Pagi ini diajak ibu ke pasar pagi Velodrom. Mirip pasar
tumpah di Blok M yang sangat ramai itu. Bedanya Velodrom digelar pagi hari dan
hanya di hari minggu sedangkan pasar tumpah digelar setiap hari hanya di tengah
malam. Mau ngapain kesana, gumamku.
Kata ibu pengen hunting oleh-oleh
yang mau dibawa ke Jakarta nanti. Ntah dalam bentuk apa oleh-oleh tersebut.
Dengar kata Velodrom membuat aku langsung berpikir miris.
Laper mata. Yaa, pasalnya tempat itu cukup fenomenal dan terkenal dengan barang-barang murahnya.
Bahkan aku sempat mendengar berita bahwa di penutupan pasar menjelang lebaran
kemarin, ada pengunjung yang menjadi korban desak-desakan mencari barang serba
murah. Akibatnya tidak tanggung-tanggung. Ia meninggal di tempat. Miris sekali.
Banyak kelebihan yang dimiliki Velodrom, diantaranya
beraneka ragam barang dagangan ada disini sehingga pembeli bebas memilih apa
yang dibutuhkan. Rata-rata barang yang dijual juga terjangkau. Hal ini bisa
berakibat tingkat konsumerisme semakin tinggi. Pengunjung akan membeli
barang-barang bukan karena butuh tapi karena harganya murah semua. Hedonisme.
Velodrom terletak di sekitar Pasar Sekarpuro, Malang.
Berdekatan dengan SMKN 6 Malang. Aku sampai lupa kapan terakhir kesini karena
saking lamanya nggak pulang. Seperti menjadi hari lebarannya tukang parkir
ketika pasar pagi itu digelar. Rata-rata pengunjung yang datang memang
menggunakan sepeda motor. Ini menjadi keuntungan tersendiri untuk mereka. Kalau
suka kuliner, tempat ini sangat pas untuk kalian. Kalian bisa mencoba
bermacam-macam jenis makanan yang dijajakan disini. Tentunya dengan harga
miring. Velodrom bagaikan oase di tengah kegersangan masyarakat yang sibuk
bekerja, terlebih lagi untuk yang sudah berumah tangga. Banyak yang menjadikan
tempat ini sebagai wahana hiburan gratis. Ada yang Cuma
jalan-jalan,memilih-milih barang, negosiasi harga dengan penjual dan lain-lain.
Hampir semua yang aku temui pasti membawa tentengan tas belanjaan. Tentu saja
mereka sudah membeli barang yang digelar lesehan tersebut. Para pengunjung
velodrom memasang muka sumringah, tidak ada yang sedu sedan karena memang
tempat ini menjadi surga kecil di hari minggu. Mulai dari balita yang masih
digendong, anak-anak, dewasa dan orang tua tumpah ruah dalam satu koridor Velodrom.
Velodrom juga hampir sama dengan pasar pagi di Stadion
Gajayana. Dengan mekanisme penjualan dan tata letak yang sama. Juga sama-sama
dibuka di setiap minggu pagi. Jadi dua pasar pagi ini cuma berdiri di tempat
yang berbeda saja. Kehadiran Velodrom maupun pasar pagi di Stadion Gajayana
tidak jauh dari adanya kapitalisme. Nggak munafik kalau kehadiran kapitalisme
malah lebih banyak menguntungkan.
Jika berkunjung ke Velodrom, kita harus menjadi pembeli
cerdas dan cermat. Perhatikan barang mana yang memang dibutuhkan atau tidak.
Ini berguna agar kita tidak sampai membeli barang yang hanya berbasis memenuhi
keinginan. Pembeli harus cermat membedakan antara kebutuhan dan keinginan agar
tidak boros. Bicara soal Velodrom mengingatkanku pada perjalanan ke Jogja april
lalu bersama teman-teman seperjuangan. Dondik, Ipeh, Kamal dan Pandu. Khususnya
mengingatkan cerita di sudut-sudut Borobudur. Ketika disana, banyak barang yang
sebenarnya tidak butuh malah dibeli. Tentu saja karena harga murah dan juga
kasihan liat penjualnya yang rata-rata wanita berumur. Yang aku bayangkan saat
itu hanyalah ibuku. Bagaimana kalau yang
jualan ini ibuku, di tengah teriknya siang dan gersang. Miris sebenarnya
meski mereka terihat sebagai makhluk perkasa demi keluarganya. Kami pun punya statement khusus untuk Borobudur waktu
itu. Jadi yang dibutuhkan disini adalah
orang baik, bukan orang kaya. Kami hanya berpikir jika disini banyak orang
baik maka dagangan ibu-ibu ini akan laku karena mereka membelinya. Dan para
penjual bisa segera pulang untuk istirahat atau mengurus keluarga mereka.
Berbeda dengan orang kaya, yang mungkin hanya kaya saja tapi tak peduli
terhadap sesama.
Hidup memang keras maka janganlah lemah pada hidup. Apapun
yang bisa membuat hidup lebih baik, lakukanlah selama itu di jalan kebaikan. Semangat!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar