11 Januari 2013

Karena Saya SMK

Agar mampu berperan dalam persaingan global, sudah selayaknya perlu mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia. Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan guna menghadapi era globalisasi. Maka dari itu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia karena pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu pula. 

Pendidikan adalah salah satu modal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya, tidak terkecuali para remaja. Baik dari kalangan menengah ke atas maupun ke bawah, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia diusia produktif yaitu antara umur 15-45 tahun. Tentunya jumlah tenaga kerja semakin bertambah besar. Jika tidak dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia dan lapangan pekerjaan, maka tingkat pengangguran dari penduduk usia produktif akan meningkat. Kondisi yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah adalah masih rendahnya minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bisa dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang masih rendah sehingga para lulusan SLTP terpaksa bekerja untuk membantu mencari nafkah.

Sebagian besar siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga dikarenakan terbatasnya sarana pendidikan SMA yang ada. Akses pendidikan yang ada di kota-kota besar biasanya lebih terbuka dan maju daripada di daerah-daerah. Mereka yang dapat melanjutkan ke SMA hanya sebagian kecil. Artinya sebagian besar akan sulit mendapatkan pekerjaan karena pendidikan yang mereka tempuh sebelumnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa SMA semestinya harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas) karena mereka tidak disiapkan untuk bekerja sehingga tidak mempunyai keterampilan. Dari tahun ke tahun angka penganguran selalu naik, khususnya yang berasal dari lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang universitas.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaktepatan sarana pendidikan yang tersedia dan minimnya sarana pendidikan yang ada. Oleh karena itu perlu dikembangkan sarana pendidikan yang dapat memberikan bekal keahlian dan keterampilan yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan kondisi tersebut maka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memberikan alternatif solusi dengan memberikan bekal kompetensi yang dapat dipakai dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan berbekal kompetensi yang dimiliki ini, siswa diharapkan mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik sebab mereka memiliki ketrampilan yang dapat digunakan untuk bekerja. Namun, yang penting adalah bahwa bersekolah bukan semata-mata untuk mencari pekerjaan melainkan juga sebagai bekal untuk dapat menciptakan pekerjaan sendiri. Baik untuk dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Siswa yang bersekolah di sekolah kejuruan dipersiapkan sedemikian rupa dengan berbagai keterampilan sesuai bidang yang dipelajarinya. Mereka akan mendapatkan pembelajaran teknik di bengkel khusus (laboratorium untuk praktek ilmu kejuruan) sekolah dengan melakukan kegiatan-kegiatan keterampilan secara langsung. Dengan bekal inilah, siswa yang sudah lulus dapat menerapkan keterampilannya dan tidak perlu mencari pekerjaan sebab pekerjaan itu sebenarnya sudah ada di dalam dirinya.

Sayangnya keunggulan kompetensi SMK ini sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Adapun masalahnya antara lain kurangnya peminat karena tingkat awareness yang masih rendah. SMK cenderung memiliki banyak asosiasi negatif sehingga menimbulkan persepsi yang buruk di kalangan masyarakat Indonesia. Pertama, kurangnya kepercayaan masyarakat akan kompetensi akademisnya. SMK masih terkesan sebagai tempat belajar kedua setelah SMA, stereotype masyarakat menyebutkan bahwa siswa yang masuk ke SMK berasal dari kalangan keluarga menengah ke bawah. Siswa-siswa SMK juga dianggap sebagai anak yang nakal dalam pergaulannya. Dalam hal ini, orang tua sangat berpengaruh dalam mendorong minat siswa untuk melanjutkan studinya ke SMK karena pada usia tersebut karakteristik siswa lulusan SLTP masih belum terbentuk. Mereka masih tergolong labil dan masih mencari identitasnya.

Adapun SMK yang sudah ada, setiap institusi SMK tersebut tidak saling berintegrasi untuk mewujudkan tujuan general SMK secara utuh tetapi mereka masih berdiri sendiri-sendiri dan terkotak-kotak pada kompetensi masing-masing. Hal ini didasarkan pada jurusan, kurikulum atau kultur yang tidak sama dari setiap SMK sehingga penulis juga berkeinginan untuk menyatukan tujuan general SMK di Indonesia dalam satu payung besar di bawah Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan.

Fenomena di atas menimbulkan keprihatinan yang cukup besar akan rendahnya angka siswa lulusan SLTP yang melanjutkan ke SMK. SMK tidak hanya mengajarkan pengetahuan layaknya sekolah lanjutan SMKA tetapi SMK juga mengajarkan siswa tentang ketrampilan dan kemandirian dimana kedua hal tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Untuk itu keberadaan keberadaan SMK mampu menjawab kebutuhan dunia kerja dan masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar