7 November 2013

#RIP Sahabat Penuh Ketenangan

Sudah lama sekali rasanya saya tertidur di beranda. Tak pernah mengurai cerita atau hanya sekedar mengunjungi tempat berekspresi di blog ini. Banyak perjalanan dan kisah petualangan yang rupanya tak sempat terpampang untuk dibaca. Semuanya masih berdiam dalam sebuah realitas yang dinamakan dengan ide semata. Banyak judul yang sudah dipilih, juga rangkaian diksi yang sengaja ditata sederhana tapi tak urung cerita perjalanan tersebut masih saja tersendat oleh banyak hal. Kadang, ada kalanya sudah merasa puas berjalan tanpa harus ada yang didokumentasikan atau justru karena kesibukan yang membuat banyak tulisan mangkir di jalan.

            Momentum kali ini, yang ingin saya lakukan hanyalah mengurai kenangan. Yaa, semua memang sudah menjadi kenangan. Tentunya menjadi kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan bersamamu sahabatku, Priyo Nugroho.

Kami semua kehilangan kamu. Rasanya baru kemarin kita saling kenal. Dan kota Jember adalah titik dimana perjalanan itu dimulai. Kamu adalah pria baik yang sangat sopan dan menghormati perempuan, seiring dengan kalimat singkat yang sering kau ucap “aku ingat ibuku” Berapa banyak kenangan yang kamu tinggalkan untuk kami? Bahkan dalam jumlah hitungan pun mayoritas berada dalam lingkup kebaikan. Tuhan sangat menyayangimu sehingga kau diambil lebih dulu. Tepat 4 November 2013, kabar itu sampai di telingaku. Kamu pulang dengan jalan yang tak diduga oleh siapapun. Kecelakaan di kota Pasuruan membuatmu meninggalkan kami semua, yang mencintaimu.

Rasanya baru kemarin kita ketemu untuk pertama kalinya. Ntah awalnya dimulai dari mana, yang pasti pertemuan itu menjadikan kita sahabat yang tak termakan jarak. Saya masih ingat, saat itu bulan Mei. Dengan beberapa teman yang lain kita habiskan satu malam di rumahmu, sambil menengok malam di Alun-Alun kota Batu. Usai itu, kita pilih kuliner yang beragam, kekenyangan dan pulang lagi ke rumahmu di daerah Bumiaji, Batu. Masih tak puas dengan itu, kamu sengaja membuat tahu goreng favoritmu untuk kami yang sedang main kartu tanpa aturan. Yaa, salah satu keahlian kamu memang memasak. Dan kami semua mengakui bahwa masakanmu tak kalah enak dengan koki layaknya para wanita, Priyo. Esoknya, pagi-pagi sekali kita langsung menantang hawa dingin dengan bersepeda ke Cangar.

Kamu adalah pria penuh ketenangan, kalem dan sangat rapi. Kamar kosmu adalah salah satu bukti yang mengatakannya. Dari sekian banyak teman pria yang sama-sama ngekos tapi kamu adalah sang juara kalau soal kebersihan, layaknya anak perempuan yang sangat rapi. Itu juga kan alasan banyak teman-teman kita suka banget main ke kosanmu untuk sekedar mengisi waktu luang atau bahkan sengaja menginap dengan alasan segudang tugas kuliah. Saya masih ingat, kamu sangat bersemangat ketika lagu Avenged Sevenfold mulai saya mainkan dari komputer di kamar kosmu. Aaah.. Priyo, kangen makan sate langganan kamu di bundaran jalan jawa. Saya masih ingat, waktu kita saling tanya makanan favorit. Dan sate adalah makanan top buat kita. Kamu dengan berseri-seri bilang ”Kaaaa.. sate disini enak” Yaa, lumayan. Kamu juga tak salah ngasih nilai ke abang sate itu.

Pasti banyak yang merasakan kepergianmu. Kita sama-sama tau, namamu sudah beken di kalangan perempuan di kampus. Kata mereka, kamu itu charming Priyo. Yaa, jadi ingat dulu... selepas dari Batu, salah satu teman bercerita kalau kamu lagi dekat dengan maba. Kamu pun sering curhat soal itu. Ada beberapa nama perempuan yang slalu kamu sebut dalam setiap celotehmu. Waktu JFC 2011, kamu pun dikunjungi salah satu fans berat dari Malang dan akhirnya kita nonton sama-sama di tengah lautan manusia. Masih penuh tawa.

Sahabat, rasanya kangen jalan bareng-bareng. Ingat kan.. Tahun lalu, kamu ikut event akademis yang akhirnya menuntunmu untuk singgah di Jakarta. Tinggal di asramaku untuk beberapa hari dan berkelana singkat disini. Di suatu siang, kamu menungguku di perpustakaan Paramadina cukup lama. Dengan tenang kamu membaca beberapa buku disana, tanpa marah menungguku yang masih terbelenggu jam kuliah. Setelah itu, saya sengaja mengajak beberapa teman kuliah untuk kuliner ke BlokM. Kamu pun tanpa banyak minta menikmati makanan yang kita pesan rame-rame. Saya sengaja mengajak mereka agar kamu juga mengenal teman-temanku disini. Lalu malamnya kita habiskan waktu di Skydining. Hhmm, saya jadi ingat satu hal Priyo. Belum sempat mengantarmu ke Bogor untuk bertemu kerabatmu itu. Maaf yaa..

Kamu masih ingat juga kan, waktu kita masak-masak di rumah Yink buat makan malem. Belanja malem-malem ke Pasar Tanjung sesuai dengan pesananmu. Semua teman-teman kita bilang ”Priyo aja yang masak..!” Roomiiee, Mbakdee, Edwin, Mas Rafli, Ayiep, Unyil Risa, Rezel, Yink, Nia, Happy, Bunsasha, Ipuls, Maya dan masih banyak yang lain tau masakanmu memang menggoda bagi kami anak-anak kos.
Priyo, diambil dari profile picture twitternya
Priyo, terima kasih telah banyak membantuku selama aku ke Jember. Menemani, mensupport, bahkan kamu juga membantu temanku yang sama sekali belum kamu kenal. Saat JFC 2012, kamu dengan lapang membiarkan mereka untuk tinggal bareng di kosanmu. Dan akhirnya beberapa hari selanjutnya, kita beres-beres kamar karena kamu dapet kontrakan baru. Bukan lagi kamar, melainkan rumah yang jaraknya lebih jauh dari kos sebelumnya menuju kampusmu. Pindahan rame-rame rasanya menyenangkan yaa.. Kemarin pun saya memberikan kabar tentang kepergianmu ke beberapa teman disini yang mengenalmu. Mereka semua terkejut, Priyo. Mereka juga kehilangan.

Pertama kali mendengar kabar kepergianmu yang dikarenakan kecelakaan, saya langsung teringat perjalanan kita dari Jember ke Malang, Juni 2012. Saat itu saya sedang mengikuti Ijen Festival, event yang menyatukan para traveller dari seluruh dunia di kaki gunung Ijen. Event tersebut sungguh luar biasa menurut saya. Diadakan di kota kecil, yang bertetangga dengan kota Jember. Bondowoso. Hhmm.. Sepertinya lebih baik cerita soal Ijen Festival dikupas di episode yang lain saja yaa.

Kali itu, saya tidak ingin singgah di Jember seusai Ijen Festival digelar. Mengapa? Karena ada sedikit masalah rumit saja. Padahal jarak dari Bondowoso ke Jember hanya 30 menit. Banyak teman yang menyuruh saya mampir, meski sebentar. Tapi saya tetap saja tidak mengiyakan. Dan siang itu, teleponku berdering. Kamu masih sama seperti yang lain, menyuruhku singgah di Jember. Dengan banyak cara kamu mengajakku lewat obrolan-obrolan yang berupa nasehat. Sampai kini ku ingat dengan jelas. Dengan tenangnya kamu meyakinkan bahwa banyak teman yang menungguku disana. Jangan hanya karena satu makanan pahit yang disajikan, kamu juga akan menolak makanan manis yang diberikan dengan suka cita. Yaa, inilah nasehatmu yang ku bahasakan sendiri menurut persepsiku. Akhirnya saya benar-benar memutuskan dari Bondowoso untuk ke Jember dulu. Priyo menjemputku di terminal Patrang malam itu.

Agenda saya, maunya besok langsung melanjutkan perjalanan ke Malang. Namun, Priyo justru langsung menolak tanpa ajakan. Ia sengaja mengajak saya untuk pulang bareng ke Malang. Tentunya bukan besok karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Akhirnya saya bisa berkumpul dengan teman-teman yang ku rindukan disana sampai besok malam. Keesokan harinya, dari Jember saya pulang bersama Priyo ke Malang. Ba’da subuh naik motor dari tempat dimana ia menuntut ilmu di akhir hayatnya. Saya masih ingat waktu kamu mencoba meyakinkan agar saya mau pulang bareng dengan berkendara di pagi buta. Jujur saja, itu adalah pertama kalinya saya otw Jember – Malang via motor, meski hanya dibonceng. Dan itu dengan kamu, sahabatku. Excited, itulah yang saya rasakan karena kamu pun tau travelling adalah hobi permanen saya.

Saat saya tau kepergianmu karena kecelakaan, rasanya ada yang bergemuruh di hati. Bayangkan saja, kita pernah melakukan perjalanan itu bersama. Rangkaian cerita ini sungguh kelu jika diingat kembali. Semuanya akan teringat dengan jelas di hati, sampai kapanpun. Mengunjungi pusaramu kemarin, hanya ada bunga putih yang menghiasi. Saya nggak tau kenapa hanya ada bunga putih. Tapi ingin rasanya menaburkan bunga warna-warni agar pusaramu terlihat lebih ceria. Lebih bersemangat. Meski mungkin keinginan ini terlihat aneh untuk orang lain.

Selamat jalan Priyo..
Banyak kebaikan dan kenangan manis yang kau tinggalkan. Tanpa ada goresan luka di hati kami, sahabat-sahabat yang akan slalu mendoakanmu dari sini. Bahkan kepergianmu juga yang kini membangunkanku, menggerakkan hati dan tanganku untuk menulis lagi dari absen panjang beberapa bulan. Rasanya belum puas bersua tapi Tuhan sudah mengambilmu terlebih dulu. Padahal baru kemarin juga kamu ngajak ke Jogjakarta cuma buat travelling sembari hunting buku untuk bekal skripsimu. Baru saja kau mulai berpetualang dengan gregetnya ngerjain skripsi di semester IX perkuliahan. Priyo, kau pasti juga sudah tau betapa keluargamu sangat mencintaimu. Kau adalah putra kebanggaan ibumu. Dengan muka sendu beliau bercerita bagaimana bangganya memiliki putra sepertimu. Baik, penuh kasih, slalu menerima dan tak banyak minta. Beliau menyadari, semua sudah digariskan olehNya. Hanya doa yang akan diagungkan agar kau bahagia disana. Saya yakin, saat ini kamu pun bisa tersenyum disana seperti yang selalu kamu lakukan semasa hidupmu.

Pasti saya akan merindukan moment-moment saat kita berkumpul, saling ejek,  bercanda dan melakukan banyak hal bersama-sama. nggak ada lagi yang akan menemaniku pesan oreo smurf  di pujasera dekat alun-alun Jember. Itu kan minuman favorit kita disana.

Mungkin hari ini kita gak ketemu, semoga di lain waktu dan tempat kita bisa bertemu kembali. Selamat menikmati kota Batu J  Kalimat terakhir darimu ini sungguh membuat pilu. Mungkin saat kamu ngetwitt pesan terakhir ini, kamu sengaja ingin memberikan pertanda kepada orang-orang yang selalu merindukanmu. Kelak disuatu hari, kita akan berkumpul lagi di alam yang sudah dijanjikan Tuhan.

27 Januari 2013

Es Krim Tentrem, Es Krim Legendaris Kota Solo

Seperti namanya ‘Tentrem’, orang yang makan es krim ini pun juga akan merasa ‘tentrem’ hatinya. Moodynya akan berubah bagus dan pasti membuat keceriaan di sepanjang waktu itu. Es Krim menurut saya bukan hanya makanan istimewa, tetapi es krim adalah makanan ringan yang menyenangkan, magic dan memiliki ikatan yang kuat dengan manusianya, lebih tepatnya dengan saya. Es krim menjadi teman setia untuk banyak waktu, untuk banyak kisah dan juga untuk banyak diskusi panjang tentang bermacam-macam hal. That’s why i love to be ice cream lover, especially home made ice cream.

Es krim menurut saya adalah sesuatu yang memiliki nyawa, bukan hanya untuk dimakan. Namun, banyak yang bisa diambil dari sebuah rasa bernama es krim. Ini menjadi beberapa alasan mengapa saya selalu mengatakan bertemu surga ketika menemukan es krim, lalu memakannya. Yaa,es krim adalah bentuk surga kecil yang ada di dunia nyata. Surga tidak perlu dicari jauh-jauh menerawang ke zaman antah berantah. Cukup temukan sesuatu yang membuat kita nyaman dan bahagia, itu menurut saya definisi surga yang sebenarnya saat ini.

Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi Toko Es Krim tentrem dengan suka cita. Bagaimana tidak, saya akan bertemu dengan es krim legendaris. Perjalanan dari Jakarta menuju Jogjakarta dihiasi senyum semanis es krim. Setelah sampai di Jogjakarta, saya stay beberapa jam lalu melanjutkan perjalanan lagi ke Solo naik KA Madiun Jaya dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Solo Balapan.
KA AC Ekonomi Madiun Jaya
Stasiun Solo Balapan
Waktu yang paling bagus untuk makan es krim adalah antara sore menuju malam. Saya suka melakukan ritual ini bersama es krim. Dan cerita kali ini akan membahas surga kecil yang bernama es krim tentrem yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah.
Es Krim Tentrem Solo menjadi tujuan utama saya mengunjungi kota yang penuh dengan pesona budaya ini. Saya berangkat ke Solo setelah mencoba Toko Oen Malang, Ragusa Ice Cream di Jakarta dan Zangrandi Ice Cream di Surabaya yang menyajikan es krim yang sama. the legend and be home made ice cream. Bedanya dari beberapa toko es krim ini, yang paling sering saya kunjungi adalah Toko Oen Malang karena kebetulan juga berdomisili di kota saya sendiri.
Es Krim Tentrem memiliki varian rasa es krim yang beragam, tentunya semuanya manis. Manis yang tercipta dari home made ice cream tentu berasal dari gula dan susu sapi asli. Tanpa bahan pengawet. Yang membuat Es Krim Tentrem Solo sedikit berbeda adalah warnanya. Biasanya home made ice cream terlihat berwarna pucat atau warna-warna pastel. Tidak terlalu mencolok warnanya seperti es krim-es krim yang diproduksi secara masal. 
Es Krim Tentrem dibuat dengan warna yang lebih membuat mata melek seketika. Warnanya lebih eyecatching dan menarik sehingga nafsu makan pun juga akan bertambah. Efeknya, semangat makan es krim akan meledak saat itu juga.
Rainbow Ice Cream, es krim terbaru di Toko Es Krim Tentrem
Tidak lupa, pasti akan selalu ada satu gelas air putih yang melengkapi satu porsi es krim. Air putih ini berfungsi menjadi penawar setelah makan es krim karena biasanya manisnya home made ice cream dan ice cream mass production jelas akan berbeda. Jadi, air putih tersebut jangan diminum di awal atau jangan diminum sebelum makan es krim.

Tapi untuk saya pribadi, saya biasanya tidak langsung memakannya. Saya pasti akan melihat detail sajian es krim terlebih dahulu. Biasanya juga dibarengi dengan jepretan kamera ke sudut-sudut es krim ini. Saya punya hobi ini sejak lama. Mengabadikan es krim terlebih dahulu sebelum memakannya.
Complete, one order
Es Krim Tentrem terletak di Jl. Urip Sumoharjo, dekat dengan Toko Roti Orion. Kawasan ini memang menjadi kawasan ruko dengan berbagai jenis barang yang dijual. Jl. Urip Sumoharjo menjadi salah satu jalan protokol di Kota Solo. Es Krim Tentrem merupakan tempat wisata kuliner yang menjadi destinasi para wisatawan yang datang ke Solo. Biasanya mereka adalah rombongan keluarga. Saya sempat menanyakan kepada waitress disana bahwa pengunjung memang lebih banyak berasal dari luar kota Solo. Jika musim liburan, toko es krim ini lebih ramai.

Pemilik Es Krim Tentrem saat ini adalah bapak Sulaiman. Ia merupakan keturunan Tionghoa. Bisnis ini menjadi bisnis utamanya saat ini dan beliau tidak akan pernah menjual warisan yang menjadi legenda di Kota Solo. Bahkan beliau berniat akan mewariskan bisnis ini kepada anak cucunya agar Es Krim Tentrem tetap terjaga kelestariannya. Unsur Tionghoa ata China itu masih melekat kuat di toko es krim ini, seperti yang ada pada ukiran-ukiran perabotnya.
Untuk soal harga, Es Krim Tentrem menjadi yang paling mudah dijangkau. Harganya sangat murah. Apalagi jika dibandingkan dengan Toko Oen, Zangrandi atau pun Ragusa. Es Krim Tentrem menjadi satu-satunya home made ice cream di Kota Solo. Ia juga menjadi warisan untuk Kota Solo karena toko es krim ini ada sejak zaman tempo dulu dan tetap bertahan hingga saat ini. Bertahan dengan tetap menggunakan cara tradisional. 
Oleh karena itu, Es Krim Tentrem juga menjadi brand heritage Kota Solo. Bukan hanya menjadi bisnis yang sudah lama berdiri tetapi Es Krim Tentrem juga mempunyai sejarah panjang yang ceritanya masih dinikmati oleh masyarakat hingga sekarang.

26 Januari 2013

Satu Sinergi



"aku bahagia karena kamu, aku seperti ini juga karena kamu 
dan aku suka dengan diriku yang seperti  ini"
Sebuah pesan singkat yang masuk ke handpone malam itu,

Sebenarnya bukan karena  aku atau kamu
Namun, memang karena kita yang sudah bersinergi jadi satu
Bukan kata 'satu', aku atau kamu

Bahagia harus muncul dari diri sendiri
Agar kita sama-sama lebih kuat
Bukan karena aku atau kamu yang membuatnya secara pribadi
Bukan pula kata 'sendiri' yang jadi melekat


Yang aku yakini..
Tuhan mengirimkan bahagia itu lewat aku dan juga  kamu
Lalu, rasa itu kita cerna  bersama-sama dalam waktu
Itu saja

Semoga kita menjadi pribadi yang lebih berkualitas, Amin..

24 Januari 2013

Negeri Merlion Diujung September

Cerita kali ini akan membahas tentang perjalanan yang sudah lalu. Tentang beberapa bulan yang lalu, yang memang belum sempat dibagikan ke dunia luas. Singapura. Negeri sebelah yang sekarangg memang lebih modern dibandingkan dengan Indonesia. Mulai dari segi infrastruktur, perekonomian, pendidikan, kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya. Cerita perjalanan selama 4 hari kemarin hanya terpendam dalam otak dan ingatan saja.
Untungnya semua itu terasa harus digelar ibarat tikar. Bermula dari semalam ketika saya menemukan serendepity ini. Serendepity dengan Singapura yang tiba-tiba saja memberikan pertanda. Setelah selesai meeting Kereta Dongeng, kawan saya memberikan satu buku yang pastiya tidak jauh-jauh dari soal travelling atau backpacker

Dulunya dia sudah pernah memberikan satu buku yang berjudul “Backpacker Nekat” yang ternyata penulisnya juga bernama Ika (sama seperti saya maksudnya. Hheeee..)  Terima kasih Ipul, partner yang selalu sabar menghadapi kesibukan saya selama ini di Kereta Dongeng. Ada julukan darinya yang menempel pada saya lekat-lekat, Ms. Sibuk. Hhmm.. langsung bergumam dalam hati, sesibuk itukah saya? Buku yang sebelumnya ia berikan karena sebenarnya dulu ia sangat mengharapkan bahwa saya bisa seperti buku itu. Apalagi memang dilihat-lihat backgroundnya sama, suka travellingi dan juga suka nulis. Complete! Cuma belum suka jadi ilustrator (ini ngelesnya).
***
Saya masih ingat ketika tahun 2010 kemarin melakukan perjalanan yang juga singgah di Singapura. Selama satu jam di Changi Airport untuk menuju destinasi selanjutnya yaitu Turki. Rupanya ketika kemarin berkunjung kesana, waktu dua tahun tetap menjadikan Changi Airport sama saja. Juli 2010, saya melanjutkan naik Turkish Airlines menuju Istanbul, salah satu kota paling indah yang pernah saya kunjungi sampai di umur 19 tahun. Istanbul menjadi pusat peradaban di Turki. Melihatnya dari awan di malam hari membuat bayangan tentang kedamaian, kecerdasan, kehidupan tenang nan dinamis langsung mencuat. Lampu-lampu kota itu seperti tak mau padam untuk menyaksikan rombongan kami dari Indonesia mendarat dulu.

Perjalanan ke Singapura ini tetap dengan tagline “travelling with studying” disini saya akan murni menceritakan soal travellingnya saja. Dimulai dari Merlion Park, simbol Singapura berada. Patung ini berwarna putih  dengan kepada singa dan berbadan ikan bersisik. Konon, katanya Singapura merupakan kampung nelayan yang banyak singanya. Selanjutnya ke daerah Marina Bay Sand, hotel sekaligus tempat blink-blink yang isinya mall dan wahana hiburan. Sebenarnya saya tidak cocok ke tempat ini karena “ini bukan gue banget” klo kata orang Jakarta. Saya pernah baca buku “Tiga Manula Jalan-Jalan ke Singapura” bahwa inspirasi bentuk gedung ini berasal dari peristiwa Tsunami di Aceh beberapa tahun silam dimana ombak Tsunami bisa membuat kapal sampai nyangkut di atas pohon kelapa. Jelas itu hanya humor.

Lalu saya menalnjutkan perjalanan ke Orchard RD. Tempat ini merupakan surga bagi para shoppaholic. Isinya hanya butik-butik, barang-barang branded dan kalangan menengah ke atas sebagai pengunjung terbesarnya. Saya hanya diam, sambil mengamati ini itu ketika kesana. Sujujurnya, saya memang tidak suka belanja. Saya kesini hanya menuruti rasa ingin tahu dan sekaligus untuk menabung. Menabung secara langsung karena saya nabung inspirasi untuk dibawa pulang lagi ke Indonesia.

Hari selanjutnya saya mengunjungi China Town. Bangunan-bangunan tua China berdiri kokoh disana berhamburan. Rapi. Saya langsung saja ingat dengan Kota Tua di Jakarta karena bangunannya memiliki predikat yang sama yaitu bangunan tua yang dilindungi. Bedanya kalau di China Town, bangunan memang dimanfaatkan dengan baik. Kalau di Jakarta sepertinya hanya dipakai untuk foto-foto saja. Namun, secara fungsional sudah mati. Selain itu, Singapura paling banyak diisi oleh suku China. Lainnya adalah suku melayu, India dan yang lainnya.

Sore harinya saya mencoba berwisata kuliner dengan mencari makanan yang khas disana. Pertama, saya menemukan nasi briyani dan roti prata. Nasi briyani merupakan masakan India yang dimaak dengan aneka rempah-rempah sehingga ada bau khas dari makanan ini apalagi kalau dihidangkan hangat-hangat. Kalau di Indonesia lebih mirip dengan nasi kuning. Kemudian makan roti prata, roti khas India juga. Nama asli prata di India adalah paratha. Satu makanan yang sampai sekarang saya belum berniat untuk memakannya, ada Chili Crab. Makanan ini merupakan perpaduan antara kepiting, kocokan telur dan saus savoury berwarna merah dengan bahan dasar bawang putih, cabe dan tambahan saos tomat. Hhmm.. saya bukan pecinta makanan pedas sehingga melihatnya makanan ini saja, nafsu makan saya langsung memudar seketika. Pasti bisa sakit perut makan Chili Crab, meskipun hanya sedikit pun.

Ada lagi minuman teh tarik yang di Indonesia juga populer. Saya justru lebih tertarik untuk melihat penjualnya yang akan menyajikan teh tersebut daripada minum teh tariknya. Menurut saya itu unik. Jadi makan tidak asal makan tetapi banyak sisi lain dari makanan tersebut yang bisa dicermati dengan baik. Satu lagi yang belum saya coba, Singapore Sling. Ini adalah menu cocktail. Biasanya disajikan dengan warna merahnya.

Nah, yang membuat saya senang ketika ke Singapura kali ini, saya menemukan surga lagi. Surga itu berbentuk es krim potong. Es krim potong disini berbentuk balok dengan ukuran sekitar 3 cm yang dibalut dengan roti atau bisjuit wafer. Saya langsung saja ingat dengan es potong di Kota Tua, yang juga sangat saya sukai. Es krim potong di Kota Tua terdiri dari rasa kacang hijau, vanila, strobery, duren dan tape ketan hitam dengan harga dua ribu rupiah saja.

Yang sangat membuat Singapura berbeda dengan Indonesia salah satunya adalah bebas asap rokok dan alat transportasinya yang super efektif dan higienis, Mass rapid Transit. Dimana-mana bersih dan tidak ada asap rokok. Dengan kecanggihan yang dimilikinya, tapi tetap saja Singapura memiliki kelemahan. Bahasa. Yaa, bahasa. Beberapa hari tinggal disana sangat membingunkan jika mau komunikasi dengan orang sana untuk sekedar tanya atau membutuhkan bantuan. Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Singlish, Singaporean English. Tata bahasanya benar-benar berantakan bagi saya. Percampuran bahasa inggris, tamil, melayu dan China ada dalam Singlish. Saya pun harus memasang telinga lebar-lebar untuk bisa mencerna apa yang sedang mereka bicarakan. Pusing rasanya.

Selain es krim, saya juga menemukan surga dalam bentuk lain yaitu little India. Kampung India di Singapura yang semua isinya hanya orang India dan segala ornamen serta perabot asli India. Saya tiba-tiba membayangkan ingin sekali memakai kain sari dengan rambut panjang yang diurai. Dari dulu, saya memang sangat suka dengan apapun yang berbau India. Awalnya dimulai dari seringnya menonton film-film India waktu masih SD. Sampai sekarang saya sangat suka dan mencari-cari film-film India zaman dulu untuk sekedar jadi koleksi atau ditonton kembali. Little India menjadi penutup trip saya kali ini. One day, i’ll get India directly.

17 Januari 2013

Menjadi Sederhana

Selamat malam sayang, semoga suka dengan bentuk surga kali ini. Aku tahu pasti kamu bacanya waktu malem-malem, di kamar kos yang paling nyaman sambil senyum-senyum sendiri. Tempat dimana kamu bisa bertemu aku setiap hari dan bisa memelukku erat-erat sampai pagi datang lagi sambil bercerita tentang masa depan, tentang rumah mungil kita, tentang keluarga mungil yang akan dipenuhi canda tawa anak kita yang cerdas nantinya.

Aaaah, setiap hari aku semakin mencintaimu. Mencintai caramu, mencintai semua yang ada padamu. Juga tentang kesederhanaanmu memperlakukanku. Ini adalah rasa sayang yang ku ungkapkan lewat tulisan. Bukankah menulis merupakan jalan menuju keabadian seperti kata RA. Kartini dulu. Aku masih terus mengingatnya.

Cintamu membuatku terus menulis. Dan cintamu juga yang membuatku terus (dan akan) baik-baik saja. Tulisan-tulisan ini juga yang nantinya akan kita ceritakan kepada si kecil kalau dulu ayah dan ibunya pernah dan akan terus saling jatuh cinta seperti sekarang ini. Aku tiba-tiba membayangkan suatu hari kita akan selalu menyambut senja jingga dengan saling bergandengan tangan. Menghabiskan malam panjang hanya dengan satu dekapan hangat di balik selimut tebal. Satu-satunya dekapan mesra yang pernah ku rasakan. Hanya satu dan itu milikmu.
 ***
Hari ini Jakarta hujan sederas-derasnya. Setelah beberapa hari ini cuaca dingin hingga kipas angin di kamar tidak lagi berfungsi. Smurf pun tak mau kalah, dia sangat nyaman dengan jaket orange kesayanganku. Rupanya dia sama sepertiku dan juga teman-teman di asrama ini. Udara sangat dingin menggigil dan air pun seperti es yang mencair untuk ukuran Jakarta. Sejenak aku berpikir, dinginnya Jakarta yang seperti ini membuatku merasa seperti berada di Malang.
 Setelah telepon kita semalam itu, air datang lagi dari langit. Deras. Yaa, sangat deras sampai petir bersahut-sahutan untuk berpaduan suara menunjukkan siapa yang paling jago. Teringat ketika tahun baru kemarin ketika teman sekamarku bilang “semua petasan dan kembang api meluncur ke langit lepas menunjukkan keindahannya" Seperti jalur Gaza yang tiba-tiba hadir di Indonesia. Suara di telinga hanya dipenuhi oleh gelegar petasan menyambar kesana kemari. Tapi aku suka. Itu adalah momen tahun baru yang paling klasik. Hanya berdiam di kamar sambil menunggu teleponku berdering. Lalu ketika diangkat, hanya suaramu yang ada disana. Seolah-olah backsound petasan dan kembang api itu kian menciut dihantam suara bahagia kita berdua.

Seperti pagi-pagi yang sebelumnya, kita saling menyapa hangat via sms atau telepon singkat. Selamat pagi sayang. Selalu ada kata semangat di belakangnya yang diikuti obrolan kecil lainnya. Rasa kangen hampir tak pernah absen mengisi hari-hari kami. Sederhana tapi memikat. Bersamamu membuatku merasakan bahagia yang sebenar-benarnya. Karena tak mau jika ini hanya sekilas datang atau hanya seperti di negeri dongeng dimana semua orang pasti bahagia kekal, aku pun sering bergumam sendiri “inikah bahagia yang sebenarnya?” Rasa syukur itu tak jauh dari doa-doa selanjutnya yang selalu dilantunkan hanya untuk sang pencipta. Aku sadar bahwa semua ini adalah titipan sehingga aku harus selalu mensyukuri nikmat yang sudah diberikan. Tuhan bisa mengambil milikNya kapan saja sehingga aku harus selalu melakukan yang terbaik untuk kita selagi masih bisa.

 Bersamamu, aku menjelma menjadi gadis kecil manja yang minta dipijit ketika kakinya sakit setelah bermain lama-lama. Menjadi remaja manja yang minta dipeluk setelah lelah beraktivitas seharian. Dan juga menjadi wanita dewasa yang selalu membersihkan rumah kita dengan riang nantinya, yang selalu membuatkanmu sarapan setiap pagi setelah membangunkanmu dari tidur pulas semalaman. 

Aku ingin menjadi sebaik-baiknya wanita agar kau bahagia dan bangga. Menjadi teman, adik, sahabat, istri dan ibu yang terbaik untuk keluarga mungil kita nanti. Meski aku suka ngambek seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen, tetapi kau tetap sabar menghadapiku. Kau memberikan kasih itu tanpa jeda. Tidak seperti hujan kali ini yang ada redanya, tapi sayangmu tidak. Terima kasih sayang sudah mengajarkanku banyak kesederhanaan.

Bersamamu membuat hidupku tidak rumit. Planning masa depan terlihat sangat rapi. Tetap sederhana kau menemaniku merajut mimpi-mimpi yang belum terwujud. Dengan sederhana, kita bersama-sama meniti jalan setapak untuk cita-cita. Sambil menata hidup yang lebih baik, kita selalu beriringan untuk saling meyakinkan dan terus menguatkan. Banyak yang menunggu kita disana. Termasuk Ranu Kumbolo dan sekawanan surga indah yang lain milik sang pencipta.

Bahagia menjadi bagian hidupmu. Bahagia menjadi milikmu sayang. Dan tentunya, aku juga sangat bahagia bisa berbagi surga dan menciptakan surga-surga itu bersamamu seperti candle light dinner kita yang selalu dilakukan dengan makan es krim berdua. Pada akhirnya aku yakin bahwa cinta yang sederhana akan menghasilkan energi yang luar biasa. Sederhana itu bagian dari kita.

11 Januari 2013

Karena Saya SMK

Agar mampu berperan dalam persaingan global, sudah selayaknya perlu mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan guna menghadapi era globalisasi. Maka dari itu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia karena pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu pula. 

Pendidikan adalah salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya, tidak terkecuali para remaja. Baik dari kalangan menengah ke atas maupun ke bawah, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia diusia produktif yaitu antara umur 15-45 tahun. Tentunya jumlah tenaga kerja semakin bertambah besar. Jika tidak dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia dan lapangan pekerjaan, maka tingkat pengangguran dari penduduk usia produktif akan meningkat. Kondisi yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah adalah masih rendahnya minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bisa dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang masih rendah sehingga para lulusan SLTP terpaksa bekerja untuk membantu mencari nafkah.

Sebagian besar siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga dikarenakan terbatasnya sarana pendidikan SMA yang ada. Akses pendidikan yang ada di kota-kota besar biasanya lebih terbuka dan maju daripada di daerah-daerah. Mereka yang dapat melanjutkan ke SMA hanya sebagian kecil. Artinya sebagian besar akan sulit mendapatkan pekerjaan karena pendidikan yang mereka tempuh sebelumnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa SMA semestinya harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas) karena mereka tidak disiapkan untuk bekerja sehingga tidak mempunyai keterampilan. Dari tahun ke tahun angka penganguran selalu naik, khususnya yang berasal dari lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang universitas.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaktepatan sarana pendidikan yang tersedia dan minimnya sarana pendidikan yang ada. Oleh karena itu perlu dikembangkan sarana pendidikan yang dapat memberikan bekal keahlian dan keterampilan yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan kondisi tersebut maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memberikan alternatif solusi dengan memberikan bekal kompetensi yang dapat dipakai dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan berbekal kompetensi yang dimiliki ini, siswa diharapkan mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik sebab mereka memiliki ketrampilan yang dapat digunakan untuk bekerja. Namun, yang penting adalah bahwa bersekolah bukan semata-mata untuk mencari pekerjaan melainkan juga sebagai bekal untuk dapat menciptakan pekerjaan sendiri. Baik untuk dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Siswa yang bersekolah di sekolah kejuruan dipersiapkan sedemikian rupa dengan berbagai keterampilan sesuai bidang yang dipelajarinya. Mereka akan mendapatkan pembelajaran teknik di bengkel khusus (laboratorium untuk praktek ilmu kejuruan) sekolah dengan melakukan kegiatan-kegiatan keterampilan secara langsung. Dengan bekal inilah, siswa yang sudah lulus dapat menerapkan keterampilannya dan tidak perlu mencari pekerjaan sebab pekerjaan itu sebenarnya sudah ada di dalam dirinya.

Sayangnya keunggulan kompetensi SMK ini sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Adapun masalahnya antara lain kurangnya peminat karena tingkat awareness yang masih rendah. SMK cenderung memiliki banyak asosiasi negatif sehingga menimbulkan persepsi yang buruk di kalangan masyarakat Indonesia. Pertama, kurangnya kepercayaan masyarakat akan kompetensi akademisnya. SMK masih terkesan sebagai tempat belajar kedua setelah SMA, stereotype masyarakat menyebutkan bahwa siswa yang masuk ke SMK berasal dari kalangan keluarga menengah ke bawah. Siswa-siswa SMK juga dianggap sebagai anak yang nakal dalam pergaulannya. Dalam hal ini, orang tua sangat berpengaruh dalam mendorong minat siswa untuk melanjutkan studinya ke SMK karena pada usia tersebut karakteristik siswa lulusan SLTP masih belum terbentuk. Mereka masih tergolong labil dan masih mencari identitasnya.

Adapun SMK yang sudah ada, setiap institusi SMK tersebut tidak saling berintegrasi untuk mewujudkan tujuan general SMK secara utuh tetapi mereka masih berdiri sendiri-sendiri dan terkotak-kotak pada kompetensi masing-masing. Hal ini didasarkan pada jurusan, kurikulum atau kultur yang tidak sama dari setiap SMK sehingga penulis juga berkeinginan untuk menyatukan tujuan general SMK di Indonesia dalam satu payung besar di bawah Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan.

Fenomena di atas menimbulkan keprihatinan yang cukup besar akan rendahnya angka siswa lulusan SLTP yang melanjutkan ke SMK. SMK tidak hanya mengajarkan pengetahuan layaknya sekolah lanjutan SMKA tetapi SMK juga mengajarkan siswa tentang ketrampilan dan kemandirian dimana kedua hal tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Untuk itu keberadaan keberadaan SMK mampu menjawab kebutuhan dunia kerja dan masyarakat luas.

6 Januari 2013

10 hari dalam pelukan

Rupanya menunggu dalam waktu dua bulan itu lumayan terasa. Menunggu pulang, menunggu bertemunya banyak manisan hidup di sisi yang lain. Bukan soal akademik, pekerjaan atau hiburan. Namun, itu semua soal hati dan kebahagiaan yang terus dihibahkan untuk diri. Seperti kata salah satu teman, “nggakpapa puasa dulu. Puasa kan nggak selamanya. Pasti ntar ada lebarannya” Kalimat ini seperti memberi nutrisi tersendiri ketika mengingat dua bulan itu cukup lama.

Menuju 2013, aku kembali ke Malang. Ke dalam pelukan orang terkasih dan hanyut dalam bahagianya. Sampai-sampai banyak agenda yang sengaja diskip hanya untuk menjadikan hari-hari terasa quality time. Dari Jakarta menuju Surabaya, merasakan perjalanan dengan suka cita. Melebihi biasanya. Packing sebelum berangkat pun terasa lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Turun di stasiun Gubeng, aku melanjutkan lagi naik bis ke Malang karena tiket Penataran, kereta Surabaya – Malang sudah habis pagi itu. Aku memutuskan untuk menggunakan bis dengan asumsi agar lebih cepat sampai rumah. Horehoree, hari ini aku bertemu seseorang. Kekasihku.

Pagi-pagi aku dijemput di terminal Arjosari. Kaku, iyaa. Setelah beberapa bulan nggak ketemu, rasanya komunikasi via telepon itu cukup menjadi solusi terbaik kami. Namun, setelah tiba di rumah semuanya normal kembali. Aaah, senangnya. Akhirnya bertemu semua yang ku rindukan. Keluarga, kamu, kota kita dan banyak preferensi yang kebetulan banyak samanya.

Jum’at itu (21 Desember 2013) adalah hari yang dirancang Tuhan untuk kami. Bertemu surga pertama ketika singgah di Malang. Alhamdulillah.. bapak, ibu, adek, keluarga besar dan juga kamu sehat terjaga. Hari itu aku mendapatkan senyuman rindu terbaik di bulan desember. Mereka semua merindukan putrinya, merindukan kakaknya, merindukan pacarnya dengan caranya sendiri.

Setiap hari kami bertemu. Yaa.. setiap hari tanpa terkecuali. Quality time kami dilakukan dengan banyak cara yang menurut kami memberikan manfaat di keduanya. Damai, tenang dan tentu saja menyenangkan. Lebih banyak waktu itu kami habiskan berdua di ruang tamu, duduk bersebelahan sambil menikmati rintik hujan. Aku bisa bilang bahwa bulan desember adalah bulan hujan. Tapi aku suka karena hujan itu menemani kami.

Makan angsle bareng, makan sate bareng, nonton, jalan-jalan ke Batu, lihat bukit bintang, makan eskrim, silaturahmi ke teman-teman kami berdua menjadi pengisi hari-hariku di sisinya. Hal yang paling menyenangkan, kami juga silaturahmi ke keluarga besar yang berbeda. Seutas pemikiran lahir di kala itu, sepertinya aku adalah orang yang paling bahagia.

Ada kalanya aku menjadi orang yang menyebalkan, menyenangkan, membingungkan, manja, dan lain-lain ketika bertemu. Dia.. yang selama ini mengisi hati dan tak akan pergi. Pencarian sudah terhenti di satu titik. Dan cuma kamu pemilik titik indah itu.
Sepuluh hari menghabiskan waktu bersama. Terima kasih sayang.. Semoga semuanya terjaga karena kita tahu, semua tinggal menunggu masanya saja. Semua akan indah pada waktunya. Sempat terbesit bahwa tinggal disini saja lebih terasa ronanya. Namun, aku tahu ada tugas dan tanggung jawab yang harus ditunaikan. Aku selalu mencintai caramu yang selalu mensupportku untuk terus berkarya sesuai passionku. Meski aku tahu ada sendu di hatimu ketika mengingat waktu di Malang tinggal sebentar tapi kamu selalu berkata, “Semangat sayang.. lanjutkan terus cita-citamu” Membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik menjadi pondasi kuat kami untuk terus belajar. Belajar dalam segala hal. termasuk belajar agar kita tidak saling mengecewakan.

Banyak hal yang membuatku semakin dan semakin. Proses panjang itu berbuah manis dan bervitamin. Kita yang menanam, kita juga yang memanen. Banyak surprize yang berbentuk kado yang selalu kamu berikan setiap harinya sebelum aku balik ke tanah perantauan. Sampai di hari itu kita sama-sama sadar, aku harus kembali. Kembali lagi ke Jakarta untuk belajar banyak arti kehidupan yang sesungguhnya.
Thank you for this Smurf
Sore itu, hari kesepuluhku di kota Malang, kau melepasku pergi di stasiun Kota Baru. Rasanya sirine tanda kereta akan segera berangkat itu menjadi bunyi yang suram. Bunyi tanda dimana perpisahan akan terjadi sebentar lagi. Tapi aku sangat bahagia, perjalananku sore itu kau beri pemanis natural yang kamu miliki. Surprize lagi.

Terima kasih Tuhan untuk segala rasa yang sudah diberikan. Terima kasih pembelajar yang sebelumnya karena kalian sudah mengantarkanku untuk merajut keindahan hidup yang selanjutnya. Sudah pernah jatuh bukan berarti tidak bisa mendaki lagi. Justru sekarang tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mendaki lagi dengan cara yang sudah direvisi oleh pengalamannya. Kita sama-sama tahu bahwa kita berdua adalah orang terpilihNya, yang semoga memang berbeda dari yang sebelumnya. Bersamamu membuatku semakin bersyukur setiap harinya karena Tuhan juga selalu melipatgandakan nikmatNya untuk kita.

Sampai jumpa di Jakarta sayang. Sesuai dengan janji penyemangatmu, Maret esok kita akan bertemu lagi. Disini. Biarlah rindu ini jadi bagian dari kisah kita yang memang tak akan bisa dihapus. Semangat untuk menjalani bulan Januari hingga Februari yang akan berlalu penuh tantangan dan penentuan masa depan. Ingat tagline kita berdua yang sepertinya lebih cocok jika diekspresikan dengan bahasa Cina Surabaya. Dengan logat khasnya, aku senang bilang.. Semangat sayang. Ika-Isa! :)

1 Januari 2013

Putri Apel dan Bunga-bunga Malaikat

              Di suatu pagi yang berkilau, terlihat putri nan jelita sedang menyiram bunga di taman rumahnya. Ia menyirami tamannya dengan penuh suka cita. Putri Apel tinggal sendirian di rumah yang besar itu. Orang tuanya meninggal satu tahun yang lalu tertimpa musibah banjir bandang. Namun, Putri Apel menjalani hidupnya dengan semangat. Bahkan ia tak merasa tinggal sendirian karena ia selalu ditemani bunga-bunga indah yang sedang bermekaran di tamannya.

                Dengan senyuman manis, pagi itu bunga mawar menyapa “Selamat pagi Putri Apel. Pagi ini kau tampak lebih berseri padahal cuaca kemarau panjang ini membuat banyak orang stress” Diikuti oleh bunga melati dan bunga kamboja di sebelahnya “Iyaa, putri terlihat sangat bahagia.. Hhmm, ada apa yaa?” Putri Apel membalas dengan riang “Benarkah? Aku terlihat lebih berseri begitu? Hhmm.. Meski cuaca kemarau, hujan, gerimis atau badai sekalipun, kita harus tetap semangat” Sambil mengangkat tangan kanannya tanda bahwa Putri Apel memang sangat bersemangat pagi itu. Kemudian, bunga-bunga cantik di taman itu serempak mengatakan “terima kasih Putri Apel yang selalu menjaga kami” Mereka tersenyum gembira.

                Rupanya yang membuatnya lebih berseri hari itu adalah Putri Apel akan mengadakan hajatan ke desa sebelah. Ia ingin berbagi dengan teman-teman yang kurang beruntung, tidak seperti dirinya yang selalu berkecukupan. Putri Apel memang anak kaya tapi ia selalu hidup sederhana. Putri Apel bersiap-siap ke pasar untuk membeli segala keperluan. Ia ditemani Strobery Mungil, sosok teman yang selalu ada untuknya. “Mau beli apa saja Putri?” tanya Strobery Mungil. Lalu Putri Apel menjawab dengan gembira “Karena aku suka sekali dengan es krim, aku akan membuat es krim yang lezat untuk teman-teman di desa sebelah nanti. Kebetulan mereka pernah bilang bahwa mereka belum pernah makan es krim” Setelah sampai di pasar, Putri Apel memilih bahan-bahan yang ia perlukan untuk membuat es krim tersebut.

Setelah selesai belanja di pasar, ia kembali pulang. Putri Apel tak sabar untuk segera tiba di rumah dan langsung membuat es krim itu. Ia berjalan melewati pematang sawah dan sungai-sungai bersama Strobery Mungil. Putri Apel menggandeng tangannya sambil berjalan beriringan. Mereka berdua lebih seperti kakak adik yang saling menyayangi.
Di tengah perjalanan, Ia dihadang oleh Monster Durian. Tubuhnya yang tegap dan besar membuat Putri Apel dan Strobery Mungil langsung berhenti berjalan. Mereka berdua ketakutan. “Heii kau, putri apel busuk. Apa yang kau bawa itu?” bentak monster durian. Putri Apel dan Strobery Mungil gemetaran. Mereka hanya terdiam, tidak mampu menjawab. Monster Durian naik pitam dan ia langsung menarik tas kain yang dibawa Putri Apel. Hasilnya, tas kain itu robek dan bahan-bahan untuk membuat es krim tercecer berantakan. Monster Durian justru semakin garang dan mencoba mengambil bahan yang tersisa. Yang tercecer di tanah malah ia rusak sehingga bahan-bahan itu jelas tidak akan bisa dipakai.

Putri Apel menangis. Sambil tersedu-sedu ia bilang “kembalikan bahan-bahan itu. Aku ingin membuat es krim untuk teman-teman di desa sebelah. Jangan diambil. Aku mohon” Strobery Mungil juga menangis ketakutan “Kembalikan Monster Durian. Itu tidak enak untuk dimakan. Itu bahan mentah semua” katanya. Karena Monster Durian sudah terlanjur murka, ia justru membuang semua bahan-bahan yang masih tersisa. “Aaaah, banyak alasan kalian berdua. Kenapa kamu punya banyak teman Putri Apel? Kenapa mereka sangat suka berteman denganmu? Kenapa kamu mau berteman dengan bocah ingusan di desa sebelah. Kau tak tahu, aku ini sendirian” Muka garangnya berubah sedikit menjadi melankolis.

Selama ini Monster Durian memang selalu sendirian. Ia tak punya teman seperti Putri Apel karena sifat buruknya. Banyak teman yang menjauhinya. Ia serakah dan sombong.

                Tak kuasa menahan tangisnya, Putri Apel lari. Ia tak menjawab apa pun. Ia langsung meninggalkan Monster Durian yang sedang marah-marah. Strobery Mungil menyusulnya. Ia mencoba membesarkan hatinya dan mengajaknya duduk sejenak di bawah pohon jati agar Putri Apel tidak menangis lagi. Tiba-tiba saja Putri Apel berkata “Bagaimana ini Strobery Mungil.. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bahan-bahan es krim sudah tidak ada rupanya. Aku sudah berjanji dengan teman-teman disana dan mereka terlihat sangat senang ketika mendengar aku akan membuatkannya es krim sore ini. Pasti mereka kecewa padaku sekarang” Strobery Mungil pun terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. “Bersabarlah Putri, pasti ada jalan keluarnya. Putri Apel sudah berniat tulus berbagi dan membahagiakan orang lain. Pasti akan ada keajaiban karena apa yang tulus dari hati pasti akan kembali ke hati lagi” Strobery Mungil menambahkan. Mendengar jawaban dari Strobery Mungil, Putri Apel tersenyum tipis. Ia terlihat sedikit lebih lega sekarang.

                Strobery Mungil mengajaknya pulang. Ia berjanji akan membantu Putri Apel untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi ini. Putri Apel mengiyakan dan mereka berjalan menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, Putri Apel kaget bukan main. Ia heran dan sekaligus senang karena melihat dapurnya berisi banyak bahan-bahan segar untuk membuat es krim. Putri Apel bergumam sendiri sambil tercengang “Dari mana ini semua Strobery Mungil.. Aku tak percaya” Lalu terlihat di sudut dapur itu, bunga mawar, bunga melati dan bunga kamboja yang tersenyum malu. Putri Apel langsung bertanya “Ini kalian semua yang menyiapkan?” Mereka bertiga mengangguk pelan. Bunga melati berkata “Kami tahu Putri Apel ingin membuat es krim untuk teman-teman di desa sebelah. Kami berniat membantu Putri jadi tadi ketika Putri Apel dan Strobery Mungil berangkat ke pasar, kami juga pergi mencari bahan-bahan. Kami ingin seperti Putri yang suka membantu orang lain”

Seketika Putri Apel memeluk mereka bertiga, juga Strobery Mungil. Putri Apel terharu dan meneteskan air mata. Ia sangat menyayangi mereka karena merekalah yang membuat hari-harinya tidak sepi lagi setelah ditinggal orang tuanya. Putri Apel sangat senang karena akhirnya ia juga bisa membuat es krim.

Mereka mulai membuat es krim bersama-sama. Sampai es krim itu benar-benar jadi, mereka sembari bersiap-siap menuju desa sebelah. Tidak lama kemudian, mereka bersama-sama kesana. Rupanya sudah banyak yang menunggu kedatangan Putri Apel. Apalagi melihat Putri Apel membawa banyak es krim, mereka lebih gembira lagi. Akhirnya mereka makan bersama sore itu dengan riang gembira menikmati es krim lezat buatan Putri Apel dan teman-temannya.