11 Januari 2012

Desainer dan Sandal

   Sandal. Apa itu sandal? Barang yang mungkin jarang dipikirkan banyak orang tapi jika sandal ditiadakan efeknya juga signifikan. Tidak ada yang melindungi kaki kita dari serangan panas, hujan atau kerikil dan duri yang berbahaya. Hal ini bisa membuat kaki lecet sehingga seharusnya sandal yang akan kita pakai merupakan sandal yang paling nyaman. Sandal menjadi hal yang krusial untuk orang-orang yang aktif di luar. Ditambah lagi hasil survey yang dilakukan oleh produsen sandal Connect bahwa lebih dari 60% penduduk lebih menggunakan sandal daripada sepatu. Khusus untuk wilayah Jakarta ini tidak berlaku karena hal ini justru kontradiktif. Faktanya sepatu hanya digunakan pada moment-moment tertentu saja sedangkan sandal lebih friendly untuk dipakai. Saat ini pun kaum wanita juga lebih menggunakan sandal daripada sepatu, kalaupun memakai sepatu modelnya pun bisa berupa sandal sepatu atau sepatu yang terbuka.
   Visualisasi dari desain sandal pun harus menarik yang mempunyai lifestyle tersendiri. Didesain sesuai dengan target yang dituju, misalkan trend energic, feminim, outdoor dll. Proses awal dilakukan dari positioning produk yang dimulai dari detail targetnya seperti apa, umur, gender, status sosial dan lokasi wilayah konsumen. Tentunya desain sandal untuk anak-anak akan berbeda dengan gaya desain untuk orang dewasa. Begitu juga setelah target ditentukan dari sisi status sosial, maka dengan mudah gaya desain akan ditemukan.Terkait dengan trend, sebisa mungkin kita sebagai desainer sandalnya harus memikirkan solusi kreatif dan inovatif yang bisa digunakan untuk target konsumennya dalam kurun waktu yang cukup lama. Desain tidak jauh dari pekerjaan riset, untuk siapa desain tersebut kita buat dan bagaimana karakteristiknya. Sebagai contoh, karakteristik desain untuk anak-anak bersifat ceria. Ceria disini bisa diperoleh dari visualisasi warna, tema, bentuk, bahkan elemen estetisnya. Desain sandal untuk anak-anak lebih baik berbahan elastis, lentur, bahannya nyaman dan tidak berbahaya. Bisa dikatakan bahwa seorang desainer itu juga menjadi peramal. Kenapa? Desainer harus meriset apa yang akan didesain. Riset hari ini dan beberapa waktu yang lalu kemudian pengaplikasiannya dilakukan secara futuristik. Sejarah pun terus berjalan dan desain pun juga mengikuti jamannya. Jika kita membuat tema desain gaya 70 di masa sekarang. Itu bukanlah waktu yang tepat karena desain juga harus mengikuti trend yang sedang berlangsung. Dengan kata lain desain itu bersifat upto date. Kecuali jika kita memang sengaja menggunakan gaya retrofit dalam desain kita. Apa itu retrofit? Retrofit merupakan gaya jaman dahulu (retro) yang saat ini justru diperbarukan. Misalnya dengan memakai gaya warna neon (bertabrakan dan kontras), menyandingkan warna hijau dengan ungu. Mata yang peka akan langsung melirik gaya ini karena bisa menjadi point of interest.
       Berbicara tentang trend sandal, seorang desainer produk seharusnya mengerti akan keinginan pasar. Tidak egosentris. Desainer sudah mulai berbicara dengan cliennya dan hal ini bertentangan dengan seniman meski keduanya bergelut dibidang yang berbau estetika. Seniman membuat sebuah karya karena fokus untuk memenuhi hasrat pribadi sedangkan desainer karena permintaan client. Desainer bertugas untuk mencari solusi dari masalah yang sedang dialami oleh clientnya. Desain merupakan salah satu seni terapan yang mempelajari perencanaan dan perancangan berbagai bentuk komunikasi visual. Perjalanan kreatifnya dumulai dari mencari masalah, mengenali permasalahan tersebut, kemudian mencari data-data verbal dan visual. Dari hasil kerja ini maka akan disusun konsep kreatif sebagai pemecahan masalah yang sedang dihadapi, berlandaskan pada karakteristik target sasaran. Visualisasi final desain yang berfungsi mengkomunikasikan “sesuatu” yang artistik, persuasif dan kreatif akan menjadi step akhir sebelum desainer tersebut benar-benar mengaplikasikan secara teknis konsep yang sudah dibuat tersebut. Berkaitan dengan hal ini, kita sebagai desainer juga harus mempelajari consumen behaviour bukan hanya mendesain semaunya sendiri. Key visual saat mencari inspirasi untuk mendesain pun bisa berasal dari berbagai sumber yang dianggap benefit, salah satunya dengan melihat gaya desain dari produk rivalnya yang nantinya akan berkaitan dengan SWOTz.
       Hubungan antara desain komunikasi visual dengan desain produk industri sangatlah dekat. Mereka harus bekerjasama untuk menghasilkan nilai jual produk yang nantinya bisa tersampaikan kepada target konsumennya. Sebagus apapun produk yang dibuat jika seorang desainer komunikasi visual tidak dapat membuat produk itu memiliki nilai jual dan estetika, maka produk tersebut hanya akan berfungsi di tataran internnya. Desain produk industri hubungannya dengan ergonomi produk, bagaimana cara membuat sebuah desain yang memakai style form folow function. Sedangkan desain komunikasi visual mengacu pada bagaimana agar produk tersebut bisa memiliki nilai jual yang lebih, bukan hanya untuk dinikmati sebagai karya seni. Iklan yang dibuat oleh desainer haruslah iklan yang bisa menjual produknya, bukan hanya iklan yang indah atau bisa memenangkan bebarapa kejuaraan iklan. Ini dikategorikan sebagai jenis iklan yang persuasif karena pada dasarnya fungsi iklan adalah menjual produk, bukan hanya membuatnya tampak bagus. Jika iklan yang sudah dibuat hanya menghasilkan feedback “indah yaa iklannya, lucu” tetapi tidak berhasil membuat audience ingin membelinya maka iklan ini dianggap gagal. Dalam hal ini tampilan packaging akan sangat berpengaruh pada proses penjualan produknya.
    Kasus positioning dan analisa target market yang pernah saya jumpai sendiri cukup unik dan memiliki feedback yang bagus untuk kelangsungan produksi dan penjualan sandalnya. Mereka adalah sandal dengan merk Connect. Connect melakukan riset langsung ke lapangan dengan targetnya young energic yaitu mahasiswa. Mahasiswa dianggap lebih jeli dalam menilai dan matanya pun masih benar-benar bisa melihat detail produk. Berbeda dengan target survey yang sasarannya ibu rumah tangga. Distributor bisa mengambil kesimpulan bahwa penilaian yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga biasanya sudah terkontaminasi oleh beberapa faktor, misalnya harganya atau preference yang hanya ikut-ikutan gaya tetangga. Connect ini mendatangi beberapa kampus untuk face to face langsung kepada calon konsumennya yang kemudian mahasiswa-mahasiswa tersebut disuruh memilih desain sandal mana yang paling disukai. Menurut saya hal ini sangat efektif dalam kategori survey lapangan. Mereka berdialog langsung dengan mahasiswa untuk mengetahui mana dan mengapa memilih sandal “ini” sebagai sandal yang paling disukai dari beberapa macam sandal yang dibawa. Mahasiswa pun tidak dilarang untuk memberikan evaluasi terhadap beberapa desain yang sudah dibuat. Hanya saja pasti ada sisi hitam dari cara ini yaitu produsen harus mencetak sandal itu menjadi barang jadi, bukan hanya dalam bentuk desain digital.
   Selanjutnya ada sedikit tips yang akan di share untuk metode promosi atau penjualan sandal itu sendiri. Produsen sandal bisa menambahkan sedikit unsur politik di dalam penjualannya, caranya dengan menitipkan sandal tersebut ke toko sandal yang ternama. Ambil saja jumlah sampelnya 10 buah sandal. Biasanya jika pemilik toko keberatan dia akan mengatakan “maaf mas, stok sandal saya sudah penuh jadi nggak bisa nrima lagi” Kita pun sebagai produsen harus tahan banting, coba saja untuk tetap meletakkan barang dagangan tersebut di toko ini. Mungkin bisa dengan dialog kecil “udah pak nggakpapa, ntar saya letakkan diluar aja pak. Tidak perlu dimasukkan ke dalam toko” Nah, disesi ini jurus politik segera mungkin untuk dimainkan. Produsen mengutus beberapa orang untuk mendatangi toko tersebut untuk mencari sandal, sebut saja sandal “langit”. Pasti pemilik toko akan kebingungan karena sandal yang dimaksudkan tidak ada. Berturut-turut sampai 3-4 orang datang dengan mencari sandal “langit” yang sama akhirnya pemilik toko pun akan beralih menunjukkan sandal yang diletakkan diluar toko tadi. Hal ini akan dilakukan karena pemilik toko merasa jengkel karena sudah beberapa kali orang mencari produk yang tidak ada. Akhirnya dengan mudah pemilik toko tersebut menunjukkan sandal yang dimaksudkan konsumen kepada sandal yang sebelumnya sudah diletakkan di luar toko tadi. Akhirnya sampai pada konsumen yang ke10 yang juga mencari sandal “langit” itu. Pemilik toko benar-benar bingung. Beberapa lama kemudian pemilik sandal “langit” tadi datang dan menanyakan kemana produk-produknya, kok tidak ada di depan toko lagi. Langsung dijawab oleh pemilik toko tersebut “udah mas, sandal kamu laku keras. Kirim lagi produknya ke toko ini” Padahal yang beli adalah orang dalam sendiri dari sandal “langit”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar