1 Januari 2013

Putri Apel dan Bunga-bunga Malaikat

              Di suatu pagi yang berkilau, terlihat putri nan jelita sedang menyiram bunga di taman rumahnya. Ia menyirami tamannya dengan penuh suka cita. Putri Apel tinggal sendirian di rumah yang besar itu. Orang tuanya meninggal satu tahun yang lalu tertimpa musibah banjir bandang. Namun, Putri Apel menjalani hidupnya dengan semangat. Bahkan ia tak merasa tinggal sendirian karena ia selalu ditemani bunga-bunga indah yang sedang bermekaran di tamannya.

                Dengan senyuman manis, pagi itu bunga mawar menyapa “Selamat pagi Putri Apel. Pagi ini kau tampak lebih berseri padahal cuaca kemarau panjang ini membuat banyak orang stress” Diikuti oleh bunga melati dan bunga kamboja di sebelahnya “Iyaa, putri terlihat sangat bahagia.. Hhmm, ada apa yaa?” Putri Apel membalas dengan riang “Benarkah? Aku terlihat lebih berseri begitu? Hhmm.. Meski cuaca kemarau, hujan, gerimis atau badai sekalipun, kita harus tetap semangat” Sambil mengangkat tangan kanannya tanda bahwa Putri Apel memang sangat bersemangat pagi itu. Kemudian, bunga-bunga cantik di taman itu serempak mengatakan “terima kasih Putri Apel yang selalu menjaga kami” Mereka tersenyum gembira.

                Rupanya yang membuatnya lebih berseri hari itu adalah Putri Apel akan mengadakan hajatan ke desa sebelah. Ia ingin berbagi dengan teman-teman yang kurang beruntung, tidak seperti dirinya yang selalu berkecukupan. Putri Apel memang anak kaya tapi ia selalu hidup sederhana. Putri Apel bersiap-siap ke pasar untuk membeli segala keperluan. Ia ditemani Strobery Mungil, sosok teman yang selalu ada untuknya. “Mau beli apa saja Putri?” tanya Strobery Mungil. Lalu Putri Apel menjawab dengan gembira “Karena aku suka sekali dengan es krim, aku akan membuat es krim yang lezat untuk teman-teman di desa sebelah nanti. Kebetulan mereka pernah bilang bahwa mereka belum pernah makan es krim” Setelah sampai di pasar, Putri Apel memilih bahan-bahan yang ia perlukan untuk membuat es krim tersebut.

Setelah selesai belanja di pasar, ia kembali pulang. Putri Apel tak sabar untuk segera tiba di rumah dan langsung membuat es krim itu. Ia berjalan melewati pematang sawah dan sungai-sungai bersama Strobery Mungil. Putri Apel menggandeng tangannya sambil berjalan beriringan. Mereka berdua lebih seperti kakak adik yang saling menyayangi.
Di tengah perjalanan, Ia dihadang oleh Monster Durian. Tubuhnya yang tegap dan besar membuat Putri Apel dan Strobery Mungil langsung berhenti berjalan. Mereka berdua ketakutan. “Heii kau, putri apel busuk. Apa yang kau bawa itu?” bentak monster durian. Putri Apel dan Strobery Mungil gemetaran. Mereka hanya terdiam, tidak mampu menjawab. Monster Durian naik pitam dan ia langsung menarik tas kain yang dibawa Putri Apel. Hasilnya, tas kain itu robek dan bahan-bahan untuk membuat es krim tercecer berantakan. Monster Durian justru semakin garang dan mencoba mengambil bahan yang tersisa. Yang tercecer di tanah malah ia rusak sehingga bahan-bahan itu jelas tidak akan bisa dipakai.

Putri Apel menangis. Sambil tersedu-sedu ia bilang “kembalikan bahan-bahan itu. Aku ingin membuat es krim untuk teman-teman di desa sebelah. Jangan diambil. Aku mohon” Strobery Mungil juga menangis ketakutan “Kembalikan Monster Durian. Itu tidak enak untuk dimakan. Itu bahan mentah semua” katanya. Karena Monster Durian sudah terlanjur murka, ia justru membuang semua bahan-bahan yang masih tersisa. “Aaaah, banyak alasan kalian berdua. Kenapa kamu punya banyak teman Putri Apel? Kenapa mereka sangat suka berteman denganmu? Kenapa kamu mau berteman dengan bocah ingusan di desa sebelah. Kau tak tahu, aku ini sendirian” Muka garangnya berubah sedikit menjadi melankolis.

Selama ini Monster Durian memang selalu sendirian. Ia tak punya teman seperti Putri Apel karena sifat buruknya. Banyak teman yang menjauhinya. Ia serakah dan sombong.

                Tak kuasa menahan tangisnya, Putri Apel lari. Ia tak menjawab apa pun. Ia langsung meninggalkan Monster Durian yang sedang marah-marah. Strobery Mungil menyusulnya. Ia mencoba membesarkan hatinya dan mengajaknya duduk sejenak di bawah pohon jati agar Putri Apel tidak menangis lagi. Tiba-tiba saja Putri Apel berkata “Bagaimana ini Strobery Mungil.. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bahan-bahan es krim sudah tidak ada rupanya. Aku sudah berjanji dengan teman-teman disana dan mereka terlihat sangat senang ketika mendengar aku akan membuatkannya es krim sore ini. Pasti mereka kecewa padaku sekarang” Strobery Mungil pun terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. “Bersabarlah Putri, pasti ada jalan keluarnya. Putri Apel sudah berniat tulus berbagi dan membahagiakan orang lain. Pasti akan ada keajaiban karena apa yang tulus dari hati pasti akan kembali ke hati lagi” Strobery Mungil menambahkan. Mendengar jawaban dari Strobery Mungil, Putri Apel tersenyum tipis. Ia terlihat sedikit lebih lega sekarang.

                Strobery Mungil mengajaknya pulang. Ia berjanji akan membantu Putri Apel untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi ini. Putri Apel mengiyakan dan mereka berjalan menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, Putri Apel kaget bukan main. Ia heran dan sekaligus senang karena melihat dapurnya berisi banyak bahan-bahan segar untuk membuat es krim. Putri Apel bergumam sendiri sambil tercengang “Dari mana ini semua Strobery Mungil.. Aku tak percaya” Lalu terlihat di sudut dapur itu, bunga mawar, bunga melati dan bunga kamboja yang tersenyum malu. Putri Apel langsung bertanya “Ini kalian semua yang menyiapkan?” Mereka bertiga mengangguk pelan. Bunga melati berkata “Kami tahu Putri Apel ingin membuat es krim untuk teman-teman di desa sebelah. Kami berniat membantu Putri jadi tadi ketika Putri Apel dan Strobery Mungil berangkat ke pasar, kami juga pergi mencari bahan-bahan. Kami ingin seperti Putri yang suka membantu orang lain”

Seketika Putri Apel memeluk mereka bertiga, juga Strobery Mungil. Putri Apel terharu dan meneteskan air mata. Ia sangat menyayangi mereka karena merekalah yang membuat hari-harinya tidak sepi lagi setelah ditinggal orang tuanya. Putri Apel sangat senang karena akhirnya ia juga bisa membuat es krim.

Mereka mulai membuat es krim bersama-sama. Sampai es krim itu benar-benar jadi, mereka sembari bersiap-siap menuju desa sebelah. Tidak lama kemudian, mereka bersama-sama kesana. Rupanya sudah banyak yang menunggu kedatangan Putri Apel. Apalagi melihat Putri Apel membawa banyak es krim, mereka lebih gembira lagi. Akhirnya mereka makan bersama sore itu dengan riang gembira menikmati es krim lezat buatan Putri Apel dan teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar