10 Mei 2012

Soekarno: Semangat Nasionalis Indonesia

Soekarno, siapa yang tak mengenalnya. Presiden pertama Indonesia ini lahir di Blitar, 6 Juni 1901. Semasa hidupnya, beliau hanya beberapa tahun saja tinggal bersama orang tuanya di Blitar. Selebihnya, beliau justru mencari ‘kehidupan’ di dunia luar yang membuatnya tangguh seperti yang kita tahu saat ini. Semasa SD, beliau tinggal di Surabaya tepatnya kos di rumah di rumah Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam. Soekarno banyak belajar kepadanya. Dan rumah Tjokroaminoto saat itu dijadikan sebagai rumah dialog bagi Soekarno dan kawan-kawan. Disana selalu ramai dengan ide-ide briliant dan pembahasan yang menyangkut kemerdekaan Indonesia. Setelah itu, beliau melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Lulus dari HBS tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke THS (Technische Hooge School) atau Sekolah Teknik Tinggi yang sekarang ini bisa kita lihat menjadi Institut Teknologi Bandung. Perjalanan inilah yang semakin menumbuhkan semangat nasionalisnya.

            Soekarno mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) tanggap 4 Juli 1927 dengan tujuan satu, Indonesia merdeka. Karena kegigihannya, Ia dipenjara oleh Belanda. Tanpa alasan yang jelas, barulah setelah 8 bulan, kasusnya disidangkan. Beliau melakukan pembelaan dengan menulis sebuah artikel yang berjudul Indonesia Menggugat. Soekarno mengkritik habis Belanda akan ketiadaan ‘manusia’ dalam hati mereka sehingga melakukan tindakan yang sangat merugikan rakyat Indonesia secara kolektif. Karena pembelaan yang panas itu, PNI dibubarkan oleh Belanda. Mereka semakin geram dengan ulah Soekarno. Beliau juga sempat dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan ke Bengkulu. Masih dalam alasan yang sama, Belanda mengkhawatirkan semangat nasionalis yang disebar melalui pidato-pidato di beberapa kawasan Indonesia akan meruntuhkan kekuatan Belanda. Selama perjalanan inilah, beliau ditemani istri tercintanya, Inggit Garnasih. Sosok Inggit yang selalu mengayomi dan seperti melindunginya layaknya ibu, kakak perempuan, adik sekaligus menjadi yang menjadi istrinya.

Pembuangan yang di Bengkulu menimbulkan sedikit sayatan di hati Inggit karena disitulah Soekarno akhirnya bertemu dengan Fatmawati. Tidak lama setelah itu, beliau meminta izin kepada Inggit untuk menikahinya. Sungguh kebijakan Inggit tiada taranya untuk mengantar Soekarno ke ‘gerbang’ yang sudah dinantikan banyak warga Indonesia. Saat di Bengkulu tersebut, Soekarno menjadi ketua pengajaran Muhammadiyah.       Soekarno menjadi muslim yang taat. Disela-sela pembuangannya, beliau terus mencari Tuhannya dengan caranya sendiri. Beliau menjadikan rumahnya sebagai wadah untuk berkumpul, belajar tentang islam dan juga mengenai seni. Ada sepenggal riwayat bahwa Soekarno juga senang melukis. Beliau sangat menghormati agama orang lain dan bisa hidup berdampingan dengan warganya.

Tahun 1943 di masa pendudukan Jepang, beliau bersama Ki Hajar Dewantoro, KH. Mas Mansur dan Hatta memimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) sebagai sarana taktis untuk menyusun tenaga dan kekuatan rakyat terlatih dalam persiapan merebut kemerdekaan dari Jepang. Saya suka dengan ajarannya, memandang musuh jangan hanya dari sisi negatifnya, yang bisa menyerang dan merugikan kita. Tetapi ambil sebanyak-banyaknya ilmu dari musuh yang tentunya bisa bermanfaat untuk bekal kita melawan.

            Soekarno yang juga dijuluki dengan sebutan singa podium, sempat diculik oleh pemuda-pemuda yang menuntut agar segera diproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Beliau diculik bersama rekannya, Hatta dan dibawa ke Rengasdengklok. Setelah terjadi perdebatan dan persesuaian pendapat, maka keduanya dikembalikan ke Jakarta. Tepat 2 hari setelahnya, Soekarno berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia bersama Muhammad Hatta (17 Agustus 1945) di daerah Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat. Berita ini disiarkan melalui radio Domei. Melalui perjuangan yang sangat panjang, beliau bersama Hatta merumuskan tentang gagasan negara yang disebut saat ini sebagai Pancasila yang sampai saat ini gunakan menjadi ideologi bangsa Indonesia. Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, Soekarno terpilih secara aklamasi menjadi presiden Indonesia yang pertama dan didampingi oleh Hatta sebagai wakilnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya mereka berdua sering berseteru tentang gagasan masing-masing. Hal itu memicu perdebatan panjang diantara keduanya. Namun, mereka bisa bersatu dengan tujuan yang sama dan dalam himpitan yang sama akan ‘hausnya’ terwujud kemerdekaan Indonesia yang utuh. Dari segi background pendidikan, jelas keduanya juga berbeda. Soekarno besar karena rentetan pengalamannya langsung di lapangan. Menghadapi Belanda yang sangat tidak manusiawi terhadap rakyat Indonesia. Dan satupun Soekarno tidak pernah mengenyam pendidikan di negeri Belanda. Berbeda dengan Hatta, ia besar karena buku. Belajar banyak hal dari buku dan bersekolah di negeri Belanda secara langsung. Beliau merupakan ekonom pertama di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar