6 Januari 2013

10 hari dalam pelukan

Rupanya menunggu dalam waktu dua bulan itu lumayan terasa. Menunggu pulang, menunggu bertemunya banyak manisan hidup di sisi yang lain. Bukan soal akademik, pekerjaan atau hiburan. Namun, itu semua soal hati dan kebahagiaan yang terus dihibahkan untuk diri. Seperti kata salah satu teman, “nggakpapa puasa dulu. Puasa kan nggak selamanya. Pasti ntar ada lebarannya” Kalimat ini seperti memberi nutrisi tersendiri ketika mengingat dua bulan itu cukup lama.

Menuju 2013, aku kembali ke Malang. Ke dalam pelukan orang terkasih dan hanyut dalam bahagianya. Sampai-sampai banyak agenda yang sengaja diskip hanya untuk menjadikan hari-hari terasa quality time. Dari Jakarta menuju Surabaya, merasakan perjalanan dengan suka cita. Melebihi biasanya. Packing sebelum berangkat pun terasa lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Turun di stasiun Gubeng, aku melanjutkan lagi naik bis ke Malang karena tiket Penataran, kereta Surabaya – Malang sudah habis pagi itu. Aku memutuskan untuk menggunakan bis dengan asumsi agar lebih cepat sampai rumah. Horehoree, hari ini aku bertemu seseorang. Kekasihku.

Pagi-pagi aku dijemput di terminal Arjosari. Kaku, iyaa. Setelah beberapa bulan nggak ketemu, rasanya komunikasi via telepon itu cukup menjadi solusi terbaik kami. Namun, setelah tiba di rumah semuanya normal kembali. Aaah, senangnya. Akhirnya bertemu semua yang ku rindukan. Keluarga, kamu, kota kita dan banyak preferensi yang kebetulan banyak samanya.

Jum’at itu (21 Desember 2013) adalah hari yang dirancang Tuhan untuk kami. Bertemu surga pertama ketika singgah di Malang. Alhamdulillah.. bapak, ibu, adek, keluarga besar dan juga kamu sehat terjaga. Hari itu aku mendapatkan senyuman rindu terbaik di bulan desember. Mereka semua merindukan putrinya, merindukan kakaknya, merindukan pacarnya dengan caranya sendiri.

Setiap hari kami bertemu. Yaa.. setiap hari tanpa terkecuali. Quality time kami dilakukan dengan banyak cara yang menurut kami memberikan manfaat di keduanya. Damai, tenang dan tentu saja menyenangkan. Lebih banyak waktu itu kami habiskan berdua di ruang tamu, duduk bersebelahan sambil menikmati rintik hujan. Aku bisa bilang bahwa bulan desember adalah bulan hujan. Tapi aku suka karena hujan itu menemani kami.

Makan angsle bareng, makan sate bareng, nonton, jalan-jalan ke Batu, lihat bukit bintang, makan eskrim, silaturahmi ke teman-teman kami berdua menjadi pengisi hari-hariku di sisinya. Hal yang paling menyenangkan, kami juga silaturahmi ke keluarga besar yang berbeda. Seutas pemikiran lahir di kala itu, sepertinya aku adalah orang yang paling bahagia.

Ada kalanya aku menjadi orang yang menyebalkan, menyenangkan, membingungkan, manja, dan lain-lain ketika bertemu. Dia.. yang selama ini mengisi hati dan tak akan pergi. Pencarian sudah terhenti di satu titik. Dan cuma kamu pemilik titik indah itu.
Sepuluh hari menghabiskan waktu bersama. Terima kasih sayang.. Semoga semuanya terjaga karena kita tahu, semua tinggal menunggu masanya saja. Semua akan indah pada waktunya. Sempat terbesit bahwa tinggal disini saja lebih terasa ronanya. Namun, aku tahu ada tugas dan tanggung jawab yang harus ditunaikan. Aku selalu mencintai caramu yang selalu mensupportku untuk terus berkarya sesuai passionku. Meski aku tahu ada sendu di hatimu ketika mengingat waktu di Malang tinggal sebentar tapi kamu selalu berkata, “Semangat sayang.. lanjutkan terus cita-citamu” Membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik menjadi pondasi kuat kami untuk terus belajar. Belajar dalam segala hal. termasuk belajar agar kita tidak saling mengecewakan.

Banyak hal yang membuatku semakin dan semakin. Proses panjang itu berbuah manis dan bervitamin. Kita yang menanam, kita juga yang memanen. Banyak surprize yang berbentuk kado yang selalu kamu berikan setiap harinya sebelum aku balik ke tanah perantauan. Sampai di hari itu kita sama-sama sadar, aku harus kembali. Kembali lagi ke Jakarta untuk belajar banyak arti kehidupan yang sesungguhnya.
Thank you for this Smurf
Sore itu, hari kesepuluhku di kota Malang, kau melepasku pergi di stasiun Kota Baru. Rasanya sirine tanda kereta akan segera berangkat itu menjadi bunyi yang suram. Bunyi tanda dimana perpisahan akan terjadi sebentar lagi. Tapi aku sangat bahagia, perjalananku sore itu kau beri pemanis natural yang kamu miliki. Surprize lagi.

Terima kasih Tuhan untuk segala rasa yang sudah diberikan. Terima kasih pembelajar yang sebelumnya karena kalian sudah mengantarkanku untuk merajut keindahan hidup yang selanjutnya. Sudah pernah jatuh bukan berarti tidak bisa mendaki lagi. Justru sekarang tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mendaki lagi dengan cara yang sudah direvisi oleh pengalamannya. Kita sama-sama tahu bahwa kita berdua adalah orang terpilihNya, yang semoga memang berbeda dari yang sebelumnya. Bersamamu membuatku semakin bersyukur setiap harinya karena Tuhan juga selalu melipatgandakan nikmatNya untuk kita.

Sampai jumpa di Jakarta sayang. Sesuai dengan janji penyemangatmu, Maret esok kita akan bertemu lagi. Disini. Biarlah rindu ini jadi bagian dari kisah kita yang memang tak akan bisa dihapus. Semangat untuk menjalani bulan Januari hingga Februari yang akan berlalu penuh tantangan dan penentuan masa depan. Ingat tagline kita berdua yang sepertinya lebih cocok jika diekspresikan dengan bahasa Cina Surabaya. Dengan logat khasnya, aku senang bilang.. Semangat sayang. Ika-Isa! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar