22 April 2012

Dokter Pembela Bangsa, Cipto Mangoenkoesoemo

Dr. Cipto Mangoenkoesoemo lahir di Pecagakan, Jepara pada tahun 1886. Ia mengenyam pendidikan tinggi di STOVIA (sekolah dokter bumiputera). Selama masa kuliah ia terkenal dengan pribadi yang jujur, kritis dan rajin. Sikap kritis beliau diwujudkan dalam berbagai pidato, opini dan tulisan-tulisannya. Dr. Cipto Mangoenkoesoemo juga ditetapkan sebagai tokoh pergerakan nasional. Pergerakan yang diilhami dari politik etis yang diterapkan oleh Belanda, meliputi bidang edukasi, irigasi dan migrasi. Dalam bidang edukasi, pemerintah kolonial Belanda memberikan kesempatan bagi warga pribumi untuk mengenyam pendidikan. Dampaknya muncullah orang-orang terpelajar layaknya dr. Cipto Mangoenkoesoemo dan rekanannya.

Ia melakukan banyak perjuangan melalui tulisan-tulisan yang bernada mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Ia kerap menceritakan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Ketika aktif menulis di de Express, sebenarnya ia sudah bekerja sebagai dokter di pemerintahan. Pekerjaan ini ia dapatkan setelah memperoleh ijazah STOVIA di Jakarta. Saat itu ia ditugaskan di Demak. Dari sanalah ia menulis kritikan-kritikan pedas tersebut. Akibatnya ia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai dokter pemerintah. Dengan kondisi ini, dr. Cipto justru semakin intens melakukan perjuangan. Bersama Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara, ia mendirikan Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913, ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya yang tajam. Sebelum mendirikan Indische Partij, ia juga berprofesi sebagai guru bahasa melayu di Ambarawa, menjadi kepala sekolah dan menjadi pembantu administrasi di kota Semarang.

Ketika peringatan seratus tahun bebasnya Belanda dari penjajahan Perancis, pemerintah kolonial Belanda di Indonesia berencana merayakannya secara besar-besaran. Dan keinginan ini ditolak habis oleh para pejuang kemerdekaan karena dianggap hanya akan menyengsarakan rakyat. Dr. Cipto saat itu mendirikan Komite Bumiputera khusus untuk memprotes maksud pemerintah kolonial Belanda. Sekembalinya dr. Cipto dari Belanda akibat hukuman pengasingannya, ia kembali melakukan perjuangan melalui Volksraad. Disana ia selalu membela kepentingan rakyat dan membangkang terhadap pemerintahan Belanda. Karena kegiatan kritisnya di Volksraad itu, ia kembali mendapat hukuman dari pemerintah yaitu dipaksa untuk meninggalkan Solo, kota dimana ia tinggal saat itu. Padahal saat itu, ia sedang giat mengembangkan ‘Kartini Club’ dan juga membuka praktik dokter di Solo.

Selanjutnya ia tinggal di Bandung sebagai tahanan kota, dimana ia tidak diperbolehkan keluar dari kota Bandung tanpa persetujuan pemerintah Belanda. Meskipun demikian perjuangannya tidak menjadi lemah. Dengan berbagai cara kreatifnya ia menemukan kegiatan-kegiatan untuk melanjutkan pergerakannya. Rumahnya dijadikan sebagai tempat berkumpul, berdiskusi dan berdebat para tokoh pergerakan nasional. Salah satu diantaranya yang aktif yang aktif adalah Ir. Soekarno. Setelah beberapa waktu, akhirnya kegiatan-kegiatan  bersama tokoh pergerakan nasional dirumahnya terbongkar. Ia kembali mendapat hukuman dari pemerintah Belanda. Ia dibuang ke Banda Neira pada tahun 1927 dan mendekam disana sebagai tahanan selama 13 tahun. Dari Banda Neira kemudian ia dipindahkan ke Ujungpandang. Tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat.

Sebagai seorang dokter, dr. Cipto pernah memperoleh prestasi gemilang ketika berhasil membasmi wabah pes di daerah Malang. Pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil yang ditularkan oleh tikus. Akibatnya banyak dokter Belanda yang tidak bersedia ditugaskan untuk membasmi penyakit tersebut. Kesuksesannya membasmi wabah tersebut membuat namanya lebih terkenal. Bahkan pemerintah Belanda yang sebelumnya sudah memecatnya sebagai dokter pemerintah justru menganugrahinya penghargaan Bintang Orde van Oranye Nassau meskipun sebenarnya penghargaan itu malah dikembalikannya kepada pemerintah Belanda. Atas jasa dan pengabdiannya sebagai pejuang pembela bangsa, namanya dinobatkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional. Namanya pun diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar