27 September 2012

Tumbler Magic

Banyak cerita yang pengen diungkapkan sehingga membuat hari-hari saya serasa berkejar-kejaran dengan rasa semangat. Usai kerja sampai sore, yang juga dipenuhi banyak rasa riang, saya juga selalu semangat pulang ke dorm karena pasti banyak cerita baru yang bisa dirangkai dalam goresan pena. Eh salah, ini kan bukan kertas yang ditulis pake pena. Namun, cerita yang diketik dengan balok note keyboardnya Toshi. Hheee..

Sebagai pelengkap kebahagiaan di september ini, Tuhan telah membalikkan dunia dengan seenakNya saja. Peristiwa itu yang setidaknya sangat memorable bagi saya. Di tengah seluruh kebahagiaan, ada segelintir duka yang menggores batin. Itu membuat saya semakin mencintaiNya. Justru karena jatuh inilah saya merasa menjadi manusia yang sangat beruntung. Tuhan telah mengingatkan saya untuk selalu berhati-hati. Dalam segala hal tentunya. Ini bukan keluhan atau mengutuk diri, tapi saya menganggapnya ini adalah jalan terang setelah setitik gelap datang. Efeknya, bisa lebih menghargai, bisa lebih bekerja keras dan yang terpenting selalu hati-hati. Tidak ceroboh. Cukup kemarin saja yaa teledornya. Belajar Ika, belajar.

Di cerita sebelumnya sudah saya ungkapkan tentang laptop yang rusak. Inilah kesedihan yang datang. Untungnya bisa menghadapi dengan lapang dada dan selalu berusaha ikhlas. Thanks God.

Kisah itu bermula sekitar dua minggu yang lalu ketika saya ke Blok M bersama Ipeh dan Maris, sahabat saya. Saya ke Carefour dan berniat beli tumbler. Tau tumbler kan? Ini bukan tumbler yang biasa digunakan untuk share artikel layaknya blog yaa. Yang saya maksud disini adalah tumbler sebagai tempat minum. Saya berniat mau beli 2 tumbler, kembaran dengan adek saya di Malang. Sebenarnya saya sudah punya tumbler ungu yang sudah menemani saya kemana-mana, hampir di seluruh agenda travelling saya sekalipun. Malah ada satu teman saya yang tidak bisa menyebutnya tumbler atau tempat minum. Ia malah lebih akrab memanggilnya dengan sebutan “hai termos” Hhmm, ini hanya soal nama yang nggak perlu dipusingkan. Yang terpenting bagi saya adalah manfaatnya.

Tumbler saya yang dulu sudah sirna karena ketinggalan di kosan teman. Kalau hanya ketinggalan seharusnya bisa diambil, tapi yang ini beda. Ketinggalan sekaligus tidak pernah bersua kembali. Nah, gimana tumbler ungu itu mau balik lagi? Hhmm, yasudah. Saya memutuskan untuk beli lagi kembar. Adek saya sekarang duduk di bangku SMP dan saya lihat kemarin pas pulang, dia sangat aktif (kaya mbaknya yaa, hhee). So saya pengen adek tetap savety dalam berkegiatan, salah satunya dengan tumbler tersebut. Intinya saya hanya ingin menerapkan sesuatu yang sama, seperti yang saya jalani ke adek saya (kalau memang hal itu dimungkinkan). Jadi berbeda dengan tindakan pemaksaan.

Setelah hampir setengah jam memilih, akhirnya pilihan saya jatuh pada tumbler biru ini. Ini produk Jepang. Saya sengaja beli yang ukurannya sama, jadi benar-benar kembaran asli. Masalahnya harga yang kecil dengan yang besar nggak jauh beda. Mending yang besar sekalian, yang bisa menampung banyak kapasitas. Iyaa kan? 
those are the tumbler magic
Harga tumbler ini Rp 45.000/item. Saya memilihnya karena tumbler ini saya anggap bisa menemani wanita seperti saya dan adek saya. Tidak terlalu menye-menye, juga tidak terlalu maskulin banget. Itu yang terpenting.
***

Sesampai di dorm, saya langsung mencucinya biar higienis. Punya adek saya amankan dilemari. After that, punya saya bisa langsung dipakai. Saya sampai dorm malam, sehingga saya pun langsung bersih-bersih diri kemudian menuju kamar dan tidur di kasur atas. Sebenarnya kasur saya di bawah tapi malam itu saya ingin tidur di atas. Kebetulan kasur atas tidak berpenghuni.

Nah, mulailah ceritanya. Tumbler magic ini mulai menampakkan kesaktiannya. Hhmm, bukan kesaktian juga sih. Itu hanya sebutan saya saja yang mungkin berlebihan. Maklum, orang yang sedang apes pasti bawaannya begini. Tumbler itu saya isi penuh untuk jaga-jaga saat tidur nanti. Saya bawa tumbler tersebut naik ke kasur atas. Hhmm, its the moment exactly happen. Ternyata tumbler itu belum saya tutup dengan rapat. Airnya tumpah ke kasur dan bocor sampai ke kasur bawah mengenai kasur Ema, teman saya. Jatuhnya tepat di sebelah meja kayu yang ditumpangi laptop Ema di atasnya. Laptop tersebut adalah Emacine. Lagi-lagi ini hanya sebutan nama saja. Ema memanggilnya begitu, layaknya saya yang juga sangat menyayangi Toshi (baca: laptop).

Laptop tersebut dalam keadaan terbuka. Dengan kaget saya langsung membereskan air yang jatuh de sebelah meja agar tidak menyebar kemana-mana. Saya langsung merapikan kasur yang kebocoran tersebut. Hhmm, dan tentu saja sudah bisa ditebak kan.. saya gugup banget, takut kalau ada apa-apa sama laptop itu. Saya pun tidak jadi tidur disitu karena merasa masih takut dan khawatir kalau nanti malah kejadian yang aneh-aneh lagi. Yaa, bisa dibilang saya masih trauma unyil. Malam itu saya langsung tidur, kembali ke tempat saya. Dan karena hari itu memang crowded banget, saya hanya membutuhkan waktu 30’ untuk bisa pulas digenggam malam. Ini termasuk luar biasa.

Acara ngreyen tumbler jelas gagal total karena ia justru membawa musibah bagi makhluk lain yang bernama Emacine. Pagi-pagi saya buka hape yang sudah banyak dengan sms-sms dan misscall. Rupanya dari semalam teman-teman saya membangunkan saya lewat hap but ini tidak berhasil. Hape saya jauh dari jangkauan telinga saya.

Emacine rusak. Ia tak bisa menyala. Kronologisnya, ia kejatuhan air tadi. Saya tidak melihat dengan mata kepala saya sendiri tentang air yang menghujani Emacine. Namun dalam logika saya, air itu merembes sampe ke bagian kasur yang tengah sehingga ia melebarkan jangkauan bocornya sampai ke titik dimana laptop Ema tertidur. Benar-benar tidak bisa dinyalakan. Mati pett. Akhirnya kami mencoba mengringkan air yang masuk dengan jalan menggunakan hair driyer, AC kamar yang dinyalakan sampai mengencangkan tekanan kipas angin kamar.

Tentu wajah saya pucat pasi melihat musibah ini. Semua berawal dari kecerobohan saya. Meski kami sama-sama memaklumi bahwa tragedi ini karena apes saja. Dan kebetulan apes itu menimpa saya. Saya paham, maksud Tuhan adalah agar saya menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan lebih hati-hati. Untungnya saya tidak gelap mata, menangis dan digalaukan oleh hal ini. Saya bersyukur memiliki hidup yang serba indah tiada tara ini. Pasti ada hikmah baik yang akan terjadi untuk saya. Saya percaya itu.

Dan memang sengaja dibenarkan Tuhan, tragedi itu justru mengantarkan saya untuk menerima kenikmatan yang lebih banyak. Kenikmatan dalam bentuk lain yang lebih menenangkan jiwa. Rasanya pengen nyanyi lagunya Coldplay yang Fix You seketika. Iingat liriknya yang sekarang ngena banget sama kasusnya Emacine rusak. When you try your best but you don’t succeed. Tidak ada orang yang menginginkan dijatuhi banyak durian busuk. But itu memang cobaan hidup, bagaimana kita bbersikap menghadapinya. Kita sendiri yang tahu. Dan semua sudah menjadi bubur. Tidak ada alasan untuk mengeluhkan hidup karena sudah begitu banyak nikmat yang kita terima. Tetap semangat!!

Motherboard oh motherboard. Semuanya berujung pada motherboard. Badai besar ini datang dari kisah motherboard. Gusti, paringi sabar. Saya paham bahwa badai pasti akan berlalu sepeti lagu yang dipopulerkan oleh Ari Lasso itu. Beberapa hari setelah tragedi itu, saya membawanya ke Acer Center di daerah Ratu Plaza Sudirman. Disini saya mulai merasakan kekhawatiran yang memuncak. Ini sebenarnya terkait dengan masalah finansial. Hhmm, sudah pasti saya mengganti kerusakan tersebut. Dan berapa duit yang dibutuhkan jika motherboard sudah rusak begitu. Bukan hany rusak, tapi motherboardnya memang harus diganti. Sudah korosi katanya bapak service. Service center tersebut tidak sanggup memperbaiki sehingga kami membawa Emacine kembali pulang. Hhmm, belum ada satu bulan di Jakarta. belum juga genap satu minggu kerja. Rasanya Tuhan menyentuh dengan cara yang sangat kuat efeknya. 

Poin sudah ada. Motherboard itu sangat mahal. Harganya bisa mencapai 1,5 – 2 juta. Hhmm, pertanyaan selanjutnya, uang dari mana untuk mengganti itu ya Tuhan? Hhmm, nyesek. Saya selalu berdoa semoga diberikan rezeki yang berkah. Meski tidak banyak kalau berkah pasti bermanfaat. Agenda bulan ini harus hemat. Hemat sehemat mungkin biar tidak sampai mengganggu jatah keuangan lainnya. Pasalnya bahkan saya sudah membuat planning soal finansial sampai bulan desember ini. Saya tidak mau kejadian tragis ini merusak agenda saya di kegiatan yang lain (terkait soal finansialnya yaa) sehingga saya harus lebih cermat dan hemat untuk beberapa bulan ke depan.

Finally, Ema akhirnya memutuskan beli laptop baru. Semoga awet yaa Maa. kita sudah sama-sama diingatkan olehNya. Semoga Fujitsu menjadi pengganti terbaik buat Emacine. Yaa, dimirip-miripkan sama Kresno gitulah. Hhee.. Alhamdulillah, sudah terlalu banyak nikmat yang diberi. Sungguh.
Mereka teman baik saya
Bulan depan, tumbler punya adek bakal sampai di malang dengan sebuah boneka dolphin. Yaa, nggak cuma tumbler yang bakal hijrah kesana, tapi dolphin yang saya kasih nama Mahameru ini juga akan akan ikut hijrah kesana. 
Mahameru sudah bersemayam di kamar saya selama tiga tahun lebih bersama Doramumun, Rinjani (Singa), anjing dan si kura-kura. Hhmm, hewan peliharaan saya bakal berkurang satu. Semoga tumbler itu tidak mengikuti aktivitas tragis yang disini. 
they'er my lovely sisters
Dijaga baik-baik yaa sayang. Semoga bermanfaat buat segala kegiatannya. Kembaran kan, jadi harus kembar semangatnya, prestasinya. Justru harus bisa lebih dari mbak. Oke, semangaaat adek Rara!!

25 September 2012

Jhoni Sudah Gede

Jhoni. pasti kalian semua sudah menebak-nebak siapa Jhoni disini. Yang jelas bukan bapak karena bapak sudah tidak mengalami masa pertumbuhan. lalu, siapa? Pacar saya? Adek saya? atau justru kakak saya? 

Hhmm, well saya sangat bersyukur karena Jhoni sudah gede. Siapa itu Jhoni? Nah,  Jhoni itu nama sapi saya. Sebenarnya nama itu pemberian ibu. Tepat tahun baru 2012 lalu saya membuat banyak resolusi. Salah satunya dengan membeli kambing di tahun 2012 ini. Saya paham, saya belum bisa menghasilkan banyak uang. Yaa, ini sebenarnya juga pemikiran klasik kalau mahasiswa lebih minim input daripada yang sudah bekerja. Sejujurnya saya sangat tidak setuju dengan pemikiran semacam ini. 

Dulu saya mikir beli kambing karena sapi sepertinya terlihat lebih mahal. Berkali-kali lipat dari kambing. Tapi apa yang terjadi sekarang? Alhamdulillah, saya berhasil membeli sapi laki-laki di awal tahun ini. Sekarang Jhoni dirawat oleh saudara saya di Malang. 

Rasanya senang sekali ketika melihatnya tumbuh dewasa. Tentunya bahagia itu lebih karena apa yang saya cita-citakan bisa terealisasi. Saya membeli sapi tersebut dengan tabungan yang selalu saya kumpulkan ketika saya mendapat job atau semacam freelance disini. 
Yaa sudah, baik-baik yaa Jhoni.

            Selama ini yang saya tahu hanya rumput kalau ditanya soal sapi. Ternyata begitu banyak nutrisi yang baik untuk sapi. Dan saya mengetahui itu dari kakek saya. Lebaran kemarin saya diajak kakek saya ke toko obat-obatan pertanian. Setelah itu baru ke toko pakan hewan. Disitulah saya tahu banyak hal. ternyata selama ini, Jhoni bisa tumbuh segar karena diberi susu, vitamin C dan mineral. Bayangkan saja, sapi lho yang dikasih banyak nutrisi tambahan. Jhoni pasti sehat.

Exciting Identity

Episode kali ini sebenarnya masih ada kaitan dengan judul yang sebelumnya. Tepatnya ini adalah ulasan lebih detail tentang satu topik yang sudah saya sebutkan disana. Tentang pekerjaan baru dan lingkungan baru. Grand topiknya tentu saja masih di seputar september ceria. It’s happennning in september exactly.

Satu lagi cerita yang membuat hati semakin berbunga-bunga karena rahmatMu. Saya punya rutinitas baru di semester ini. Ke kantor pagi-pagi dan pulang di jam-jam kemacetan yang super. Tapi itu tak membuat mendung sedikit pun. Indah, hanya indah yang bisa dikatakan. Saya masuk di tim kreatif Identity, sebuah branding consultant yang berlokasi di Jl. Saharjo, Tebet.

Saya masuk kesini tepat setelah seminggu saya tiba di Jakarta. Awalnya saya dianjurkan agar masuk sebelum lebaran. It’s mean, saat itu masih bulan puasa. disitulah saya menemukan rasa keengganan. Jika masuk kesana saat itu, menurut saya tidak efektif. Baru beberapa minggu masuk sudah lebaran. Dan lebaran adalah arus mudik yang super crowded

Sebagai seorang perantau, saya sebisa mungkin menghindari arus ini (kalau memang masih bisa, hhee..) Akhirnya saya suggest agar bisa masuk setelah lebaran. Sekalian biar waktu freenya lebih banyak pas lebaran. Itu motiv paling utama sebenarnya. Saya sudah punya bayangan, jika saya masuk sebelum lebaran berarti saya juga harus masuk kantor mengikuti jadwal setelah mudik nanti. Biasanya H+7 sudah masuk. Nah, ini yang paling saya risaukan. Jujur saja, saya masih ingin berlama-lama di rumah. Dari lebaran-lebaran yang lalu saya selalu balik cepat ke Jakarta, bahkan lebaran ketupat pun biasanya sudah kembali, tiba di tanah rantau. Di Paramadina, after lebaran selalu berbarengan dengan jadwal GMP. GMP adalah singkatan dari Grha Mahardika Paramadina. Itu semacam ospek, jika kita bandingkan dengan kampus lain. Nah, saya selalu masuk dalam bagian ospek tersebut sehingga sudah bisa dipastikan bahwa saya harus balik buru-buru ke Jakarta terkait persiapan hajatan menyambut mahasiswa baru.

Kembali ke topik awal mengenai masalah pekerjaan. Saya sangat berterima kasih kepada mas Afif. Saya sangat paham bahwa Tuhan mengirimkan kebaikannya melalui mas Afif. Nah, sebenarnya siapa mas Afif ini?? Dia adalah cikgu baru saya. Hhaaa.. Teman yang sekaligus sudah saya anggap sebagai kakak. Kami saling tahu sudah cukup lama karena kebetulan dia adalah pacar sahabat baik saya. She’s Phiang. Namun, kami bisa sedekat kakak adik seperti sekarang ini, yaa baru akhir-akhir.

Mas Afif menjadi semacam media yang dikirimkan Tuhan. Thank you cikgu. Dari sebelum CV dan portofolio itu dibuat, Ia selalu mensupport saya. Sampai pada akhirnya saya bisa bergabung dengan timnya yang keren. Ia membantu sepenuh hati. Hal itu yang saya rasakan dengan kehadirannya. Semoga kebaikanmu dibalas dengan kenikmatan lain yang justru lebih mendalam mas. Amien. Dan akhirnya rasa lega itu muncul ketika saya selesai interview dengan pemilik perusahaan tersebut. Beliau adalah bu Aqis, wanita karir yang sangat ramah.
ruangan kerja saya
Kantor itu terasa lebih menjadi rumah hangat. Dan seakan Tuhan tahu bahwa saya tidak pernah berolahraga khusus. Ruangan dimana saya bekerja ada di lantai 4. And you know, kantor ini tidak menyediakan lift sehingga setiap hari kami harus olahraga naik turun tangga. Untungnya saya stay di lantai 4. Bayangkan saja jika saya harus menjadi pak misbah, salah satu karyawan juga yang kerjanya lebih sering di lantai atas kami.

Rekan kerja saya disana sangat menyenangkan semua. Mereka adalah orang yang supel. Bersama tim kreatif yang berjumlah 6 orang, saya mengeksplor kemampuan saya di dunia DKV. Berusaha belajar lebih banyak dan mencuri ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka yang jelas lebih expert. Tim kreatif yang bersemayam di lantai 4 tersebut adalah mas Afif, mas Bayu, mas Tomi, mas Bonni, mas Almi dan pak Abi. Dan sudah jelas, saya adalah satu-satunya wanita paling cantik di tim ini. Pertama masuk, saya memang masih canggung bagaimana menempatkan diri di tengah laki-laki muda seperti mereka. Hanya pak Abi dan mas Bayu saja yang sudah menikah. Disini saya sadar, ternyata environment laki-laki itu lebih menyenangkan. Memberi banyak kejutan. Rasa canggung itu hanya muncul beberapa hari. Selanjutnya, isinya hanya kerja sambil hahahihiii. Kantor terasa lebih asik dan hidup karena manusianya yang masih muda, ditambah lagi memang orang-orangnya humoris, selain kreatif. I’ve great partner at there.

Ohyaa, beberapa hari yang lalu kantor sangat ramai. Ada apa? Hhmm, karena malamnya ada pertandingan sepak bola. Saya lupa tim mana yang main. Eh, bukan. Lebih tepatnya, saya tidak tahu siapa yang main karena saya juga bukan pecinta bola. Kantor terlihat lebih tertawa. But, saya hanya bisa mlongo *hening* karena mereka semua ribut soal bola. Sedangkan saya wanita satu-satunya disana. Namun, ini memiliki nilai kunci tersendiri bagi saya. Mereka sangat baik dan selalu care terhadap saya. Jadi wanita sendiri justru lebih menyenangkan, khususnya di tengah-tengah orang hangat.

Di kantor juga memiliki semacam perpustakaan mini. Banyak buku-buku desain yang belum saya jumpai di toko buku. Ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi saya. Bisa belajar banyak hal secara gratis dengan buku soal branding, layout, tipografi, colour guide dan masih banyak yang lainnya. Itu menjadi semacam pelengkap 7 Imac dan 1 PC yang terjajar rapi di ruangan.
my first project, design CSR book
Nah, satu lagi yang ingin saya ceritakan. Ini soal mas Bayu. Beliau adalah senior designer di Identity. Pertama saya masuk, beliau memang paling pendiam daripada yang lainnya. Yaa saya cukup memaklumi, mungkin orang kalau sudah menikah yaa seperti ini. Berbeda sekali dengan yang masih single. Sebenarnya mas Bayu juga masih muda seperti yang lainnya, hanya saja beda status. Beliau terlihat menyeramkan bagi yang tak kenal. Padahal itu juga nggak benar. Beliau adalah orang yang sangat baik. Cerdas dan banyak pengalaman karena sudah banyak berkecimpung di dunia brand. Mas Bayu selalu membagikan ilmu yang Ia miliki. Tidak disimpan sendiri. Itu yang paling saya kagumi.

Selain mas Afif, pak Abi dan mas Bayu, ada lagi om beruang bernard alias mas Tomi. Dia sosok yang humoris dan gembul badannya. Lalu, mas Bonni yang juga sangat berpengalaman dan expert di bidangnya. Dan yang terakhir adalah mas Almi. Dia memiliki style ala Keenan, Adipati yang main di film Perahu Kertas. Hhee.. Sampai-sampai saya dan mas Afif menyebutnya Keenan kw 2. Tentu saja yang paling dekat dengan saya adalah mas Afif. Orangnya juga supel dan penuh tawa. Masih banyak karyawan lain, yang mengisi kantor. Mereka semua adalah rekan kerja yang sangat menyenangkan.

Rasanya bersyukur banget bisa masuk di Identity. Di saat banyak teman yang bingung, saya sudah menemukan jawabannya. Apalagi kantor juga lumayan dekat dengan dorm. Hanya tinggal naik kopaja 612, lalu jalan kaki sebentar sudah sampai di Gedung Gajah. So, costnya juga lebih hemat kan. Hhee.. Saya hanya perlu waktu sekitar 1,2 sampai 1 jam (maksimal karena macet) untuk bisa tiba di kantor. Maklum, Tebet dan Mampang adalah lokasi sarat kemacetan Jakarta sehingga setiap hari, khususnya setiap sore, saya akan menemukan sikon yang seperti ini. Pulang kerja bertemu kemacetan dan bau khas kopaja di sore hari. Hhmm.. 
Abuba Steak, Tebet
beberapa waktu yang lalu, saya berkumpul bersama keluarga kecil ini. Kebetulan malam itu adalah weekend. It’s mean hari jumat dan besoknya sudah libur. Agenda malam itu adalah dinner rame-rame bersama rekan kerja sekantor. Itu atasan yang buat acaranya. Dan ternyata menang itu rutin dilakukan setiap beberapa minggu sekali. Kami makan di Steak Abuba, Tebet. Memang benar apa yang dikatakan sahabat saya sebelum saya masuk Identity. Waw, great. Tebet itu surganya kuliner Ika. Dan saat itulah saya mengiyakan statementnya. Steak Sirloin, lemon ice dan es podeng menjadi menu hangat malam itu. Namun, saya agak bermasalah dengan Sirloin tersebut. Gigi saya kurang bersahabat ketika bertemu Sirloin.
Terima kasih Tuhan, telah memberikan keluarga baru sehangat ini. Mereka yang penuh kejutan. Identity, bukan terlihat sebagai kantor yang menegangkan. Semoga ini tidak hanya berlaku di awal yaa. Semoga saya juga senantiasa menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala kebahagiaanMu ini. Hati tenang, keluarga kecil, ilmu, tugas akhir dan  riang tawa. Semuanya ada di Identity.

23 September 2012

Thanks God for this Glad Evening

Kembali ke semester tujuh juga menjadikan saya semakin mencintai hidup, keluarga dan Maha Agung. Semester ini menjadi semacam penentuan, bukan penentuan akhir juga sih. Hanya saja tugas Akhir dari serangkaian proses panjang menuntut ilmu di Paramadina saya tempuh di semester ini. Ke kampus hanya hari senin dan kerja sudah rutin dijalani. Planning yang saya buat memang tepat. Lebaran tahun ini memang saya manfaatkan sebaik mungkin sebagai quality time with my family. Pasalnya, saya sudah berpikir bahwa tahun depan saya sudah bekerja atau S2 sehingga waktu pasti lebih limit daripada sekarang yang notabenenya saya masih berstatus mahasiswa. Saya juga sangat bersyukur bisa masuk ke Identity, tempat baru saya di dunia kerja. Sebuah branding consultant yang berlokasi di Tebet. Identity adalah tempat yang sangat menyenangkan untuk bekerja dan menimba ilmu lebih banyak.

Bersyukur karena rezeki yang Kau limpahkan senantiasa barokah. Keluarga yang sehat  di Malang, materi yang berkecukupan, teman-teman yang selalu membuat hati renyah sebagai sandaran di perantauan. Terima kasih juga telah memberikan kesehatan yang berlimpah untuk nenek kakek saya. Berkahilah umurnya ya rab. Betapa terharu ketika kakek saya berpesan. Kalimat itu diutarakan beliau ketika saya akan balik ke Jakarta kemarin. Nduk hati-hati disana. Tetap belajar dan terus berdoa. Doakan kakek selalu diberikan kesehatan agar nanti bisa datang di wisudamu. Subhanallah. Mata saya seraya berkaca-kaca. Sehatkanlah orang-orang yang saya sayangi. Berkahilah umur yang semakin tua ini ya rab. Rasa terima kasih saja tidak akan cukup mewakilkan kepadaMu. Namun, itu yang setidaknya membuat saya lebih lega. Terima kasih telah mengirimkankeluarga yang sangat hangat. Keluarga yang penuh cinta kasih.

Semoga saya bisa selalu menjadi seorang pembelajar yang gelisah. Tidak menggurui tapi tetap bisa menginspirasi banyak orang lewat perbuatan, bukan hanya lewat tutur kata. Dan yang terpenting, semoga saya tidak silau oleh kilauan yang ada di depan mata. Semoga terhindar dari sifat sombong dan arogan karena itu hanya akan menjatuhkan.

Jadwal sidang juga sudah keluar, tunggu apa lagi? Just do it. Senyum, semangat. Give the best performance for the examiners. Ngomong-ngomong soal tugas akhir, lah ini besok sidang malah sekarang belum ada persiapan apa-apa. Malah lebih enjoy nulis *ironis riang*

            Nah, sabtu kemarin saya sempat ke IKJ. Bertukar pikiran sekaligus refreshment. Hhmm, rasanya krikrikrik banget ketika masuk kampus yang serba warna-warni akibat mural ini. Dulu saya sempat mau masuk IKJ karena memang passion saya ada di dunia sinematografi. Dan sudah menjadi rahasia publik bahwa sinematografi IKJ itu bagus dan terkenal selain media rekam ISI Jogja. Sayangnya beasiswa yang diberikan IKJ waktu itu tidak full. Beasiswa itu saya dapatkan dari lomba FLS2N di Jogja, membuat iklan layanan masyarakat. Dan jalan hidup saya lebih memilih Paramadina.  Paramadina lebih mendekati realistis soalnya. Ia memberikan beasiswa yang lebih menjanjikan. Dilihat secara finansial saja, Paramadina Fellowship itu jenis full brightnya Indonesia. Lulus SMK adalah permulaan untuk meniti hidup baru yang lebih menantang. Disitulah terletak satu poin, saya harus mandiri. Titik.

Pulang dari IKJ, saya langsung telpon kamu buat nanyain laptop yang rusak itu. Kenapa kamu? Karena first mind saya ketika Emacine rusak yaa kamu, yang berbau informatika. Hheee.. sampai pada akhirnya kita bisa bercengkrama lumayan lama lewat jaringan di udara. Happy weekend! Sangat senang bisa share banyak hal, termasuk soal  Green Day. Alhamdulillah, selalu dilimpahkan kebahagiaan. Ngrusakin laptop pun jadi nggak terasa berat kalau sudah terkena virus bahagia tingkat dewa yang dilengkapi rasa syukur. Mencoba mengulang kalimat yang saya tulis beberapa minggu lalu, I really happy with you. Semoga radar neptunus itu akan tetap terpasang dan terkoneksi dengan baik. Yang terpenting adalah semangatnya di dalamnya, bukan lagi embel-embel apa yang ada di belakangnya. Thanks God for this glad evening.

September ini benar-benar menjadi bulan yang penuh lalalalaaaa. Saya susah menyebutnya jadi lalalaaa itulah yang cukup mewakili perasaan saya. Ditambah lagi lagu yang kamu kenalkan yang sampai saat ini membuat saya tersenyum-senyum sendiri ketika mendengarnya. Penasaran dan tetap berpikir bahwa lagu ini penuh magic. Wake me up when september ends.

Saya menyimpulkannnya saat ini adalah happy sunday, happy weekend and happy september. Terima kasih atas nikmatMu yang tiada bertepi, semakin menggulung dan menghujani. Saya juga bercerita banyak hal dengan ibu. Dan seperti menjadi perfectonya, chattingan tersebut menghasilkan grand message ”jangan lupa selalu bersyukur yaa nak” Ibu selalu mengerti saya. Kemarin, sekarang dan nanti, ibu akan tetap menjadi payung hangat saya bersama bapak dan adek.

Sedikit ngambil kutipan dari kamu yaa, “hopefully (always) happy before (and after) september ends. Itu yang memang saya harapkan. Semoga kebahagiaan ini tidak menemukan ujungnya. Semoga radar kita juga tak ada masanya. Be grateful for my wonderful life. I love this month. It’s wonderful September that I have.

be grateful for my wonderful life

Dear all, pernah nggak kalian menyadari bahwa hidup ini begitu indah? Tanpa atau adanya kita sebagai manusia di bumi yang semakin keruh ini? Hidup yang penuh teka-teki yang membuat manusia (seharusnya) lebih greget dalam menjalaninya. Ini semacam pertanyaan pengantar saya malam ini.

Well, masih di seputar kisah wonderful september yaa. September 2012 is very unpredictable *bacanya sambil pasang muka sumringah penuh semangat*. Saya sedang mengalami kondisi yang saya pun tidak bisa menyebutkannya. Intinya kata senang saja tidak cukup mewakili karena rasanya lebih dari itu. Alhamdulillah, always be grateful.

Nah, sebenarnya besok siang saya akan menjalani sidang tugas akhir di kampus. Lebih tepatnya sidang proposal alias pengajuan tiga judul tugas akhir. Saya rasa ini akan sangat penting seiring dengan jalan untuk mendapatkan dosen pembimbing yang klik di hati. Selain dari kapabilitas kita sebagai subjek penggarap tugas akhir, menurut saya pembimbing juga sangat menentukan jalannya proses tugas akhir tersebut. Bisa dipastikan saya akan mengunjungi Paramadina lebih lama karena memasuki semester tujuh ini, jadwal ke kampus saya hanya dihari senin. Itu pun hanya sekitar 3 jam untuk mengikuti mata kuliah Audio Visual. Salah satu mata kuliah yang paling saya senangi karena dari judulnya saja sudah berbau sinematografi.

Seharusnya, saat ini saya fokus mengerjakan pra sidang besok. Preparationnya, mulai dari materi, presentasi dan kesiapan saya dalam menghadapi hajatan akbar tersebut. But, lihat saja ini. Saya masih belum ada greget menyentuhnya, malah lebih interest untuk nulis dan berceloteh bersama angan-angan. Lebih baik melakukan sesuatu yang membuat hati tenang. Kalau sudah tenang pasti nanti mengerjakan hal yang lain juga akan tenang *alibinya* hheee..

Seharian ini saya memang lebih woles, merelaksasikan diri dengan semua yang berbau sidang. Just fun dan dibikin santai saja. Menghabiskan satu hari ini dengan mbak Luti, Dhillaz dan Ema di kamar anak komplek. Saya punya istilah sendiri untuk hari ini yaitu “begajulan” isinya ya having fun and quality time with my lovely roommate. Sebenarnya sidang itu hanya naming biar kelihatan agak horor. Beberapa teman kampus saya yang juga sidang besok sudah ribut, mikir ini itu. But, i’m still calm down. Saya rasa kontennya juga sama seperti ketika kita mempresentasikan tugas di kelas, toh pengujinya juga dosen-dosen yang memang mengajar kita di mata kuliah sebelumnya. jadi sidang itu hanya istilah seremnya, padahal (insyaallah) juga nggak.

Sedikit cerita tentang hidup yang begitu berharga. Kita sebagai makhluk yang paling sempurna, memiliki akal pikiran, hati dan rasa. Itulah yang membedakan kita dengan makhluk Tuhan yang lain. Simpelnya, jika perbuatan kita jauh dari kategori tersebut, lalu apa bedanya kita dengan binatang? Setiap partikel dari diri kita itu sangat berharga. Bahkan itu pun sudah ditulis dalam salah satu topik buku yang saya baca. Personality Plus. Penulis mencoba mensugesti para pembacanya. Mengajak manusia untuk mencintai dirinya dan percaya bahwa diri kita memang sangat berharga. Satu lagi tambahan yang menurut saya cukup bagus, berpikirlah bahwa kita adalah orang nomor satu, bukan nomor dua atau seterusnya. Itu sebagai jalan untuk mempercayai kapabilitas diri sendiri dan juga menciptakan rasa percaya diri dalam menghadapi dunia luar. Tentunya tak perlu disertai rasa sombong yaa.
***

Karena rasa syukur yang berlimpah, saya ingin membagikannya kepada Anda yang baca. Saya sangat bahagia. Bahkan lebih dari itu. Thanks God for today. Saya sangat menyadari bahwa apa yang selalu disyukuri, nikmatnya akan selalu dilipatgandakan olehNya. Maha kuasa Tuhan dengan segala kebesaranNya. Rasa senang dan tenang, itu yang saya rasakan saat ini. Setiap hari selalu bertambah, bertambah dan bertambah. Saya juga langsung ingat salah satu guide saya waktu camping ke Gunung Gede Pangrango bulan april lalu. Dia adalah kak Eci, wanita yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Suka berpetualang dengan alam dan interaksi sosial lainnya. Saat itu kami share pengalaman masing-masing dan akhirnya menemukan satu poin utama, kami sama-sama suka travelling.

Saya menambahkan bahwa saya bukan hanya suka travelling yang biasa, but travelling with studying. Jika saya barang, maka entitas brand saya adalah travelling. Itu kata teman-teman dorm atau pun teman-teman di kampus yang memang tahu keseharian saya. Dari dulu saya ingin mematahkan pendapat bahwa travelling itu selalu identik dengan uang nan mahal. Padahal tidak selalu. Dan saya sudah membuktikannya dengan jalan hidup saya, travelling with studying. Tidak hanya sekedar travelling untuk mengunjungi tempat baru dan orang-orang baru, tetapi travelling sambil belajar. Belajar sambil travelling. Dan tentu saja yang paling penting adalah saya bisa travelling karena ilmu, karena belajar. Itu yang selalu saya terapkan dalam passion saya di dunia travelling. Selain menemukan banyak kisah baru, itu juga menjadi salah satu jalan agar cost menjadi hemat. Siapa bilang travelling itu mahal? Hhmm, mulai sekarang buang jauh-jauh yaa pikiran itu.

Kembali soal kak Eci, ia adalah sosok yang bisa menginspirasi peserta yang lain saat pendakian kemarin. Bahkan sampai peserta laki-laki terheran-heran mengapa ada orang setangguh dia. Ditanya soal pacar, bilangnya belum punya. So, muncullah statement yang luar biasa darinya. Kalau saya mau nikah, cowoknya harus saya uji dulu. Ngujinya yaa di hutan kaya kita gini karena ketika di hutan sifat asli itu akan muncul semua. Saya sama sekali nggak kepikiran. I’m seriously surprized. Dan insting saya langsung terkoneksi. Saya tiba-tiba juga ingin menerapkan pengujian yang sama nantinya dengan calon jodoh yang datang. Hheee..

Everyday isn’t only be a nice day but it can be a wonderful day, like today. Rasanya benar-benar indah ketika kita bisa mensyukuri segala yang diberikan olehNya. Sedikit tapi kadang tak menyadari. Hidup saya penuh kehangatan. Kalau dirunut, semester enam lalu berakhir lancar. Saya bisa mengikuti JFC yang sudah lama saya mimpi-mimpikan. Kemudian dengan lebaran 2012 yang penuh suka cita. Bisa bertemu dengan keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Rasanya semua kejutan indah itu terbentuk bulat ketika berada di Malang. Timingnya pas banget. Ketika di Malang, itu benar-benar menjadi hal yang paling menentramkan hati. Ditambah lagi dengan satu hal yang membuat hati tersenyum riang sampai sekarang, bisa bertemu dan bercengkrama dengan kamu. Bahkan sampai di detik perpisahan, stasiun kota Malang yang membuat hati pilu. Lalu ketika sekarang saya sudah kembali ke Jakarta pun, kedekatan itu tetap menyatu. Melebihi ikatan batin beberapa tahun yang lalu. Thanks dear, semoga ini tidak akan pernah surut oleh jarak dan waktu.

Malang memang selalu menjadi topik utama kemanapun saya pergi. It’s the best place that I’ve visited. Apalagi memang dari kecil tinggal di kota apel ini. Keluarga dan orang-orang terkasih juga menetap di kota ini. Meski saya sering travelling kemana-mana, bahkan sampai Eropa sekalipun, Malang akan tetap mendapatkan tempat terdalam di hati. Tak akan pernah tergantikan oleh yang lain.

22 September 2012

What’s up with this September

Cerita ini bermula dari sebuah musik, musik yang bertemu dengan serendepitynya beberapa hari yang lalu. Dan sayalah serendepity tersebut. Musik  yang saya maksud ini tidak hanya sekedar dinyanyikan, tapi musik itu memiliki roh kuat ketika dinyanyikan oleh sang empunya. Mengapa saya sebut roh? Karena ketika mendengarnya, saya tiba-tiba merasakan something different, tapi itu apa? Hhmm, saya sendiri juga belum tahu. Rasanya pengen menanyakan hal ini kepada Neptunus. Keanehan model apa lagi yang sekarang saya alami. Kalau dibilang dejavu, jelas bukan. So, karena sama-sama belum tahu, mari berpenasaran saja dulu.

Saya mengikuti mahzab salah seorang teman yang sudah banyak memberikan inspiring. Ia pernah menjadi partner yang sangat hebat, teman diskusi jitu, travelmate dan banyak interaksi yang lainnya. Namun, sekarang bisa dibilang bahwa relasi kami tidak sedekat dulu karena suatu hal yang sebenarnya juga sangat sepele. Kita punya standarisasi hidup yang sangat berbeda. Anggap saja relasi kami ini seperti science. Selalu berubah mengikuti perkembangan waktu.

Well, setelah flashback sedikit tentang teman saya ini, mari kita lanjutkan ceritanya. Saya sangat yakin bahwa ada beberapa hal yang paling mempengaruhi perkembangan manusia. Ia adalah musik, film dan buku. Dan yang akan menjadi poin kali ini adalah soal musik. Jujur saja saya masih tidak bisa fanatik terhadap satu titik. Begitu juga dengan musik. Referensi yang menurut saya  paling bagus adalah karya Coldplay (the most) dan The Trees and The Wild. Mungkin karena intuisi saya terhadap musik dan jenis-jenisnya juga minim sehingga saya memutuskan dua band tersebutlah yang menjadi favorit saya.

Kembali dengan tema September yaa. Tepat satu minggu yang lalu saya mengikuti sebuah training tentang pemuda dan anti kekerasan. Tentu saja yang dibahas di forum itu adalah bagaimana menciptakan perdamaian dan menyebarkan nilai-nilai pluralisme. Dari sekian pembicara, saya hanya noted satu saja. Dia adalah Fahd Jibran. Saya sangat interest dengan apa yang dipaparkannya. Kebetulan Ia juga masih muda sehingga stylenya anak muda banget. Tepat sasaranlah kalau peserta training tersebut juga anak muda semua.

Saya bersama kelompok saya :)

Waktu itu Fahd Jibran menjelaskan bahwa musik bisa menjadi media untuk menyebarkan pesan-pesan sosial. Tidak hanya sekedar nyanyian untuk pengantar tidur atau menjadi teman dikala kesepian melanda manusia. Dan di momen itu pula Ia mention dua band yang bergerak untuk aksi damai ini. SID dan Green Day. Nah, titik fokus yang saya bahas disini adalah Green Day. Green Day adalah musisi yang tidak hanya melantunkan lagu, tidak juga hanya membuat lagu-lagunya menjadi komersil dan digemari banyak orang. Tetapi Green Day justru banyak menyampaikan pesan-pesan sosial via lirik-lirik lagunya.  Mereka menyebarkan kebaikan  melalui passionnya, yaitu dengan musik. Nah, disinilah saya sudah merasakan hawa-hawa keanehan. But, lagi-lagi saya nggak paham itu hawa jenis apa. Di otak saya waktu itu hanya muncul satu grand topik. Green Day adalah band favorit Ichan. Paten. Hhmm, mungkin karena ini sehingga terbentuklah relasi yang kuat soal Green Day.

Tak berhenti sampai disitu, hari terus berlanjut dengan segala bentuk kesibukan yang menggerogoti waktu. Saya pun masih belum tahu banyak soal Green Day. Yang saya notif paling hanya “kok Ichan sering ngetwitt soal Green Day yaa? Ada apa?” Hhmm.. akhirnya, dua hari yang lalu saya mulai browsing tentang Green Day. 

Pertama browsing, yang disajikan kakak google adalah lagu dengan judul Time of Your Life. Setelah diputar ternyata aku dengan mudah bilang “Lah, ini kan lagu yang ada di hpku dulu. Lagu yang aku jadiin nada dering hp selama berbulan-bulan” Ntah dulu mendapatkan lagu itu dari mana yang jelas saya menjadikannya nada dering karena saya menilai lagu ini penuh spirit. Dan saya suka itu. Titik. Ternyata lagu ini judulnya, saya bicara dalam hati. Itu menjadi kebiasaan saya, menyukai atau hanya sekedar tahu sesuatu tapi nggak ngerti labelnya. Kalau musik, ibaratnya saya nggak tahu judulnya tapi saya sering mendengarkan bahkan suka dengan musik tersebut. Nah, saya berasumsi bahwa embel-embel itu tidak lagi penting sehingga saya tidak tahu siapa yang sebenarnya sedang beraksi itu. Seakan mengiyakan argumen Caknur bahwa yang terpenting itu apa yang kita kerjakan, bukan melihat jabatan apa yang menempel saat kita mengerjakan hal tersebut. Kasusnya kan mirip, hanya beda tema saja.

Browsing kedua, saya langsung menemukan lagu wake me up when september ends. 
Dari judulnya saja sudah memorable. Ketika mencoba playlist lagu ini, hanya ada satu kata yang saya sendiri belum bisa menerjemahkan. Makjleb. Ada sesuatu yang ingin disampaikan dan sepertinya itu benar-benar dalam banget. Seketika aku browsing video clip serta lirik lagunya. Hhmm, harus bilang apa yaa sama lagu yang satu ini. Hati ini tidak bisa bicara, hanya bisa merasa. Kau adalah lagu yang bisa membuat saya menerawang ke atas, memikirkan sesuatu yang tak kunjung bertepi. Tapi apakah itu? Jawabannya nihil.

Seperti yang sudah ku ceritakan di awal narasi tadi, guess star dari cerita kali ini adalah September. Lagu Wake Me Up When September Ends ini juga semakin membuatku tuing-tuing, apalagi sekarang juga bertepatan dengan bulan September. Hhmm.. rasanya deadlock banget kalau saya nggak bisa menemukan kunci “sebenarnya apa yang saya rasakan ini?” Ohyaa satu hal yang belum saya sebut, lagu ini sama seperti lagu Time of your Life. Saya sering mendengarnya tetapi nggak tahu judulnya apa. Bedanya, lagu Wake Me Up When September Ends ini lebih ngena banget di hati. Apalagi kalau liat langsung video clipnya. There’s something different when I see this story. Ini satu-satunya lagu melow yang bisa membuat otak saya berputar-putar, bukan hanya menikmati estetikanya. Very Inspiring.


Setelah baca artikel, saya baru paham bahwa lagu itu untuk siapa dan mengapa Billie Joe Armstrong menciptakan lagu tersebut. Itu yang membuat saya semakin respect dengan Green Day. Membuat apa yang ia alami menjadi sesuatu yang bisa dinikmati banyak orang dalam bentuk karya. Which is apa yang dia alami itu tidak sia-sia. Justru bisa menjadi pembelajaran untuk orang lain dan bisa menginspirasi banyak kepala. Dan itu adalah prinsip yang selama ini saya anut juga. Bahwa apa yang saya alami, selalu ingin dibagi dengan banyak orang sehingga itu bisa bermanfaat lebih banyak. Bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. So, kita samaan ya mas Armstrong *mari kita tos dulu* Saya rasa ini juga menjadi satu jawaban mengapa Ichan sangat  mengagumi Anda. Apalagi lagu Wake Me Up When September Ends juga menjadi lagu favoritnya. Hhmm, andai saja Anda ada di Indonesia, pasti saya akan mengajak Anda untuk makan es krim bareng di tempat favorit saya, ofcourse bareng sama Ichan. Hheee.. jadi nglantur.

Dan puncak kenapa saya bisa menulis sampai larut saat ini adalah tragedi semalam. Saya benar-benar tidak bisa tidur padahal esok adalah weekend yang notabenenya itu bisa istirahat dengan penuh senyuman. Kerja libur. Eh, yang ada saya malah stuck di depan Toshi (baca: laptop saya) sampai pagi dan sudah bisa ditebak kalau lagu yang diputar itu just the one and only, Wake Me Up When September Ends. Benar-benar stuck in reverse. Pasalnya, siangnya saya juga sudah menjadi manusia yang paling diheran-herankan di kantor karena seharian itu saya hanya memutar lagu ini untuk didengarkan. What’s up with this song?? Thanks for making me unable to sleep for several days.

Dan akhirnya hari ini saya juga mendapat satu jawaban pasti tentang apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar di pikiran saya. Tentang Armstrong yang menjadi nama marga kamu chan. Setelah sekian lama saya hanya bisa menerawang dan mengira-ngira apa itu Armstrong. For today, I know that you’re very loved with (the leader of) Green Day, Billie Joe Armstrong. Yes, I got it right now. Seneng lihat kamu cerita soal Green Day dengan penuh semangat seperti tadi siang.

Dua lagu yang menemani saya menulis artikel ini tentu saja Wake Me Up When September Ends dan  Viva La Gloria. Referensi musik saya bertambah lagi. Terima kasih September yang sudah menggemparkan bumi hati saya. Anda menang bersama Ichan dan teman baru saya, Green Day. Ketemu di kisah september selanjutnya yaa. Sampai lupa kalau ini sudah menjelang subuh. Senyum, semangat!!

4 September 2012

Senyum Riang di Setengah Dekade

Kita saling mengenal cukup lama. Jarak yang kita lalui cukup membentang tinggi, antara Malang dan Jakarta. Dan ternyata itu tak membuat semua luntur begitu saja.

Kami mulai mengenal ketika sama-sama duduk di kelas 2 SMK. Tentunya aku masih tinggal di Malang saat itu. Saling berkirim kabar adalah ritual yang biasanya kami lakukan tanpa harus ada pertemuan. Dan itu terjadi sampai sekarang, setidaknya sebelum aku kembali ke Malang untuk liburan. Ketika banyak teman atau sahabat yang datang dan pergi, kami bisa melewati jalur yang berbeda. Banyak yang stay here with me sampai saat ini dan dia pun menjadi salah satunya. Terima kasih untuk awal yang merona.

Oke, aku akan mulai menceritakan siapa dalang di judul cerita kali ini. Punya banyak teman dimana-mana itu menyenangkan karena pada dasarnya berkawan itu memang sangat menyenangkan. Kita bisa menjadi saudara meski tak setali. Juga tidak perlu khawatir ketika ingin berkunjung ke suatu kota karena sudah ada teman yang menyambut disana. Dari sekian perjalanan, tak terasa 5 tahun sudah berlalu bagai dedaunan hijau yang tertiup angin. Lembut alami. Rasanya aku menjadikanmu sedikit berbeda dari yang lainnya. Perkenalan kita yang unik. Perkenalan yang selalu membuat tertawa ketika kita sama-sama mengingatnya. Ichan. Aku sering memanggilnya seperti itu. Ini bukan nama aslinya melainkan panggilanku untuknya saja karena aku merasa lebih akrab dengan nama ini. Ntah mengapa semenjak kenal sampai saat ini aku nggak bisa memanggil nama aslinya, seperti yang biasa dilakukan keluarga atau teman-teman kuliahnya. Aneh.

Aku jadi ingat tentang suatu hal kalau sudah bicara soal nama. Dulu aku pernah salah paham gara-gara nama. Hhmm, sepertinya nama membuat rumit saja (tapi itu tidak berlaku untukku yaa). Padahal bagiku nama asli atau bukan itu nggak ada masalah. Itu hanya terletak pada kenyamanan seseorang dalam mengingat atau justru mengabaikannya. Tidak perlu dijelaskan kembali apa maksudnya. Nama hanya semacam legalitas. Aku memanggilnya atau ngesave nomornya  di ponsel dengan nama panggilan yaa ibarat air yang mengalir.

Kembali lagi, dulu kami bersekolah di tempat yang berbeda. Setelah lulus, kami melanjutkan jalan masing-masing. Dia memilih kuliah di Malang dan aku pun hijrah ke Jakarta. Dan cerita kali ini pun dimulai ketika aku stay di Jember beberapa bulan yang lalu untuk mengikuti JFC. Satu fakta bicara bahwa komunikasi itu memang bisa lebih intens ketika jarak juga lebih dekat. Sampai akhirnya JFC itu selesai. I should be free dengan berbagai kegiatan di semester 6 sehingga aku memutuskan untuk pulang. Menghabiskan libur lebaran di kotaku. Kota wisata Malang.

Tak ada perjumpaan tak membuat kami jauh atau lost contact. 16 Agustus 2012 kemarin kami buka bersama di rumah makan daerah Ciliwung. Menu bebek goreng menjadi pembuka obrolan yang hangat menjelang malam. Mungkin awalnya sedikit bingung membawa diri karena cukup lama tak bertemu. Namun, suasana juga cair sendiri oleh canda tawa kami berdua. Ternyata kamu juga masih ingat jalan ke rumah, pikirku. “Wow, akhirnya kita ketemu lagi” itu statement yang muncul dari kami berdua. Senang rasanya. Saling menceritakan banyak hal tentang perjalanan 5 tahun ini, ingat-ingat jaman SMK dan bagaimana kuliah kita yang beda jurusan sama-sama berjalan lancar. It’s wonderfull night. Aku ingat, terakhir kali kita ketemu adalah lebaran 2010.

Setelah berbuka, kami menuju Gramedia Alun-alun Kota Malang. Maklum, karena sukanya ke Gramedia atau toko buku jadi aku tak ada pilihan untuk ke tempat lain. Terlebih lagi, aku juga sudah lama nggak ke Gramedia selama riweh ikut JFC karena waktu benar-benar disita oleh hajatan produksi kostum. Satu lagi maha karyaku.
***

Tak berhenti disitu, kami memutuskan untuk jalan-jalan lagi mumpung aku masih di Malang. Oke, ini timing yang pas. Kami memilih after lebaran agar waktu lebih longgar. Nah, masalah baru muncul ketika dia nanya “jalan kemana yaa enaknya?” Ini pertanyaan ringan tapi seperti serba sulit. Meski suka travelling tapi ntah kenapa aku selalu bingung kalau dibom dengan pertanyaan semacam ini. Bukannya nggak punya referensi tentang vacation tapi lebih karena aku nggak enak kalau jawabannya nanti nggak sepaham. Aneh yaa, padahal aku percaya bahwa berbeda itu indah. Dan akhirnya kami sepakat atas suggestnya sendiri. Jatim Park 2, 26 Agustus 2012. Kami sepakat kesana karena sama-sama belum pernah mengunjungi Jatim Park 2. Sepertinya seru !! Itu yang kami bayangkan sebelum berangkat.

 Selanjutnya aku akan menyebut Jatim Park 2 dengan JP 2, seperti yang biasa disebutkan para wisatawan yang datang. Sekitar pukul 10.00 kami berangkat dari rumah menuju kota Batu. Sesampainya, cuaca sungguh tak bersahabat. Panas sangat menyengat. Padahal wahana wisata JP 2 ini terletak di kaki gunung, tepat di dataran tinggi. Benar-benar sebuah ironis. Seperti bukan kota Batu yang terkenal dengan dinginnya melainkan kota gersang dengan suhu tinggi. Melebihi panas Jakarta ku rasa. Panasnya Jakarta hanya akan menguras keringat lalu mengucur di kulit. Namun, yang satu ini justru menyengat kulit habis-habisan. Oke, ini intermezzo yaa.


Lokasi JP 2 masih satu daerah dengan Batu Night Spectacular. Yeyy, kami sampai !! Ichan cukup tahu tentang wahana wisata ini. Tapi, aku? Masih terheran-heran dengan fisik bangunan dan tata letak JP 2 ini. Masyaallah!! Apa karena jarang pulang jadi nggak tahu update wahana baru di kota Malang dan Batu yaa. Baru kali ini aku liat kota Batu dengan wahana yang cukup elite selain JP 1. Kotaku benar-benar tumbuh menjadi “remaja yang cantik” di luar dugaan. View dari luar saja tampak Waw. Serius. Sudah berapa lama aku nggak ke daerah ini, kok daerah yang dulunya kawasan pertanian sekarang malah berhasil disulap menjadi tempat rekreasi yang cukup menjanjikan. 

Tentu saja ini menguntungkan bagi banyak warga kota Batu terkait dengan urusan finansial dan pemberdayaan masyarakatnya. Kota Malang (Batu) benar-benar menjadi kota wisata selain macam-macam predikat lain yang ikut di dalamnya. Pada akhirnya tidak terlalu kaget ketika melihat jalanan macet parah, yaa bayangkan saja seperti di Jakarta. Banyak mobil atau motor dengan plat nomor pendatang, bukan asli N. Sudah pasti, semua tempat wisata dibanjiri pengunjung dari banyak daerah. Inilah cerita kotaku, mana cerita kotamu? *ngutip edisi indomie*
Sayangnya aku tak memiliki dokumentasi view arsitektur JP 2 di siang hari karena camera kami sama-sama off. So esoknya ketika ke BNS, aku memutuskan untuk capture it. Yaa meski itu view di malam hari. It's oke lah.

Dari tempat parkiran motor, kami berjalan menuju loket tiket. Arsitektur Museum Satwa, Batu Secret Zoo dan Pohon Inn terlihat menjadi permaisuri di lokasi tersebut. Aku langsung ingat Dufan. Yaa, mirip-miriplah. Bisa dibilang ini Dufannya Jawa Timur. Sudah pasti yang ngantri tiket masuk penuh sesak. Apalagi hari itu adalah puncak liburan karena senin esok sudah banyak perusahaan yang mulai aktif dan sekolah-sekolah juga mulai kembali beraktivitas. Jadi tak heran jika kami harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan 2 tiket.

Ichan memilih paket terusan, alias ke Batu Secret Zoo dan Museum Satwa sekaligus. Banyak paket yang ditawarkan ke pengunjung yang hadir. Dan mereka bisa memilih-milih sebelum membeli tiketnya. Pengunjung bisa memilih untuk ke Batu Secret Zoo saja, Museum Satwa Saja, atau justru terusan ke JP 1, JP 2 dan BNS. Sekarang sistem sudah semakin canggih jadi itu bisa saja dilakukan. Dan sistem yang semacam ini tentu saja lebih memudahkan, baik bagi penyedia jasa maupun bagi pengunjung seperti kami. Biasanya jika memilih banyak paket maka harga akan semakin terjangkau. Ohyaa, untuk anak balita yang tingginya belum mencapai 60 cm tidak perlu memakai tiket masuk. Si mungil mendapatkan akses gratis untuk ikut menikmati wahana bersama orang tuanya. Dari media publikasi yang dipasang di sekitar area, aku baru ngeh kalau JP 2 itu terdiri dari wahana wisata Batu Secret Zoo dan Museum Satwa.

Ada satu lagi wahana yang juga terletak satu kompleks dengan JP 2. Eco Green Park Fun & Study. Ia terletak di sebelah barat JP 2. Banyak wahana yang ditawarkan, diantaranya adalah kompleks Miniatur Candi-candi Terkenal di Seluruh Jawa, Dome Multimedia, Duck Kingdom, Jungle Adventure, Eco Journey, Rumah Terbalik dll. Eco Green Park Fun & Study menjadi wahana keluarga yang sangat recomended untuk dikunjungi. Pasti anak-anak akan sangat senang belajar sambil bermain di tempat ini.


Tiket sudah ditangan dan kami mulai memasuki area wisata Batu Secret Zoo lebih dulu. It’s be wonderfull land for animal lovers. Itu adalah first mind yang muncul di kepala ketika masuk ke area kaya ragam satwa ini. Satwa-satwa yang dipelihara disini menurutku cukup unik dan beragam. Mulai dari mamalia seperti sapi, harimau, kuda; unggas seperti angsa, merak, ayam dan beraneka ragam jenis burung; hewan amphibi seperti jenis katak serta kategori reptil seperti berpuluh-puluh jenis ular.


Disini, pengunjung juga diajak untuk belajar. Bukan hanya sekedar bermain dan menikmati keindahan satwa langka. Sign system yang menjadi panduan informasi disajikan dengan jelas dan detail. Batu Secret Zoo juga menyediakan media studi yang berupa main tebakan lewat papan yang bergambar. Papan ini terdiri dari banyak puzzle gambar yang berbeda. Bagian luar memvisualkan gambar sebagai bahan tebakannya. Kemudian jika bagian gambar itu dibuka, maka akan msuncul jawabannya. Ide belajar kreatif yang tidak monoton yaa.


Selanjutnya kami memasuki zona Aquarium yang berada di ruangan khusus dan disetting gelap. Isi zona ini adalah segala macam jenis ikan dan juga tumbuhan bawah laut. Cantik dan gesit adalah dua kata yang menjadi sifat makhluk hidup yang bisa kita lihat di zona ini. Beraneka warna menghiasi aquarium kecil dan besar. Jelas banyak tawa riang dari anak-anak. Tidak jarang juga melihat pemandangan ketika orang tua menjelaskan kepada anaknya tentang satwa di depannya. Camera juga ditenteng kemana-mana. Pengunjung menggunakannya untuk mengabadikan momen bahagia bersama satwa atau pun keluarga.

Setelah zona Aquarium, kami mulai memasuki semacam gua yang berisikan hewan menggelikan bernama ular. Banyak jenis ular yang menghiasi etalase-etalase dengan bentuk unik. Karena ruangan ini gelap, chemistry yang didapat tentang ular itupun semakin menguat. Seram. Dan hari itu aku cukup tahu kalau ular adalah hewan yang paling ditakuti oleh Ichan. Hheee..
She's me. Love this candid.
Keluar dari gua menyeramkan itu, selanjutnya kami memasuki zona Savanah. Savanah mengingatkanku pada JFC karena tahun ini Savanah menjadi defile tersendiri di JFC XI - Extremagination. Seperti berada di benua Afrika ketika memasuki zona yang dominan dengan warna kecoklatan ini. 
Dengan lebih bebas badak, banteng, rusa, llama dan kuda itu berkeliaran di kandangnya. Namun kandang ini lebih mirip dengan perkampungan suku negroid karena suasana yang diciptakan pada rumah satwa ini lebih hidup. Sangat luas, banyak miniatur rumah-rumah suku negroid dan juga replika manusia berkulit hitam. Sangat savanah sekali memang.

Pada dasarnya Batu Secret Zoo memiliki kesamaan dengan Ragunan atau pun Kebun Binatang Surabaya (baru ini referensi kebun binatang yang pernah aku kunjungi selain Taman Safari Prigen). Mereka sama-sama menjadi tempat rekreasi yang penuh koleksi satwa. Hanya saja, disini Batu Secret Zoo memiliki poin lebih. Banyak satwa yang tidak aku dijumpai di tempat lain tetapi malah berpose anggun disini. Satwa yang dipelihara juga tergolong sangat sehat, tidak seperti kebanyakan yang ada di Kebun Binatang Surabaya. Tempatnya bersih dan lebih teratur komando jalannya. Otomatis hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pengetahuan kita akan ragam satwa juga terus dipupuk.
***


Beranjak dari topik satwa, Fantasy Land menjadi zona berikutnya. Zona ini terlihat lebih fun karena menyediakan banyak macam wahana. 

Ada Happy Land yang berisikan berbagai permainan seru yang bisa mengocak adrenalin. Semacam Dufan kecil. 

Horor House, wahana rumah hantu yang juga fenomenal dengan teriakan histeris pengunjungnya. Di wahana inilah, kami ingin masuk. Aku seperti sok yes saja mau ngantri masuk padahal sesuatu yang berbau horor adalah hal yang paling aku hindari. Takut. Liat film horor saja nggak pernah, apalagi mau masuk ke rumah hantu. Membayangkan banyak setan yang mengagetkan jantung rasanya tulangku nyeri seketika. 
Untungnya Ichan juga tak mau masuk wahana ini karena antrian juga sangat panjang. 
Let's move and take a picture in this area..
Ofcourse, he's Ichan
Antrian panjang cukup membuktikan bahwa peminat horor di Indonesia juga cukup banyak. Horor house adalah salah satu wahana yang totalitasnya tidak diragukan lagi.
Lihatlah tokoh ini, karakternya sangat sesuai dengan peran yang dimainkan. Applause for you madam!

Selanjutkan kami memutuskan untuk menjelajahi Farm Land. Disini kami bisa sekalian mengistirahatkan kaki yang dari tadi tak berhenti menunjukkan arah keceriaan. Antrian yang dilalui juga cukup panjang karena peminatnya cukup banyak. Kami berkeliling zona yang penuh satwa import ini menggunakan kereta khusus yang dikomandokan oleh seorang guide. Pengunjung bisa bercengkrama dengan satwa secara langsung. Bahkan para pengunjung juga bisa memberi makan satwa-satwa tersebut. Ini mirip seperti di Taman Safari Prigen, akses melihat satwa secara face to face bukan lagi di dalam kurungan ‘penjara’. Namun, tragedi kecil sempat terjadi di zona ini. Cameraku tiba-tiba malu-malu tak bersahabat. Ia sama sekali tak mau nyala. Hhmm, what’s wrong with you dear? Padahal dari tadi aku memperlakukanmu sama seperti biasanya. Hanya tinggal camera Ichan yang tersisa dan masih sehat. Itupun sudah menuju lowbat.

Keluar dari Farm Land, kami berpindah menuju wahana Jelajah 5 Benua. Sesuai dengan hobi travellingku, sepertinya ini akan sangat menyenangkan.
 Jelajah yang gimana yaa. At least detik ini aku tinggal di benua Asia. Tahun 2010 silam aku juga sudah mengunjungi Eropa meski belum semua negara aku jelajahi. Jadi masih ada tiga benua yang tertunda seperti Amerika, Afrika dan Australia untuk dikunjungi. 
Dengan wahana ini setidaknya aku bisa well prepared untuk ke tiga benua selanjutnya itu. Jelajah 5 Benua ini disajikan dengan sangat colourfull plus banyak dummy dan lighting yang sangat mensupport keindahan kawasan di setiap benua. Backsound yang diputar di setiap benua juga sangat match dengan karakteristik benuanya. Merasa jalan-jalan beneran.

Nah, satu lagi pemandangan unik yang ada di sudut wahana. Toilet yang dirancang khusus dengan arsitektur Menara Eiffel. Tim kreatifnya jitu, membuat para pengunjung friendly dengan toilet karena lokasinya saja di Paris. Replika menara Eiffel dibuat semirip mungkin. Yaa, bagi orang yang ingin sekali berkunjung ke Paris untuk melihat romansa Eiffel, kesini saja sudah bisa jadi obat penawar mimpi.

Setelah puas menikmati terik siang yang mencekik, tibalah saatnya berkeliling di kawasan yang cukup menyejukkan. Zona River Adventure menjadi penyelamat rasa panas. Disini udara sepoi-sepoi, tidak seperti di kawasan-kawasan sebelumnya. Ini disebabkan air ada dimana-mana dan banyak pohon rindang. 
Yang menakjubkan, disini ada replika perahu Nabi Nuh yang di dalamnya banyak satwa-satwa peliharaan seperti kambing, sapi, unta dll. Seperti cerita Nabi yang sering aku dengar ketika masih SD dulu. Kapal Nabi Nuh digunakan untuk mengangkut mereka dari banjir bandang. Kalau saja ini beneran, sungguh mulia kota ini. Kapal Nabi Nuh saja memilih untuk terdampar di daratan sudut kota Batu. Amazing!

Kami kembali berjalan menuju pintu keluar utama. Rupanya ada beberapa singa besar yang sedang dipertontonkan. Mereka sedang berebut makanan dari pengunjung yang berupa potongan daging ayam. Sungguh, satwa tangguh ini memang mempunyai spirit luar biasa. Kalau mereka diam berpose, mereka memang lebih mirip dengan boneka-boneka yang ada di kamar asramaku. Elegan dengan bulunya. Tapi kalau garangnya sudah keluar, ia akan  menjadi idola satwa-satwa lain dengan penuh kharisma.
***

Jalan sehat yang kami lakukan tidak berhenti sampai disini. Ichan mengingatkan sekali lagi “masih kuat?” Yaa, tentu saja. Itung-itung ini menjadi jalan untuk meremajakan kakiku kembali. Maklum saja hobi tracking sekaligus hiking yang dimulai sejak SMK ini vacum karena situasional Jakarta yang tidak mendukung.

Tak lama setelah keluar dari Batu Secret Zoo, langkah kami sekarang tertuju pada bangunan megah berwarna putih yang berdiri tepat di sebelah Pohon Inn. Museum Satwa. Arsitekturnya sangat modern dengan gaya Art Deco mewah. Menurutku ini adalah museum elite yang pernah dimiliki kota Batu dan sekitarnya. Bahkan Museum Satwa ini juga menjadi museum paling modern yang pernah aku kunjungi. Dari sekian museum yang ada biasanya museum tersebut hanya menawarkan koleksi zaman pra atau sejarah tanpa memikirkan bagaimana membuat nyaman dan friendly lokasinya bagi pengunjung. Ini mengakibatkan anak-anak sebagai target utama pengunjung, malah tidak terlalu suka jika diajak ke museum. Menurut survey yang pernah aku lakukan di awal tahun 2011 lalu, yang ada dibenak anak-anak tentang sebuah museum adalah barang usang yang menyimpan koleksi kuno, seram dan sepi. Bisa jadi suasananya juga mencekam. Efek dari stereotype ini menimbulkan gejala bahwa museum akan ramai jika ada kujungan study tour siswa saja. Sayang sekali, mindset seperti ini harus segera dihilangkan.

Berbeda dari museum kebanyakan, Museum Satwa ini jelas memiliki banyak keunggulan. Dari fisik bangunannya saja tidak mencerminkan sebuah museum, melainkan lebih mirip semacam bangunan istana orang borjuis. Dan ini menurutku sangat positif karena anak-anak tidak akan merasa horor dengan kata museum. Mereka bisa merasakan bahwa museum ini tempat bermain dan belajar yang asik.

Artefak-artefak yang disuguhkan juga sangat charming, fresh and beautiful. Museum Satwa ini lebih mirip taman bermain dan belajar yang sangat fun. Tidak ada lagi rasa menakutkan ketika membayangkan sebuah museum. Tata letak dan sign system yang dipasang juga sangat menarik sehingga para pengunjung lebih dimudahkan dalam mempelajari setiap koleksinya. Yang tidak kalah menarik, koleksi-koleksi ini kebanyakan berasal dari hewan asli bukan dummy atau boneka tiruan. Ini menjadikan Museum Satwa lebih hidup. Karakteristik dari setiap zona juga dibuat menyerupai suasana objek aslinya. Dan tentu saja lighting disini sangat berperan penting dalam mensupport view objeknya agar terlihat mendekati kesamaan.

Objek satwa yang ada disini sangatlah beragam. Baik dari lokal maupun internasional. Ada banyak jenis serangga, unggas, mamalia, herbivora, omnivora, karnivora, berbagai jenis telur burung, tulang berulang hewan, dan dunia hewan lain yang disajikan dalam pemandangan ruang berkaca. Indah penuh pesona.

Suasana museum ini sangat friendly dan warna warni. Ditambah lagi koleksinya unik-unik dan banyak yang tergolong langka. Jika kita terus masuk ke dalam area museum, kita akan menemukan sebuah ruangan study yang penuh dengan ornamen-ornamen hewani. Ruangan kelas ini diisi dengan banyak kursi dan juga berbagai macam media pembelajaran. Tentu saja suasana yang seperti ini akan membuat betah pengunjungnya untuk berlama-lama di dalam. Pengunjung berhasil dibuat merasa sedekat mungkin dengan dunia hewan. Congratulation for creative team JP 2! Mencerdaskan anak bangsa dengan cara kreatif. Fun study.

Perjalanan kami di dua tempat ini selesai sekitar pukul 16.00 Kaki sudah mulai protes ingin berhenti jalan. Dan capek itu mulai kian terasa. Tapi tenang, tetep lebih banyak happynya daripada capeknya. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum akhirnya pulang. Menikmati udara segar kota Batu, dengan angin sepoi yang semakin dingin karena hari semakin sore. Kami saling bercerita tentang “aku dan kamu” I love this moment.

Sore pun menjemput gelapnya, mengantar kami pulang. Dari proses yang berjalan, aku bisa mengatakan bahwa silaturahmi itu sangat indah. Sangat menyenangkan. Jika memang itu dari hati pasti juga akan kembali sampai ke hati. Really happy with you. Aku masih ingat ketika Ichan bilang “nggak nyangka yaa...” Yaa, seperti tak pernah terpikirkan sebelumnya. Senyum riang itu menghiasi perjalanan di setengah dekade ini. Perjalanan cerita ini belum usai. kamis depan kita mau nonton #PerahuKertas
Special thanks for you, Ichan.