terkasih di rumah. Pasalnya, lebaran idul adha di tahun pertama, saya habiskan di Tangerang, tahun kedua di Serang, tahun ketiga di Jogja dan sekarang Malang mendapat giliran. Yeeaaay. Rasanya senang sekali. 

Apalagi sebelum lebaran tiba, saya juga mendapat banyak kado bahagia dari Tuhan. Tentang surga kecil yang bernama Ice Cream, di Toko Oen Malang maupun di Zangrandi, Surabaya dan juga tentang Neptunusku. Itu semua melebihi kata senang. Membuat hati terasa orange, peach dan kebiruan. Hhmm, kenapa tiga warna itu yang mesti dipilih? Yaa.. tentu saja karena itu warna favorit saya. Dan warna itu menunjukkan kebahagiaan saya. 
Lebaran idul adha kali ini juga bertepatan dengan long weekend. Yaa meski menurut saya sama sekali tidak terasa long weekendnya. Berdekatan dengan orang-orang terkasih menjadikan waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. For sure, Selamat lebaran, selamat liburan dan selamat pacaran :)

Sudah cukup ‘intermezzo bahagia’ nya, sekarang saatnya kembali ke realitas yang ada. Bertemu dengan banyak kerjaan, deadline, tugas dan tanggung jawab. Mengapa saya bilang seperti ini? Karena setiap kali pulang, sebisa mungkin saya manfaatkan momen itu menjadi quality time. Saya sering menghentikan agenda atau benar-benar mematikan komunikasi agar bisa benar-benar menikmati waktu bersama orang-orang terkasih. Harapannya adalah ketika di Malang, hal-hal yang berbau Jakarta saya pending dulu sehingga sebelum saya ke Malang pun, tanggung jawab itu harus diselesaikan terlebih dahulu. 

Saya sangat paham bahwa saya (sudah) dinanti-nantikan banyak orang di kota saya. Tanggung jawab yang saya emban begitu besar dan harus dikerjakan dengan maksimal agar tidak mengecewakan banyak pihak yang sudah dan selalu mensupport saya. Yang selalu bangga dengan apa yang saya lakukan saat ini. Semoga saya bisa melancarkan misi saya untuk ummat ini. Semoga saya juga bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak semoganya, juga harus banyak usaha positif untuk meraihnya. Senyum, semangat!
Rasanya kembali ke Jakarta dengan rasa yang lebih luar biasa karena hati sudah memilih. Memilih yang terbaik diantara mereka yang baik. Insyaallah, dewa neptunus pun mengiyakan statement ini. Saya percaya proses yang sudah cukup panjang ini memang mengatakan ‘iya’ untuk kita. Dikejar banyak orang membuat mata semakin jeli dan teliti, tidak asal nyangkut dan bilang ‘iya’ kepada salah satunya. Ini jawaban terbaik dari adanya radar yang menyatukan hati, bahwa semua indah pada waktunya. Jarak dan waktu yang berjalan akan mengajarkan kita banyak hal. Jadi, tidak ada alasan untuk mengalami degradasi kualitas diri yaa.

Tentu saja, kali ini es krim mempunyai banyak kunci happiness. More than happiness. Es krim menjadi sejarah yang begitu (dan akan selalu) mempesona. Semoga ghirahnya akan tetap sama, di awal hingga ujung meski sebenarnya rasa ‘itu’ tak punya ujung. 

Semoga semuanya membawa manfaat dan menjadikan hidup lebih baik. Neptunusku, harus sabar dan terus belajar. Rasa kangen pasti akan terus mengembang setiap hari. Tapi semuanya patut disyukuri karena masih bisa merasakannya. Saya juga sangat percaya bahwa rasa kangen adalah bentuk anugrah. Kangen itu juga yang pada akhirnya membuat hari-hari semakin berwarna. Terima kasih untuk kasih. 

Kembali semangat dan kembali mengumpulkan banyak amunisi untuk bekal pulang.September was wonderful but october more than it. More happily. Senyum, semangat dan bersyukur itu wajib ada setiap hari, tidak boleh tidak. Karena hal itu pula yang menjadikan dunia menjadi penuh warna. Penuh magic! Alhamdulillah.. Semakin bahagia, semakin semangat, semakin bersyukur, semakin dan semakin :*

21 Oktober 2012

Orang Tua dan Mendongeng


Orang tua merupakan aset yang paling penting dalam mendidik anak. Hubungan emosional antara keduanya sangatlah dipentingkan untuk menunjang tumbuh kembang anak secara optimal. Secara psikologis anak sangatlah membutuhkan perhatian dari orang tua karena seharusnya yang paling dekat dengan sang anak yaa orang tuanya, bukan lagi orang lain. Hal ini saya refleksikan terhadap pengalaman saya pribadi. Bahkankah sudah seharusnya orang tua harus menjadi yang terdekat, melebihi pacar atau pun sahabat. 

Saya pun seperti ini. Orang tua saya menjadi orang yang pertama kali tau, yang pertama kali saya kasih cerita tentang apapun yang terjadi pada kehidupan saya. Hal apapun, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Justru saya tidak akan bisa cerita kepada orang lain sebelum saya cerita ke orang tua dulu. Teman curhat terbaik saya adalah ibu saya sendiri. Selama ini ibu juga menjadi sahabat, teman dan sekaligus kakak terbaik untuk saya selain bapak dan adek.

Kembali soal anak dan orang tua, khususnya untuk usia balita, mendongeng menjadi salah satu kegiatan yang memiliki pengaruh besar dalam tumbuh kembang anak. Dongeng merupakan media visual yang berisi cerita-cerita positif dan bisa membangkitkan daya imaginasi pada anak serta membangun hati nurani. Sedangkan mendongeng merupakan kegiatan membacakan dongeng kepada anak atau sekelompok anak tentang tema yang dipilih. Banyak manfaat yang didapatkan dari kegiatan mendongeng. Tentu saja banyak pesan moral yang bisa disampaikan melalui kegiatan mendongeng. 

Mendongeng merupakan metode mengajar yang paling tua dan yang paling kuat pengaruhnya kepada anak. Pendidikan karakter juga bisa ditanamkan melalui kegiatan mendongeng. Apalagi usia anak adalah usia emas untuk menanamkan karakter yang akan dipakai dalam kehidupan selanjutnya. Di masa remaja, dewasa bahkan sampai tua sekalipun karena tingkat memorable usia anak-anak jauh lebih cemerlang.

Namun, dengan segala kelebihan yang dimiliki, saat ini kegiatan mendongeng justru sudah banyak ditinggalkan oleh para orang tua. Mendongeng dianggap merepotkan dan membuat para orang tua merasa semakin lelah setelah seharian bekerja. Mendongeng sebenarnya bukanlah kegiatan menidurkan anak tetapi lebih berfungsi untuk meningkatkan kedekatan ibu dan anak serta mengembangkan kemampuan otak anak. Kecerdasan emosional anak juga bisa tumbuh dari kegiatan mendongeng. Saat ibu mendongeng dengan kreatif, secara otomatis daya imajinasi anak juga akan tergugah dan tumbuh.

Jumlah jam tatap muka antara orang tua dan anak di kota-kota besar juga semakin berkurang akibat kesibukan. Kurangnya perhatian pada usia emas ini  merupakan kerugian bagi orang tua karena masa yang sangat strategis dan menentukan perkembangan anak akan berlalu begitu saja.

Disamping itu semakin berkembangnya era digital dewasa ini mengakibatkan penggunaan gadget lebih dirasa menjanjikan daripada harus berlama-lama menceritakan sebuah dongeng untuk anaknya. Akibatnya anak-anakpun semakin jauh dari dunia dongeng. Mereka tidak mengetahui dongeng dan pesan-pesan di dalamnya karena orang tua memang semakin jarang mendongengkan cerita untuk mereka.

Menurut saya ada semacam salah persepsi dalam memahami “bagaimana cara memperhatikan anak” Dengan semakin berkembangnya globalisasi sekarang ini, banyak orang tua modern yang menganggap bahwa cara memperhatikan anak adalah dengan memberikan gadget untuknya. Misalnya saja handphone atau yang lainnya. Sedangkan secara psikologis perhatian yang semacam ini efeknya jauh di bawah dibandingkan memperhatikan anak dengan cara meningkatkan kedekatan emosional antara keduanya. Bisa dibilang perhatian yang berbentuk kedekatan secara batin itu lebih top hasilnya daripada perhatian yang berbentuk phisicly. Setidaknya itu menurut saya pribadi.

Karena background keluarga saya yang sangat hangat dan bisa diungkapkan dengan statement ini: best ever family i meet, maka banyak pelajaran yang saya dapat untuk menjalani kehidupan ke depannya. Yang pasti saya ingin mendidik anak saya dengan cara orang tua terbaik saya dalam mendidik saya selama ini. Tentunya dengan ditambah segala perbaikan jika di dalamnya memang masih ada lubang berjamur. Saya ingin kedekatan antara saya dan anak saya nantinya juga sama seperti saya dan keluarga saya.

Really.. more than it. Love you ibuk, bapak, adek, kakek, nenek dan keluarga besar yang sudah membesarkan saya menjadi manusia yang mampu berpikir. Saya harus bisa menjadi orang tua yang lebih baik dari kedua orang tua saya (meski saya tahu orang tua saya adalah orang tua terbaik yang saya temui) Saya juga harus bisa mendidik cucu-cucu orang tua saya nanti menjadi kebanggaan keluarganya. Amin J

8 Oktober 2012

Sinopsis Modernisasi Bali

Iseng-iseng buat sinopsis tentang hal-hal yang paling disukai. Hhmm, atau suatu hal yang sebenarnya setiap hari selalu dekat dengan kita tapi kita jarang sekali menyadarinya. 

In this case, saya memang suka Bali. bahkan bisa dibilang menggandrungi pulau dewata dengan segala keindahannya tersebut. Budaya dan tradisi, salah satu sudut yang selalu saya amati. sudut dimana Bali selalu bisa membuat saya merasakan kembang-kembang gula. Berkali-kali kesana tidak akan pernah muncul rasa bosan. Just Bali.

Nah, mulai saja yaa cerita sinopsisnya. Namanya saja sinopsis, singkat dan tidak bertele-tele. Mewakili keseluruhan tema yang akan dibahas dan membahas masalah secara general.
***

Bali kaya akan ritual dan tradisi yang mengakar pada kehidupan masyarakatnya. Hal itu yang selalu bisa kita saksikan ketika kita mengunjungi pulau dewata nan indah ini. Begitu banyak sajian budaya yang kaya akan makna.  Tentunya itu menjadi keunikan tersendiri bagi pengunjung yang datang, terlebih lagi bagi mereka yang memang menyukai budaya atau hanya sekedar menjadi pengamat budaya. Sayangnya, dengan semakin berkembangnya globalisasi, keaslian tradisi dan ritual-ritual tersebut mengalami degradasi nilai dan korosi kultural. Agama pasar yang masuk ke wilayah Bali menjadikan ritual yang disakralkan menjadi absurd.

6 Oktober 2012

Visi Mulia Untuk Jadi Akademisi

Siapa yang tidak tahu guru? Jawabannya pasti sorak sorai. Bahkan anak PAUD pun pasti tahu ketika ditanya soal guru. Manusia-manusia mulia yang hadir disekeliling kita hampir setengah hari penuh mendidik kita. ntah itu di bangku formal sekolah atau informal. Bisa dibilang guru adalah orang terdekat kedua setelah orang tua saya sendiri.

Sebenarnya saya mendapatkan insight nulis artikel ini ketika dalam perjalanan Jakarta – Jogjakarta dalam menunaikan sebuah misi penting. Hari itu bertepatan dengan  hari guru internasional, 4 oktober 2012 kemarin. Ketika itu kereta sudah mendekati Jogjakarta. Pagi yang sangat cerah ditambah dengan pemandangan yang serba menyejukkan hati dan mata.

Sepanjang jalan banyak anak yang berangkat sekolah. Banyak dari mereka yang diantar oleh orang tua tercintanya. Kebanyakan adalah bapak-bapak. Alasannya mungkin ibu-ibu sedang sibuk mengurus domestik rumah tangga keluarganya. Orang tua itu memasang wajah sumringah dan penuh harapan menatap masa depan anaknya. Sebenarnya ini refleksi perjalanan hidup saya sendiri. Ingat kalau dulu pas sekolah juga seperti ini. Hheee.. Sesampainya di sekolah, mereka akan disambut guru-guru yang hangat dan mendidik. They’re transfer of values to the students.

Happy world’s teachers day, guru-guruku. Terima kasih atas segala jasa-jasamu.

Tahun lalu saya merasa mendapat wangsit dari Tuhan dan alam raya. Ketika itu juga pikiran saya langsung manuver 360 derajat untuk tujuan keren dan mulia. Jadi akademisi. Dulu waktu masih duduk di SMK, saya sangat menjauhi angan-angan semacam ini. Menjadi guru bukanlah pilihan menurut saya waktu itu. Alasannya, ketika saya menjadi mahasiswa sekarang saya bisa melakukan banyak hal, mengelilingi banyak tempat baru dengan tujuan yang selalu exciting. Tapi lihat guru saya di SD, SMP atau SMK. Sampai sekarang beliau setia mengabdi pada anak didik bangsa.

Saya mengambil kesimpulan, untuk menjadi guru atau akademisi itu butuh passion dan harus merasa terpanggil. Tidak asal jalan karena menjadi guru berarti akan sering melakukan interaksi sosial. Harus benar-benar mau dari hati.

Dan seiring berjalannya waktu, saya kembali menemukan jawaban yang cukup saya nantikan bertahun-tahun. setelah melalui perdebatan dalam hati, saya memilih untuk menambahkan cita-cita saya di dunia akademik yaitu dengan jalan menjadi akademisi. Mengapa saya tiba-tiba saja muter otak?? Yaaa.. akhirnya saya menyadari betul peranan guru. Sungguh mulia menjadi bagian dari alat pencerdas bangsa. Kalau tadinya mikir nggak mau jadi guru karena pasti bakalan stag, but sekarang saya justru mikir kebalikannya. Siapapun yang stag, itu jelas karena probadinya sendiri. Karena mentalnya, bukan karena keinginannya dalam mewujudkan mimpi atau objek mimpi tersebut.

Dan tepat bulan april lalu, ibarat sebuah kado datang dari Malang. Pagi-pagi saya mendapat telpon dari pak Hedin, guru SMK saya. Beliau meminta saya untuk mengajar di SMK. Waktu itu saya hanya bisa mlongo. Mengapa?? Karena pagi-pagi sekali telpon itu berdering, belum sempat beraktivitas. Lalu pak Hedin membawa satu misi mulia untuk saya. Segera saja, bulan oktober ini harusnya saya sudah bisa mengajar di Malang. Letupan hamdalah dari hati selalu menggema.

Antara bingung, kaget, senang dan banyak rasa nanonano. Masalahnya, saat itu saya masih semester 6. Skripsi saja belum. Tapi semua ini patut untuk disyukuri. Saya sangat percaya everything happens for a reason. Nggak ada yang tiba-tiba jatuh dari langit kecuali serendepity.

Ofcourse, tetap di bidang yang saya sukai karena saya diminta mengajar broadcasting. So, let it flow. Saya cukup bangga bisa menjadi anak bangsa Indonesia. Dulu saya dicerdaskan oleh banyak pihak dan sekarang giliran saya untuk menyebar lebih banyak kebaikan yang bisa saya lakukan dengan cara ini.

Saya tidak lagi hanya memiliki cita-cita di industri kreatif tetapi saya juga ingin terjun langsung ke dunia akademik. Kalau kata kakek saya “diambil saja nduk. Menjadi guru adalah hal yang mulia. Bisa turut mencerdaskan anak yang tadinya belum tahu apa-apa sehingga Ia nantinya menjadi raja di negerinya sendiri. Mengacalah pada diri samean sendiri” Hhmm, subhanallah.. seperti ditabok keliling muka. Statement kakek saya benar-benar makjleb dan harus saya akui, saya pun bilang “iyeeeeesss”

Bicara soal guru, sebenarnya tulisan ini juga saya buat special tribute to (alm.) pakde saya. Pakde yang juga seorang guru di Malang. Beliau ambil bagian dalam mencerdaskan anak bangsa. Anak desa lebih tepat karena saat itu pakde mengajar di salah satu sudut desa tterpencil di Malang. Sampai saat ini saya rasa pakde tetap eksis dan “panjang umur” Yang tiada hanyalah raganya saja karena panjang umur bukan berarti harus bisa hidup beribu tahun lamanya. Tetapi bagaimana nama dan jasanya tetap eksis di dunia sosial meski raga tak lagi bersamanya. Sampai sekarang, nama dan jasa baiknya masih tetap diperbincangkan di kalangan murid, wali murid, sesama guru dan juga warga yang mengenalnya. Beliau menjadi teladan yang sangat baik. Dan saya rasa pasti pakde saya juga akan sangat senang mendengar berita baik ini bahwa saya akan mengajar beberapa saat lagi. Ntah itu bulan depan, tahun depan atau depannya lagi.

Keinginan menjadi akademisi juga semakin dikuatkan ketika suatu waktu itu saya sedang ngobrol hangat dengan kakak kelas saya. Namanya mas Inod. Tiba-tiba saja mas Inod nanya apakah saya punya keinginan jadi guru. Hhmmm, diieeeeng..

Saya punya prinsip bahwa apa yang saya dapatkan saat ini adalah hasil bantuan dari banyak pihak yang dinamakan proses pembelajaran. Proses itu yang selalu mengajari saya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan saya tidak ingin menyimpan apa yang saya miliki sendirian. Ilmu yang sepatutnya di share ulang ke yang lainnya. Tidak banyak orang yang memiliki keinginan mulia seperti itu ketika dirinya sudah masuk dalam kawah kesuksesan. Waktu itu mas Inod juga mengatakan hal yang sama. “Di usiamu yang segini, ketika mungkin teman-temanmu masih mondar mandir tapi kamu justru banyak pengalaman di banyak hal. apalagi kamu juga cerdas. Berharap banget kalau kamu punya keinginan menjadi guru Fit.." Anak Indonesia butuh orang-orang sepertimu” Subhanallah.. Speechless seketika. Alhamdulillah.. terima kasih mas Inod yang sudah membangun memori-memori ini beberapa tahun lalu. Saya merasa semakin terpanggil.

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membangun bangsa yang kreatif. Kemudian, didukung dengan kapabilitas guru yang memberikan pengajaran pada anak didiknya. Hendaknya guru bisa mengajarkan apa yang baik dan membangkitkan daya imajinasi serta kreatifitas anak. Tidak hanya itu, guru seharusnya juga kritis dalam memberikan alasan-alasan yang memang dirasa benar atau salah sehingga siswa didik pun akan berpikir, tidak hanya mengiyakan atau hanya sekedar mengahafal. Guru juga harus bisa mendidik, bukan hanya mengajar karena pada dasarnya dua hal ini berbeda. Mendidik berarti mentransfer value-value dan materi pelajaran sehingga kedekatan emosional antara guru dan siswa terikat. Pendidikan karakter juga terwujud dari adanya kegiatan mendidik, bukan hanya sekedar mengajar.

Dari serangkaian kabar baik tersebut, sebenarnya saya sendiri masih belum memutuskan untuk “deal” mengajar di dua tempat itu. Saya punya janji sakti untuk daerah saya sendiri. Dan menjadi akademisi itu juga sejalan dengan cita-cita saya untuk merealisasikan berdirinya Langit Biru Foundation. Satu langkah lebih dekat menju mimpi ini.

Apakah saya harus menerima pinangan guru atas nama ilmu? Hhmm, sampai saat ini saya masih terus brainstorming. Sebagai putri daerah yang merantau untuk mencari ”bekal” sebanyak-banyaknya, saya memang punya janji sekaligus tanggung jawab terhadap kota kelahiran saya ini. Namun, saya rasa mungkin waktunya bukan sekarang. Saya masih harus mencari bekal sebanyak-banyaknya karena jika kembali ke daerah sekarang itu terlalu prematur untuk dilakukan. Saya merasa ilmu saya masih sangat kurang. Saya ingin terjun di satu sisi cita-cita saya dulu. Industri kreatif.

Saya pasti akan kembali ke Malang, one day. membesarkan kota saya sendiri dengan bekal yang saya dapatkan dari orang lain, dari banyak kota-kota lain dan dari berbagai pengalaman yang saya miliki. I know I can.

Dulu saya dididik oleh guru-guru dari banyak versi. Mulai dari yang diktator, baik, humoris, woles sampai yang killer sekalipun.  Dan tentu saja saya kepikiran gimana yaa ketika moment itu benar-benar berbalikan nanti. Itulah gunanya belajar. Dulu hanya bisa jadi pengamat. Sekarang justru jadi subjek penggerak. Senangnyaaaa.. Dan satu lagi, anak SMK jaman sekarang berbeda dengan angkatan saya dulu. Pasti murid saya lebih gede daripada gurunya sendiri.

Terima kasih untuk orang tua saya yang sangat super dalam mendidik anaknya. Untuk kakek nenek saya yang selalu menebarkan benih kasih untuk generasinya juga untuk keluarga saya yang begitu hangat. Terima kasih juga untuk guru saya mulai dari SD, SMP, SMK dan juga dosen saya di Paramadina yang sudah memberikan banyak ilmu dan pelajaran kehidupan. Guru tidak selalu orang tua yang memakai seragam dan datang ke institusi pendidikan. banyak teman-teman yang juga menjadi guru saya. saling share knowledges yang dimilki. Semoga ilmu ini akan senantiasa berkah dan bisa terus menyebar luas ke manusia penuh harapan yang ada di muka bumi ini.