9 Agustus 2012

Ada Dewi Fortuna Di Pasar Anak Negeri

Belum menginjak usia satu minggu pasca grand launching, kini Kereta Dongeng kembali memiliki hajatan penting. Satu sms di ponsel mengabarkan bahwa siang itu kami harus ke Tebet untuk briefing. Aku masih sedikit bingung. Briefing untuk apa lagi. Dan setelah datang ke lokasi, tentu saja ini adalah kabar baik untuk Kereta Dongeng. Kami diundang untuk pameran di Pasar Anak Negeri. Tepat di Istora Senayan, 27-29 Juli 2012. Berdegup rasa syukur menyelimuti kegembiraan, aku yakin ini bukan kebetulan. Rasanya bergemuruh rasa senang. Belum genap satu minggu grand launching Kereta Dongeng itu digelar. Buku dongeng “Trimbil, Ayo Bangun!” terbit. Akhirnya satu mimpi yang ku tulis dalam moadboard bisa ku coret. Kereta Dongeng. Dan petang ini senja membawa keindahan tersendiri untukku dan Kereta Dongeng. Hal ini semakin membuatku tersenyum haru. Lagi dan lagi. Ibarat menemukan gula yang kemudian ditambah lagi, menemukan manisnya madu. Rasa syukur itu senantiasa bertambah. Ingin sekali ku ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu. Lidah terasa kelu sehingga keinginan itu hanya terucap lewat doa-doa malamku. Kesenangan ini harus dilengkapi kerja keras nan cerdas. Pameran akbar ini pun harus kami persiapkan dengan matang.

Setelah briefing itu selesai kami segera melakukan meeting kecil untuk koordinasi. Persiapannya tidak terlalu rumit karena pihak penyelenggara sudah mempersiapkan semuanya untuk tim kami dan beberapa tim lain. Kami hanya perlu membawa dagangan kami saja. Yang lain sudah diuruskan. Pameran Pasar Anak Negeri adalah pameran produk UKM yang menyebar di pelosok nusantara. Pesertanya merupakan pengusaha-pengusaha yang sengaja datang dari berbagai kota di Indonesia. Jumat malam itu adalah technical meeting di Istora. Kami pun segera tahu titik lokasi yang akan menjadi stand kami.

Pikiran awal kami hanyalah, ini kesempatan emas. Kereta Dongeng bisa promosi disini. Istilah konvesionalnya adalah mencari nama dulu. Jumat pagi kami datang dengan penuh semangat. Stand-stand yang semalam kosong kini sudah berpenghuni. Mulai dari aneka produk kuliner, fashion, aksesoris, craft sampai jasa ada di pameran yang bersuasana biru ini. Rupanya Kereta Dongeng sedikit berbeda dengan tim yang ‘setara’ dengan kami. Kami mendapat stand khusus di hall Istora Senayan, tepat di stand 54. Akhirnya aku mulai  bertanya dalam hati mengapa dibedakan? apakah perbedaan ini baik atau justru buruk untuk kami?  Jawabannya Cuma satu, tetap semangat untuk apapun yang terjadi. Pasti ada sejuta kebaikan di dalamnya. Kami tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami pun mulai menata produk Kereta Dongeng, yang tentu saja sangat berbeda dengan hamparan produk yang ada di sekeliling kami. Buku dongeng. Itu produk unggulan sehingga kami pun mendapat tempat yang sedikit lebih istimewa dibandingkan tim ‘setara’ yang lain. Kata mentor tim kami ”produk makanan sudah membanjiri pameran ini, produk kalianlah yang unik”

Menuju sore hari, hall tersebut semakin penuh sesak oleh pengunjung. Berbeda dengan pagi hari yang lebih terlihat sepi. Pemilihan waktu pameran menurutku juga sangat membantu. Weekend menjadikan pengunjung lebih ramai untuk sekedar jalan-jalan atau sengaja ingin mengunjungi dan membeli produk yang ditawarkan oleh pameran skala nasional ini. Saat itu, tiba-tiba saja langsung terbesit sedikit penyesalan. Kenapa tidak mencetak dalam jumlah yang lebih banyak. Kalau saja invitation pameran ini dikabarkan seminggu sebelumnya, tepatnya sebelum kami mencetak buku, pasti kami akan mencetak lebih banyak. Pikirku. Stok buku diperbanyak meski aku sendiri belum tahu dengan cara apa lagi. Pasalnya modal kami sudah kandas untuk cetakan pertama. Rupanya nasi telah menjadi bubur. Menyesal tentu tidak ada gunanya. Manuver pola berfikir pun terjadi. Bagaimana caranya stok buku dongeng yang tersisa bisa habis di pameran ini. Kereta Dongeng lebih menggema namanya. Hanya itu.

Kebetulan stok yang tersisa hari itu sekitar 70 buku. Padahal pembukaan pameran baru dilakukan besok, sabtu sore. Kami optimis bahwa usaha di titik ini akan berhasil. Berbekal kartu nama, buku dongeng, Xbanner dan stiker, stand Kereta Dongeng ramai. Ada yang sekedar melirik, menanyakan dan tidak jarang juga yang langsung membeli. Buku dongeng ini dipatok harga Rp 25.000/item. Target audiences Kereta Dongeng saat itu tepat sasaran karena yang datang ke pameran mayoritas ibu atau bapak yang tentunya memiliki buah hati di rumah. Dengan penuh senyum riang dan semangat, aku mempromosikan karya terbaik kami.

Pasar Anak Negeri ini memang menunjukkan keberagaman Indonesia dalam hal produk lokal. Di sekeliling stand Kereta Dongeng ada produk kuliner dari Pacitan dan Blitar, fashion dan craft dari Jakarta dan tepat di belakang kami adalah stand yang menjual kain batik tulis asal Jawa Tengah. Kembali menemukan tempat teduh ketika banyak manusia berkumpul disini, dari latar belakang yang berbeda, logat dan budaya yang juga berbeda. Indonesia lebih baik, itu satu tujuannya. Dari sudut tempat dudukku, ntah kenapa selalu ada yang ingin dilihat dari stand UKM Mentari Blitar. Ku telusuri lebih lanjut. Aku pun ingat, Blitar pernah menjadi kota romantismeku dulu. Selain itu, ada yang terasa eyecatching. Tiwul dan gatot instan. Hatiku akan selalu bergemuruh ketika melihat dua jajanan semi tradisional ini. Langit biru yang dulu memperkenalkannya padaku waktu kami travelling ke Blitar. Tidak heran karena kalau soal kuliner, bisa dibilang Ia adalah rajanya selera. Sempat ingin membeli tapi kesempatan itu tak ada. Kebahagiaan sore itu menjadi lebih teduh karena kenangan kecil itu. Sekejap ingin rasanya Ia hadir disini, menyaksikan apa yang dari dulu selalu Ia support bisa terealisasi. Terima kasih yaa.

            Menjelang waktu berbuka rombongan Ir. Hatta Rajasa datang dengan penuh semarak. Beliau berkeliling hall untuk melihat pameran tersebut dan mengecek produk-produk yang dipamerkan dan juga menyapa orang yang berjaga di balik stand-stand mungil itu. Menteri perekonomian ini juga sempat memberikan sambutan kecil bahwa perekonomian Indonesia harus terus dimajukan, salah satunya dengan memunculkan dan membina UKM-UKM dan pengusaha-pengusaha muda layaknya kami saat ini. Flash kameran dan bunyi jepretannya semakin menjadikan suasana lebih hidup. Banyak pengawal yang berjaga di sisi-sisi beliau. Tumpah ruah pengunjung mengikuti jalannya orang tersohor di negeri ini. Dan momen itu datang juga. Aku sedikit gugup ketika harus berbincang dengan beliau. Menjawab pertanyaan-pertanyaan singkatnya membuatku seperti bukan Ika yang sesungguhnya. Ini bukan gugup karena bertemu orang penting tapi lebih kepada soal kesiapan Kereta Dongeng di hadap putih yang juga menjadi cendekiawan yang dimiliki bangsa ini. Setelah tanya jawab yang penuh keakraban, beliau sempet bilang kepada rombongannya bahwa produk buku dongeng kami sangat bagus. Ini adalah produk kreatif untuk mencerdaskan anak bangsa. Ditanya stoknya tinggal berapa, aku pun menjawab dengan asal-asalan. Akhirnya sore itu Ir. Hatta Rajasa memborong lebih dari 50% produk kami. Stafnya langsung membayar dalam jumlah besar dan berdalih bahwa buku ini akan dibagikan ke anak-anak di sekitarnya. Alhamdulillah, ilmu itu tersebar.

            Hari kedua pameran berjalan mulus sesuai bayangan. Kami berdampingan dengan produk Jarichata, Juragan Jamur, Dents, Abon lele Srikandi. Jika menjelang berbuka, stand akan selalu dipenuhi pengunjung yang memesan produk es jago. Es itu memang enak, murah dan juga higienis. Berbahan buah segar, susu, fanta, sirup. Semua langsung jatuh hati kepada es segar itu. Kami pun membantu si empunya dalam memenuhi pesanan. Meraciknya satu per satu. Luar biasa, anak Indonesia (memang) kreatif pikirku. Setiap hari pameran yang dimulai jam 10.00 – 20.00 ini ini semakin seru. Sebelum beres-beres pulang, aku bersama teman-temanku menghitung omset penjualan. Hari itu satu lagi yang ku tahu. Jadi pengusaha itu seperti ini awalnya.

            Inilah hari terakhir pameran kreatif. Banyak hiburan dan artis kondang ikut meramaikan. Juga hadiah yang dibagi-bagikan ke pengujung serta berbagai jenis perlombaan digelar hari itu. Harapanku semoga tahun depan acara yang sangat bermanfaat ini kembali diselenggarakan. Satu lagi yang ku tunggu-tunggu bersama Kereta Dongeng. Hari ini ternyata menjadi momen khusus untuk pembagian modal. Modal sebesar Rp 5.000.000 untuk Kereta Dongeng dan beberapa tim lain yang lolos verifikasi dari lomba Wirausaha Mapan. Ah, senangnya. Tuhan memberikan banyak keberuntungan bagi kami lewat Pasar Anak Negeri. Hari itu juga buku dongeng “Trimbil, Ayo Bangun!” sold out. Tak ada yang tersisa. Hari-hari terasa warna orange. Warna yang menjadi filosofisku ketika aku senang tak kepalang. Itu berlaku untuk semua hal. Tak heran kan jika Kereta Dongeng juga didominasi warna orange. Terima kasih orange. Terima kasih untukMu pencipta, membuatku semakin mencintai pekerjaan ini. Membuatku terus belajar, belajar dan belajar. Terus menebarkan ilmu pengetahuan kepada sesama, seperti komitmen yang aku buat bersama langit biru dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar