25 April 2012

Aku, Kaliurang dan Pelajaran Kehidupan

Senja kala itu, aku bersama beberapa teman yang berlandaskan primordialisme dari Jakarta tiba di bundaran UGM, Jogjakarta. Tempat berkumpulnya manusia yang ingin belajar dan bersilaturahmi. Senang. Perasaan itulah yang aku rasakan. Jogjakarta bukanlah tempat yang asing lagi bagiku. Dan saat itu, merasakan Jogjakarta di ujung senja memberikan warna tersendiri layaknya harmonisasi alam yang mengikuti irama menuju malam.
Bersama peserta camp yang lain, aku merasakan keberagaman itu hadir sebagai keunikan. Kami datang dari berbagai macam identitas yang kami bawa. Dengan tema #LGBTIQ ini aku merasakan benar-benar disamping mereka secara utuh. Bukan hanya dari lirikan mata. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga muncul pilihan menjadi ‘beda’ menurut orang lain. Dan itu merupakan pilihan yang menjadi hak paling hakiki dalam hidupnya. Pelajaran pentingnya “jangan pernah ngejudge seseorang sebelum tahu apa sebab dibaliknya” 

Datang dari identitas yang berbeda menjadikanku banyak belajar. Belajar membaca dan mengamati. Membaca lingkungan, membaca pikiran orang lain, membaca perilaku manusia, cara berkomunikasinya dan adat istiadat yang dibawanya. Ini merupakan salah satu cara untuk improve my self. Dengan alasan-alasan inilah taglineku *travelling with studying* itu semakin menyala. Siapa bilang travelling itu hanya buang-buang uang? Tidak. Sekali lagi, banyak pelajaran yang bisa diambil asalkan melek lingkungan.

Dari bunda Anna, aku tahu titik terang bahwa kita harus mengenali siapa diri kita. Tubuh kita bukanlah political instrument. Dan dengan kesadaran palsu, kita pun sering mengabaikan keinginan suara tubuh kita sendiri, yang semestinya itu tidak dilakukan. Omah Jawi menjadi wadah untuk belajar, berbagi, berkeluh kesah dan sekaligus bersenang-senang. Banyak hal baru yang aku pelajari dari kalian semua yang menyenangkan. Hari-hari terasa semakin hangat meski awalnya ‘dingin’ itu masih ada. Dan aku yakin, keluarga beragam ini terbangun dari adanya cinta kasih yang damai. 
Young Queer Faith & Sexuality Camp by Yifos
 Namun, jujur dari awal ketika teman-teman khawatir apakah kita akan di brainwash oleh panitia tentang suatu pemahaman, aku justru menyebut camp ini sebagai rumah dialog. Dimana kita bisa mengeluarkan pendapat, bercerita, berdialog untuk menghasilkan sebuah solusi atau hanya sekedar berbagi pengalaman dengan yang lain. Sebagai peserta camp, kita memiliki kemampuan literasi sehingga bisa memfilter informasi yang masuk. No brain wash again.
Belajar merupakan suatu proses. Proses ini juga yang aku pelajari disini, bukan semata-semata mencari hasil jadi yang instan. Menjadi berbeda bukanlah penghalang untuk saling bersama. Mengambil jalan ‘kiri’ pun bukan jalan yang harus dimusnahkan. Dengan perbedaan itu, justru aku tahu banyak kekayaan yang beragam diantara kita. Kita bisa hidup berdampingan dan saling mendukung karena adanya toleransi yang penuh akan suatu pilihan.
Semoga ghirah belajar ini akan tetap menyala seperti semangatnya ayam yang berkokok membangunkan pagi. 

Love the process and respect the result of it
*Senyum dan semangat*

22 April 2012

Ki Hadjar Dewantara: Pergerakan Nasional Lewat Pendidikan dan Kebudayaan

Bapak pendidikan Indonesia yang terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat ini merupakan keturunan dari keluarga keraton Yogyakarta. Namanya berganti menjadi Ki Hadjar Dewantara saat usianya genap 40 tahun. Gelar kebangsawanannya tidak lagi dipakai dengan maksud agar ia lebih dekat dengan rakyat baik secara psikis maupun fisik. Perjalanan hidupnya dipenuhi dengan pengabdian dan perjuangan untuk bangsa Indonesia. Beliau merupakan salah satu perintis dunia pendidikan di Indonesia sehingga tanggal lahirnya (2 Mei 1889) selalu diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Beliau dianugrahi sebagai pahlawan nasional, bapak pendidikan Indonesia sekaligus mendapat gelar doktor honoriscausa dari universitas Gadjah Mada. 

Beliau menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) kemudian melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tetapi tidak sampai lulus karena faktor kesehatan. Ia bekerja sebagai wartawan muda di beberapa surat kabar dan juga aktif dalam organisasi sosial politik. Tulisannya dikenal sangat komunikatif, kritis dan patriotik sehingga mampu menggugah semangat antikolonial pembacanya. 

Tahun 1908, ia aktif di Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian pada tanggal 25 desember 1912, ia bersama Douwes Dekker dan dr. Ciptomangunkoesoemo mendirikan Indische Partij dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka. Indische Partij merupakan partai politik pertama yang beralirkan nasionalisme. Keberadaannya pun ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda karena dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia sehingga kesatuan dapat ddigerakkan untuk menentang pemerintah kolonial. Pada November 1913, Ki Hadjar Dewantara bergabung membentuk Komite Bumipoetra. Komite ini menjadi tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Sehubungan dengan perayaan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis, kolonial Belanda menarik uang dari rakyat jelata untuk membiayai pesta tersebut. Komite Bumipoetra melewati Ki Hadjar Dewantara segera melakukan kritisi. Melalui tulisannya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga) ia mengkritik untuk apa pesta pora diadakan jika itu menyusahkan rakyat Indonesia. Tulisan itu dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.

Akibat tulisannya yang pedas itu, ia dijatuhi hukuman dari pemerintah kolonial Belanda tanpa proses pengadilan. Hukumannya berupa hukuman internering (hukum buang). Pulau Bangka adalah sasaran tempatnya. Douwes Dekker dan dr. Ciptomangoenkoesoemo meras rekan seperjuangannya diperlakukan tidak adil sehingga mereka menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Tulisan itu juga dianggap sebagai instrumen yang bisa membangkitkan nasionalisme untuk memberontak pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya keduanya juga menerima hukuman internering, Douwes Dekker ke Kupang dan dr. Ciptomangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun, mereka menghendaki dibuang ke Belanda dengan alasan disana mereka dapat mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil. Sebagai pelaksanaan hukuman, pada agustus 1912 mereka diizinkan ke Belanda oleh pemerintah kolonial.

Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. Tahun 1918, ia kembali ke tanah air dan mengabdi penuh untuk pendidikan. Pendidikan dianggapnya sebagai alat perjuangan meraih kemerdekaan. Tidak lama setelah itu, Ki Hadjar Dewantara dengan rekan-rekannya mendirikan sebuah Perguruan Nasional Tamansiswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa) tanggal 3 juli 1922. Pendidikan ini menekankan kepada peserta didik agar mencintai bangsa dan tanah air serta berjuang untuk merdeka. Ia pun masih aktif menulis, tetapi temanya beralih ke nuansa pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah ia berhasil meletakkan dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Beralih ke pendudukan Jepang pada tahun 1943, Ki Hadjar Dewantara duduk sebagai pimpinan disamping Ir. Soekarno, Drs. Hatta dan KH. Mas Mansur di Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Setelah zaman kemerdekaan, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama di Indonesia. Selain ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan bapak pendidikan, ia juga ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional. Ajarannya yang terkenal adalah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa) dan ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan yang baik). Bahkan semoyan itu sampai saat ini menjadi slogan kementrian pendidikan nasional Indonesia.

Dokter Pembela Bangsa, Cipto Mangoenkoesoemo

Dr. Cipto Mangoenkoesoemo lahir di Pecagakan, Jepara pada tahun 1886. Ia mengenyam pendidikan tinggi di STOVIA (sekolah dokter bumiputera). Selama masa kuliah ia terkenal dengan pribadi yang jujur, kritis dan rajin. Sikap kritis beliau diwujudkan dalam berbagai pidato, opini dan tulisan-tulisannya. Dr. Cipto Mangoenkoesoemo juga ditetapkan sebagai tokoh pergerakan nasional. Pergerakan yang diilhami dari politik etis yang diterapkan oleh Belanda, meliputi bidang edukasi, irigasi dan migrasi. Dalam bidang edukasi, pemerintah kolonial Belanda memberikan kesempatan bagi warga pribumi untuk mengenyam pendidikan. Dampaknya muncullah orang-orang terpelajar layaknya dr. Cipto Mangoenkoesoemo dan rekanannya.

Ia melakukan banyak perjuangan melalui tulisan-tulisan yang bernada mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Ia kerap menceritakan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Ketika aktif menulis di de Express, sebenarnya ia sudah bekerja sebagai dokter di pemerintahan. Pekerjaan ini ia dapatkan setelah memperoleh ijazah STOVIA di Jakarta. Saat itu ia ditugaskan di Demak. Dari sanalah ia menulis kritikan-kritikan pedas tersebut. Akibatnya ia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai dokter pemerintah. Dengan kondisi ini, dr. Cipto justru semakin intens melakukan perjuangan. Bersama Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara, ia mendirikan Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913, ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya yang tajam. Sebelum mendirikan Indische Partij, ia juga berprofesi sebagai guru bahasa melayu di Ambarawa, menjadi kepala sekolah dan menjadi pembantu administrasi di kota Semarang.

Ketika peringatan seratus tahun bebasnya Belanda dari penjajahan Perancis, pemerintah kolonial Belanda di Indonesia berencana merayakannya secara besar-besaran. Dan keinginan ini ditolak habis oleh para pejuang kemerdekaan karena dianggap hanya akan menyengsarakan rakyat. Dr. Cipto saat itu mendirikan Komite Bumiputera khusus untuk memprotes maksud pemerintah kolonial Belanda. Sekembalinya dr. Cipto dari Belanda akibat hukuman pengasingannya, ia kembali melakukan perjuangan melalui Volksraad. Disana ia selalu membela kepentingan rakyat dan membangkang terhadap pemerintahan Belanda. Karena kegiatan kritisnya di Volksraad itu, ia kembali mendapat hukuman dari pemerintah yaitu dipaksa untuk meninggalkan Solo, kota dimana ia tinggal saat itu. Padahal saat itu, ia sedang giat mengembangkan ‘Kartini Club’ dan juga membuka praktik dokter di Solo.

Selanjutnya ia tinggal di Bandung sebagai tahanan kota, dimana ia tidak diperbolehkan keluar dari kota Bandung tanpa persetujuan pemerintah Belanda. Meskipun demikian perjuangannya tidak menjadi lemah. Dengan berbagai cara kreatifnya ia menemukan kegiatan-kegiatan untuk melanjutkan pergerakannya. Rumahnya dijadikan sebagai tempat berkumpul, berdiskusi dan berdebat para tokoh pergerakan nasional. Salah satu diantaranya yang aktif yang aktif adalah Ir. Soekarno. Setelah beberapa waktu, akhirnya kegiatan-kegiatan  bersama tokoh pergerakan nasional dirumahnya terbongkar. Ia kembali mendapat hukuman dari pemerintah Belanda. Ia dibuang ke Banda Neira pada tahun 1927 dan mendekam disana sebagai tahanan selama 13 tahun. Dari Banda Neira kemudian ia dipindahkan ke Ujungpandang. Tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat.

Sebagai seorang dokter, dr. Cipto pernah memperoleh prestasi gemilang ketika berhasil membasmi wabah pes di daerah Malang. Pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil yang ditularkan oleh tikus. Akibatnya banyak dokter Belanda yang tidak bersedia ditugaskan untuk membasmi penyakit tersebut. Kesuksesannya membasmi wabah tersebut membuat namanya lebih terkenal. Bahkan pemerintah Belanda yang sebelumnya sudah memecatnya sebagai dokter pemerintah justru menganugrahinya penghargaan Bintang Orde van Oranye Nassau meskipun sebenarnya penghargaan itu malah dikembalikannya kepada pemerintah Belanda. Atas jasa dan pengabdiannya sebagai pejuang pembela bangsa, namanya dinobatkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional. Namanya pun diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di Jakarta.

Titik di 24 Jam (2012)

Semoga titik di 24.00 mampu memberikan refleksi cita dan kasih yang produktif. Semoga aku bisa menjadi lebih matang untuk berfikir dan bertindak. Tentunya semoga doaku, menjadi jalan hidupku. Amin ya rabb. Doa ini sebenarnya aku dapat ketika satu tahun yang lalu diperkenalkan dengan Langit Biru. Terima kasih atas pengalaman selama satu tahun ini, juga untuk cinta kasih yang hingga malam ini tak pernah padam. Aku yakin bahwa cinta kasih sangatlah dekat dengan pemaafan. Semangat untuk masa depan yang lebih cemerlang. Aku masih ingat dengan seruanmu, fight for future yang selalu dilantunkan The Trees and The Wild. Salah satu band favoritku yang menjadi perbincangan kami di awal perkenalan.

Love the process and respect the result of it. Kalimat yang selalu mengilhami setiap langkah tujuanku. Semoga dengan titik yang diperbaharui akan mampu membuat kemarau di musim hujan. Kembali diingatkan 20 April 2011. Dilancarkan misi membangun foundationnya. Menghibahkan diri untuk ilmu pengetahuan, berproses menjadi travel writer sesuai dengan hobi beserta semakin kental dengan dunia sinematografi. Tak lupa, semoga mendapat kelancaran dalam membangun brand kaicecreamnya (baca:kaeskrim). Suka. Topik yang selalu membuat hati gempita saat membahasnya. Nama brand ini terinspirasi dari sahabat sekaligus kakak seperjuangan dalam menuntut ilmu. Terima kasih.
Merealisasikan mimpi ke India dengan niatan travelling (tentunya), belajar budaya dan tradisi yang menurutku sangat unik. Mereka bisa mentransfer budayanya lewat media yang selalu kita kenal, bahkan saat aku masih duduk di kelas satu SD. Apalagi jika bukan film india. Semoga keluarga yang terkasih di rumah berbahagia dan senantiasa syukur. Terima kasih ibu, engkaulah cermin kesederhanaan yang sempurna di mataku. Kesederhanaan inilah yang turut membesarkanku, didampingi bapak dan canda adek Rara *love family* Untuk Jhony (nama sapi-ku), cepat beranak yaa. Dan mengapa aku berdoa seperti ini? Aku sendiri tak tahu karena kenyataannya Jhony sebenarnya adalah sapi jantan. Bagaimana ia bisa beranak? Yaa mungkin maksudku kali ini segera membuahi si betina agar daya semi tidaklah terkikis.

Tepat di 20 April 2012, doa ini semakin diperkuat. Tuhan, lancarkan misi tugas akhirku (similiar dengan skripsi) dan luluskanlah dalam keberkahanMu. Don’t forget to say alhamdulillah. Itu bisikku dalam hati. Bersyukur disertai perbuatan, bukan hanya ucapan. Ada satu poin yang menjadi renungan bahwa selama ini mungkin masih terlalu banyak meminta pada Tuhan #instropeksi. Semoga visi dalam list moadboard-ku tentang Prancis, India, Swiss, USA dilancarkan. Manjadda wajada. Teringat dengan trip ke Singapura-Turki-Polandia tahun 2010 lalu. Semoga semangat 2009 kembali merona dalam jiwa untuk meraih cita. Semoga mampu untuk menunduk dengan tetap bisa melihat langit biru yang luas sebagai bahan amunisi mengisi kehidupan. Ada tagline hidupku yang semakin harus dipupuk dan diberi gizi. Travelling with Studying. Cita-cita untuk masuk ke dunia akademisi & industri kreatif akan selalu menjadi warna dalam setiap perjuangan. Senyum, semangat. Hatiku berseru tanpa harus berucap. Semangat menatap mentari yang kian memanas. Terima kasih semesta :)
Tepat di malam harinya, ahha moment itu datang dari kawan-kawan seperjuangan di asrama putri. Sangat tidak disangka bahwa kali ini mendapat kejutan yang hampir sama di tahun lalu. Senang. Kembali dari Kemang malam-malam, disambut oleh wanita-wanitaku di depan TV. Mereka antusias sekali melihat tayangan Indonesian Idol. Beberapa menit kemudian lampu padam. Yaa, tak ada secuilpun insting bahwa moment itu jatuh. Ahha !! 21th kau !! bisik gelap malam. Kalian, keluarga mungilku disini yang turut membantuku untuk berproses menjadi Ika yang sesungguhnya. Meski aku pun tak tahu kapan proses itu akan berakhir. Terima kasih untuk cinta kasih kalian yang selalu mengiringi perjalanan dalam rantauanku.

21 April 2012

Refleksi 20th

 Diawali dengan perjalanan 20.04.2011 yang lalu, aku memaknai momentumnya bersama sabahat-sahabat terdekatku ke Epicentrum. Menyenangkan. Dan tak terasa, moment itu sudah berjalan selama satu tahun. Waktu memang berjalan begitu cepat. Banyak doa dan harapan yang dipanjatkan saat memasuki umur 20th yang lalu.
Risma, aku dan Luti (dhillaz camera personnya)
Dan sekarang? Apa yang sudah ku lakukan di umur cantik tersebut?  
Sepertinya malam ini serendepity dari Tuhan diturunkan untuk kami, kaum yang sedang mencari jati diri di persimpangan jalan menuju kebenaran yang hakiki. Melewati banyak pos kehidupan dan perempatan jalan yang memberikan banyak pengalaman baru dan pengetahuan, dan spiritualitas yang semakin matang.

Terima kasih untuk segala doa yang dipanjatkan. Tuhan mengamininya.
Lega rasanya setelah dering telepon itu akhirnya berganti menjadi suara serak akibat bangun dari tidur yang cukup singkat. Aku menyapamu malam ini karena 'sejujurnya' ada yang hilang selama sekian waktu sebelumnya.

Tepat di titik 20.04.2012 ini, refleksi diri itu menghasilkan rasa yang menjelma sebagai wujud cinta kasih dari Tuhan. Aku bisa bilang "hello, aku sudah 21th" Proses dari bertambahnya umur yang terus berjalan ini yang mengajariku untuk melakukan sesuatu. Menyapamu disana yang mungkin memang saat ini sudah tertidur pulas, dipeluk malam. Doa malam ku panjatkan. Berperilaku jujur terhadap diri sendiri pun harus segera ku lakukan. Aku paham karena untuk ke sekian kalinya aku masih membohongi diriku sendiri. Tidak selayaknya itu dilakukan karena sebenarnya ‘diri’ kita (baca:tubuh) adalah yang paling dekat dengan kita. Dan tak bisa dipungkiri, ‘diri’ pun seperti orang yang paling jauh ketika kita tidak mengenali siapa diri kita. Ketika ‘Ahha moment’ itu muncul, seketika aku ingat prinsip ayam berkokok "tidak baik kalau aku harus menunggu esok pagi untuk menyapanya" Hasil dari doa malam itu juga yang turut mensupportku untuk membangunkanmu sampai hitungan dering telepon kedua.

Proses perjalanan itu sama-sama kita lalui sebagai media untuk terus belajar menjadi insan yang lebih baik lagi. Terlebih untuk orang-orang yang selalu mensupport hidupku. Satu lagi yang ku tahu dan ku yakini, cinta kasih itu murah hati, sabar, penuh pemaafan dan menerima apa adanya engkau. Aku mengambil satu pelajaran yang lain bahwa konflik itu bisa menyadarkan, bukan hanya menyakitkan. "akui, maafkan dan belajarlah dari situ" itu yang malam ini Tuhan yakinkan padaku lewat doaku.

  Terima kasih untuk cinta kasih yang penuh pembelajaran dan tanpa mengekang, yang sampai malam ini masuk ke dalam ruang, Semangat. 

Ulang tahun bukanlah moment yang harus dirayakan, tetapi perlu direnungi apa yang sudah kita perbuat selama itu dan mencari perbaikan atas kesalahan yang telah dilakukan. Make a wish pun sama. Aku tidak harus melakukan ritual itu saat ulang tahun karena aku percaya setiap harinya aku juga make a wish dengan metode yang sama. Memasuki zona yang lebih menantang akan membuat hidup terasa lebih mempunyai urat nadi. Dan dengan semangat itulah, hidup akan dipenuhi keceriaan. 

Umur 20th, aku cukup aktif diberbagai organisasi ekstra maupun intra kampus. Pelajaran yang mengena adalah membangun link bukan hanya sekedar untuk simbiosis mutualisme. Namun, yang lebih penting dari itu kita harus melakukan simbiosis mutualisme itu dengan hati lapang. Terkadang aku masih sering merasa bimbang dengan suatu keputusan. Dan waktu satu tahun pun menyadarkanku bawa kondisi seperti itu hanya akan membuat kita terombang-ambing di lautan lepas dan tak bertepi. Melakukan sesuatu itu lebih mudah daripada hanya memikirkannya di kepala. Tahun ini juga ghirah travelling with studying itu lebih menguat. Travelling itu menyenangkan, apalagi jika ditambah dengan instrumen-instrumen pembelajaran yang bisa membuatku lebih merasakan ‘hidupnya’ travelling itu.

Orang tua dan keluarga adalah segalanya. Mereka yang selalu mensupportku dalam setiap keadaan. Apapun akan ku lakukan untuk beliau yang terkasih. Aku yakin, doa orang tua adalah bisikan dari Tuhan. Love you my lovely family. Perjalanan satu tahun ini juga semakin meyakinkanku dengan tagline hidup yang ku bawa kemana-mana Love the process and respect the result of it. Proses itu sangatlah penting. Dari proses kita akan banyak belajar. Suatu hubungan akan lebih bermakna jika di dalamnya banyak terjadi improvement. Ntah itu hubungan orang tua dengan anak, pacaran atau pertemanan. Rasa cinta kasih yang tulus dan semangat merupakan bumbu tambahannya. 

Menjadi orang yang berani, menurutku adalah suatu pilihan. Aku memilih untuk berani karena mempertahankan rasa yang seharusnya diungkapkan itu akan mengekang diri dan membuat diri semakin jauh dari kita. Satu hal yang juga menjadi refleksi, saling berbagi akan banyak memberi energi positif di hati. Dengan berbagi aku merasa lebih bermanfaat, ada 
semacam kepuasan batin yang menyokongku. Ohya, terus menginspirasi orang lain juga menjadi visiku, terutama untuk keluarga terdekat.

Selama ini aku masih merasa terlalu banyak menuntut kepada Tuhan yang Maha Sutradara. Nah, semoga refleksi ini mampu menjadikanku orang yang senantiasa bersyukur atas segala rahmatNya serta mawas diri. Terima kasih atas cinta kasih sampai 21th ini. 
Be better person and always smile and keep fight for future.

20 April 2012

Cinta dan Pemaafan

Sudah menjadi kodratinya bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia membutuhkan bantuan, baik dari manusia yang lain atau sektor pendukung yang menyokong pertumbuhan hidupnya secara berkesinambungan. Secara ilmiah, manusia juga disebut sebagai homo sapien dimana ia akan tumbuh menjadi makhluk yang lebih istimewa dari yang lain karena ia memiliki akal, budi pekerti dan hati yang dapat digunakan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Dengan gagasan inilah, manusia sudah selayaknya hidup berdampingan, tolong menolong dan senantiasa menebarkan kasihnya bersama orang lain.

Dalam kehidupan sosial, manusia akan selalu masuk ke dalam tataran adat masyarakat dimana ia tinggal. Disinilah ia dituntut untuk hidup saling berbagi, memahami, toleransi dan seharusnya saling memaafkan kesalahan. Sama-sama menghapus hutang emosi, berdamai dan melepaskan emosi pahit, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. 

Pemaafan dalam konteks relasi individu maupun konteks bermasyarakat tampaknya sangat relevan dengan kehidupan bangsa kita. Konflik antar pribadi yang jumlahnya tidak terbilang juga menghasilkan banyak trauma. Selain itu banyak peristiwa besar bangsa yang menorehkan luka-luka psikologis pada banyak individu, antara lain peristiwa G30SPKI, pembunuhan misterius pada tahun 1980-an, peristiwa Tanjung Priok, kerusuhan massal pada tahun 1998, dan lain sebagainya.

Masyarakat yang terkait dengan kejadian di atas banyak yang tidak bisa memaafkan lantaran rasa sakit hati yang masih tumbuh di hati. Banyak keluarga yang ditinggalkan oleh sang korban dan tidak mendapat ganti apa-apa. Seseorang berat untuk memaafkan orang lain atau bahkan suatu kejadian karena dikiranya memaafkan justru akan membebaskan orang lain dan merugikan diri sendiri. Padahal, sesungguhnya dengan memaafkan orang lain itu akan menguntungkan diri sendiri dan orang lain juga dan sebaliknya juga. Berbagai bukti psikologis menunjukkan bahwa orang yang tidak memaafkan akan dirugikan karena ia menyimpan sumber penyakit dalam hatinya. Orang yang merasa dosanya tidak termaafkan akan mengisi hari-harinya dengan penuh rasa bersalah, yang itu berperanan dalam menurunkan kualitas hidup seseorang.

Hidup bermasyarakat seyogyanya dijalani dengan tulus ikhlas. Penuh cinta kasih dan tanpa pamrih. Tetangga, saudara yang paling dekat dengan kehidupan kita. bersamanya manusia yang satu dengan yang lain akan menjalani hidup sampai pada titik terakhirnya sehingga harmonisasi sangat diperlukan untuk membuat hidup terasa nyaman. Namun, tak jarang konflik antara satu sama lain itu juga terjadi. Seperti bulu dalam domba. Konflik tercipta untuk membuat manusia selalu mawas diri terhadap apa yang dilakukan. Konflik bisa menyadarkan, bukan hanya menyakitkan. Masukkanlah cinta kasih antar sesama di dalamnya karena itu merupakan kunci pemaafan yang arif. Cinta akan selalu memaafkan, itulah yang dikatakan Ajahn Bram pada bukunya “si cacing dan kotoran kesayangannya”

Berdamai, itu yang sering didengar tetapi mungkin sulit pada tahap pengaplikasiannya. Damai yang sebenarnya adalah damai terhadap diri sendiri, tidak memenjarakan diri atau tubuh terhadap sesuatu yang ingin dilakukan. Dalam kehidupan sosial, berdamai sangat penting dijadikan instrumen untuk hidup secara aman. Meski sebenarnya tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia selalu berasal dari latar belakang yang beragam. Satu manusia akan selalu membawa banyak identitas. Tidak ada identitas tunggal yang dibawa manusia sejak ia lahir. Ragam budaya, tradisi, adat, kepercayaan, norma dan aturan biasanya yang menjadikan sumber perpecahan apabila di dalamnya tidak ada rasa memahami dan “better understanding” antar sesama. Keragaman tersebut sebenarnya akan bermuara pada titik temu bahwa disetiap perbedaan pasti ada benang merah persamaan yang merajut. 

Agama yang paling signifikan dicermati dalam kehidupan bermasyarakat. Sering kali manusia mempersalahkan orang lain karena alasan agama. Tentunya dalam hal ini agama yang dianut mungkin berbeda, atau justru masih dalam satu agam namun berbeda sektenya. Saya sangat yakin bahwa tuhan selalu menebarkan cinta kasihnya. Tuhan selalu berbelas kasih dan penuh pemaafan. Jika terjadi kerusuhan massal dengan atribut agama, sudah pasti itu bukan keinginan tuhan. Tuhan itu baik. Cinta kasih antar sesama harus dibangun untuk menuju hidup yang sesungguhnya. Hendaknya kita sebagai bagian dari masyarakat selalu berperilaku atas dasar religiusitas. Perilakunya yang benar-benar memiliki semangat religiusitas, bukan hanya menjadikan agama sebagai tameng dalam norma masyarakat. Perilaku itu hendaknya penuh kasih, yang muaranya adalah tuhan. Tuhan yang disebut dalam banyak nama dan cara. Itulah tuhan saya dan tuhan kalian semua. Seperti yang dikatakan Romo Magnis Suseno bahwa dalam melihat perbedaan sering kali manusia saling menyalahkan dan hany melihat permuakaan yang paling atas dari suatu masalah . Menganggap bahwa pilihannyalah yang paling benar. Itulah yang seharusnya diluruskan. Ketika melihat suatu konteks kerusuhan massal atas nama agama, harusnya kita melihat manusia sebagai individu, bukan dalam konteks agama yang dilembagakan. Rasa cinta kasih dan penuh pemaafan yang akan membuat manusia lebih mengerti akan indahnya perbedaan. Dan tentunya di setiap rasa sakit, pasti tuhan menciptakan obat mujarab yang membuat manusia berdiri lebih kokoh. Memaafkan akan membuat hati terasa lebih damai dan hangat. 

Cinta muncul karena perbedaan sehingga tuhan menciptakan makhluknya dalam berbagai warna dan jenis. Dengan karakter-karakter yang menjadi ciri manusia dengan yang lainnya. Dalam bukunya, Ajahn Bram juga mengajarkan bahwa cinta akan selalu menerima. Menerima baik dan buruknya, dan akan selalu memaafkan. Cinta yang tulus akan menjadikan kita lebih banyak beraktualisasi dengan orang lain sekaligus membebaskan. Contoh kecil yang ada dalam kehidupan keluarga misalnya, orang tua dan anaknya. Sebandel apapun anak, orang tua akan senantiasa memaafkan kesalahan karena rasa cinta yang memang begitu besar. Dalam kehidupan sosial, jika masyarakat melakukan hal tersebut maka harmoni akan terbentuk dengan alaminya. Bahkan dalam hubungan suami istri -yang pernah saya dengar- sang istri menyebutkan bahwa “kesalahan suamiku akan ku terima sebagai cinta”. Kunci pemaafan yang kuat adalah rasa cinta yang tulus karena cinta dan pemaafan tidak akan dapat dipisahkan. 

Memupuk rasa cinta kasih antar sesama dalam kehidupan masyarakat tidaklah secara instan terjadi. Begitu juga dengan pemaafan. Dua hal itu merupakan proses yang akan selalu berinovasi menuju kebaikan hidup. Menjalani proses belajar memaafkan dan menumbuhkan rasa cinta kasih yang tulus akan membuat manusia lebih bisa memaknai kehidupan.