1 Desember 2012

Keluarga Besar GMC

Niatnya langsung tidur untuk melepas lelah setelah seharian have fun dengan segala aktivitas yang rupanya sudah menjadi rutinitas. Di perkembangan jalan menuju pagi, yang ada malah begajulan via twitter. Ini sebenarnya efek rindu sama GMC. Graphic Mountain Climbers, organisasi ekstrakurikulerku waktu di SMK dulu. Share tentang kerinduan petualangan dan orang-orang di dalamnya membuatku tak bisa tidur dalam gelap. Aku harus menumpahkan semuanya, melalui twitt bahkan sampai pada tulisan ini.

Surga kecil malam ini datang tiba-tiba. Aku di telepon kakak kelas SMK, sekaligus senior mbolang bareng di organisasi pecinta alam dulu. Dia adalah mas Inod. Mas yang satu ini memang salah satu yang terdekat, sudah ku anggap seperti mas ku sendiri. Komunikasi kami tetap terjaga sampai sekarang. Dia selalu mengayomi adek-adeknya, apalagi aku pribadi sama dengannya. Tinggal di perantauan.

Satu hal yang menjadi nilai distinctive di keluarga besar GMC adalah para senior yang benar-benar mengayomi juniornya dengan sepenuh hati. Almost with smiley. Atmosfer kekeluargaan benar-benar tumbuh dan dikembangkan dengan baik disini. Senior, yang tak bisa ku sebutkan satu-satu namanya selalu mengajarkan hal ini. Selalu menjunjung tinggi value yang menjadi landasan kami. Juga terhadap seseorang yang menjadi bapak kami di keluarga ini. Beliau adalah Pak Rukhan, yang mengajarkan banyak pengalaman untuk bisa survive.

Mereka selalu support kalau ada event lomba yang berhubungan dengan passion kami disini. Sebut saja lomba climbing di Malang. Sampai sekarang aku akan slalu mengingat detail ini. Ketika diajarin climbing pasti secara reflek langsung memasukkan jari tangan ke lubang wall. Ntah karena apa, tapi aku memang sering melakukannya. Hal ini menjadi bahan becandaan teman-teman karena habbit seperti ini sebenarnya tidak bagus untuk menjadi seorang atlet wall climbing. Event di Jonggring Saloka yang menurutku paling memorable ketika aku masih SMK. Mereka sorak sorai berteriak untuk menyemangati juniornya, menyemangati almamternya untuk bisa mendapatkan kebanggaan.

Happy bareng-bareng, susah juga bareng-bareng. Dulu kami sering mbolang dengan cara gratisan. Hampir setiap minggu kami keluar, bercengkrama dengan ramahnya alam. Jika tidak, kami selalu berkumpul di sekolah setiap hari minggu.  Sering juga bantingan untuk beli makanan. Setelah itu dimakan rame-rame sambil hahahihihiiiii. Saling berbagi ilmu, pengalaman, canda, tawa, terharu dan rasa nanonano yang lain. Tempat yang paling seksi untuk kami di sekolah adalah perpustakaan. Disitulah keluarga besar kami sering berkumpul. Perpustakaan Grafika menjadi tempat struggling yang membentuk kami menjadi manusia yang (bisa) selalu peduli terhadap sesamanya. Area perpustakaan juga bertepatan dengan area wall climbing.

Ketika sekarang mengingat momen-momen itu, yang ada hanya senyum dua jari dan ingin mencoba mesin waktu untuk kembali ke momen itu. Spot mbolangnya sudah pasti alam raya yang dimiliki kota Malang. Sangat luas, indah tak berdetak. Coban Pelangi, Coban Glotak, Coban Jahe, Coban Rondo, Coban Manten, Coban Tengah, Gunung Panderman, Pantai Ngliyep, Kondang Merak, Modangan, Sendang Biru dan yang lainnya menjadi tempat tumbuhnya benih kehangatan keluarga besar GMC. Terlebih lagi, Panderman.  Satu tempat ini sepertinya mengandung banyak sejarah cerita yang jika diulang akan membuat pendengarnya kangen bertubi-tubi.

Selain itu ada satu momentum yang paling dinanti-nanti oleh keluarga besar GMC. Diklat Anggota. Momen ini dianggap paling sakral untuk kami semua. Cara dan pengalaman yang ada di dalamnya benar-benar hanya aku dapatkan disini. Ngebully dengan cara yang logis dan membuat kami lebih tough. Yang jelas, i feel free for this case. Glad it through it all. Momen ini sangat ditunggu, baik untuk junior yang baru masuk maupun untuk senior. Diklat itu menjadi semacam hajatan akbarnya GMC.

Banyak perubahan yang terjadi. Aku yang sekarang nyangkut di Jakarta dan yang lain menyebar luas di beberapa kota untuk mencari ilmu, pengalaman dan penghidupan yang tak berkesudahan. Ketika barusan ngobrol banyak dengan mas Inod, bernostalgia tentang yang lampau, rasanya waktu memang berjalan begitu cepat. Dan sekarang.. berjalan 4 tahun jauh dari GMC karena alasan klasik. Jarak.  Yaa, jarak itu kadang memang bikin ngelus dada (seperti pasangan LDR) hhee.. Tapi justru dengan itu feelnya lebih dapet. Prosesnya lebih terasa dan nikmatnya mbolang juga terasa sampai ke ulu hati.

           Ah.. Benar-benar merindukan kalian. Bukan sebatas rindu dengan orang-orangnya, tetapi juga rindu mbolang dan momen yang lainnya. Mbolang pas jaman itu lebih enak dan natural, apalagi kalau kami semua sedang dalam taraf bokek alias uang pas-pasan. Hhmm.. namanya juga masih anak SMK. Semua terasa lebih sederhana dan feel deeply.

Thank you mas Inod untuk surga kecil malam ini. Share planning for future life be the nice closing. See you there, Malang. Next, reach Sempu with the glory of GMC *hopefully*

Bahagia bisa tumbuh dan berkembang bersama kalian. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga besar GMC menjadi saksi perjalanan panjang hidupku sampai di titik ini, ketika aku mengetik cerita ini.

Sedikit kutipan yang ku ambil dari ayat suci sansekerta Hindu, yang juga ditulis di gedung Parlemen India. sepertinya ini memang untuk kita semua. 

Ayam Nijah Paroveti Ganana Laghu Chetasaam. Udaara Charitaanaam tu Vasudhaiva Kutumbakam” Artinya “pemikiran yang sempit mengatakan ini adalah milikku, itu adalah milikmu, tapi pemikiran yang lebih luas akan mengatakan dunia ini adalah sebuah keluarga”  layaknya kita yang menjadi bagian dari keluarga besar GMC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar