Dear
all, pernah nggak kalian
menyadari bahwa hidup ini begitu indah? Tanpa atau adanya kita sebagai manusia
di bumi yang semakin keruh ini? Hidup yang penuh teka-teki yang membuat manusia
(seharusnya) lebih greget dalam menjalaninya. Ini semacam pertanyaan pengantar
saya malam ini.
Well, masih di seputar kisah wonderful september yaa. September 2012 is very unpredictable *bacanya sambil pasang
muka sumringah penuh semangat*. Saya sedang mengalami kondisi yang saya pun
tidak bisa menyebutkannya. Intinya kata senang saja tidak cukup mewakili karena
rasanya lebih dari itu. Alhamdulillah, always
be grateful.
Nah, sebenarnya besok siang saya akan
menjalani sidang tugas akhir di kampus. Lebih tepatnya sidang proposal alias pengajuan
tiga judul tugas akhir. Saya rasa ini akan sangat penting seiring dengan jalan
untuk mendapatkan dosen pembimbing yang klik di hati. Selain dari kapabilitas
kita sebagai subjek penggarap tugas akhir, menurut saya pembimbing juga sangat
menentukan jalannya proses tugas akhir tersebut. Bisa dipastikan saya akan mengunjungi
Paramadina lebih lama karena memasuki semester tujuh ini, jadwal ke kampus saya
hanya dihari senin. Itu pun hanya sekitar 3 jam untuk mengikuti mata kuliah
Audio Visual. Salah satu mata kuliah yang paling saya senangi karena dari
judulnya saja sudah berbau sinematografi.
Seharusnya, saat ini saya fokus
mengerjakan pra sidang besok. Preparationnya,
mulai dari materi, presentasi dan kesiapan saya dalam menghadapi hajatan akbar
tersebut. But, lihat saja ini. Saya
masih belum ada greget menyentuhnya, malah lebih interest untuk nulis dan berceloteh bersama angan-angan. Lebih baik
melakukan sesuatu yang membuat hati tenang. Kalau sudah tenang pasti nanti
mengerjakan hal yang lain juga akan tenang *alibinya* hheee..
Seharian ini saya memang lebih woles,
merelaksasikan diri dengan semua yang berbau sidang. Just fun dan dibikin santai saja. Menghabiskan satu hari ini dengan mbak
Luti, Dhillaz dan Ema di kamar anak komplek. Saya punya istilah sendiri untuk
hari ini yaitu “begajulan” isinya ya having
fun and quality time with my lovely roommate. Sebenarnya sidang itu hanya
naming biar kelihatan agak horor. Beberapa teman kampus saya yang juga sidang
besok sudah ribut, mikir ini itu. But,
i’m still calm down. Saya rasa kontennya juga sama seperti ketika kita
mempresentasikan tugas di kelas, toh pengujinya juga dosen-dosen yang memang
mengajar kita di mata kuliah sebelumnya. jadi sidang itu hanya istilah
seremnya, padahal (insyaallah) juga nggak.
Sedikit cerita tentang hidup yang begitu
berharga. Kita sebagai makhluk yang paling sempurna, memiliki akal pikiran,
hati dan rasa. Itulah yang membedakan kita dengan makhluk Tuhan yang lain.
Simpelnya, jika perbuatan kita jauh dari kategori tersebut, lalu apa bedanya
kita dengan binatang? Setiap partikel dari diri kita itu sangat berharga.
Bahkan itu pun sudah ditulis dalam salah satu topik buku yang saya baca. Personality Plus. Penulis mencoba
mensugesti para pembacanya. Mengajak manusia untuk mencintai dirinya dan
percaya bahwa diri kita memang sangat berharga. Satu lagi tambahan yang menurut
saya cukup bagus, berpikirlah bahwa kita adalah orang nomor satu, bukan nomor
dua atau seterusnya. Itu sebagai jalan untuk mempercayai kapabilitas diri
sendiri dan juga menciptakan rasa percaya diri dalam menghadapi dunia luar.
Tentunya tak perlu disertai rasa sombong yaa.
***
Karena rasa syukur yang berlimpah, saya
ingin membagikannya kepada Anda yang baca. Saya sangat bahagia. Bahkan lebih
dari itu. Thanks God for today. Saya
sangat menyadari bahwa apa yang selalu disyukuri, nikmatnya akan selalu
dilipatgandakan olehNya. Maha kuasa Tuhan dengan segala kebesaranNya. Rasa
senang dan tenang, itu yang saya rasakan saat ini. Setiap hari selalu bertambah,
bertambah dan bertambah. Saya juga langsung ingat salah satu guide saya waktu camping ke Gunung Gede Pangrango bulan april lalu. Dia adalah kak
Eci, wanita yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Suka berpetualang dengan
alam dan interaksi sosial lainnya. Saat itu kami share pengalaman masing-masing dan akhirnya menemukan satu poin
utama, kami sama-sama suka travelling.
Saya menambahkan bahwa saya bukan hanya
suka travelling yang biasa, but travelling with studying. Jika saya
barang, maka entitas brand saya adalah travelling.
Itu kata teman-teman dorm atau pun
teman-teman di kampus yang memang tahu keseharian saya. Dari dulu saya ingin
mematahkan pendapat bahwa travelling
itu selalu identik dengan uang nan mahal. Padahal tidak selalu. Dan saya sudah
membuktikannya dengan jalan hidup saya, travelling
with studying. Tidak hanya sekedar travelling
untuk mengunjungi tempat baru dan orang-orang baru, tetapi travelling sambil belajar. Belajar
sambil travelling. Dan tentu saja
yang paling penting adalah saya bisa travelling
karena ilmu, karena belajar. Itu yang selalu saya terapkan dalam passion saya di dunia travelling. Selain menemukan banyak
kisah baru, itu juga menjadi salah satu jalan agar cost menjadi hemat. Siapa bilang travelling itu mahal? Hhmm, mulai sekarang buang jauh-jauh yaa
pikiran itu.
Kembali soal kak Eci, ia adalah sosok
yang bisa menginspirasi peserta yang lain saat pendakian kemarin. Bahkan sampai
peserta laki-laki terheran-heran mengapa ada orang setangguh dia. Ditanya soal
pacar, bilangnya belum punya. So, muncullah statement yang luar biasa darinya. Kalau saya mau nikah, cowoknya harus saya
uji dulu. Ngujinya yaa di hutan kaya kita gini karena ketika di hutan sifat
asli itu akan muncul semua. Saya sama sekali nggak kepikiran. I’m seriously surprized. Dan insting
saya langsung terkoneksi. Saya tiba-tiba juga ingin menerapkan pengujian yang
sama nantinya dengan calon jodoh yang datang. Hheee..
Everyday
isn’t only be a nice day but it can be a wonderful day, like today. Rasanya benar-benar indah ketika kita
bisa mensyukuri segala yang diberikan olehNya. Sedikit tapi kadang tak
menyadari. Hidup saya penuh kehangatan. Kalau dirunut, semester enam lalu
berakhir lancar. Saya bisa mengikuti JFC yang sudah lama saya mimpi-mimpikan.
Kemudian dengan lebaran 2012 yang penuh suka cita. Bisa bertemu dengan
keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Rasanya semua kejutan indah itu
terbentuk bulat ketika berada di Malang. Timingnya
pas banget. Ketika di Malang, itu benar-benar menjadi hal yang paling
menentramkan hati. Ditambah lagi dengan satu hal yang membuat hati tersenyum
riang sampai sekarang, bisa bertemu dan bercengkrama dengan kamu. Bahkan sampai
di detik perpisahan, stasiun kota Malang yang membuat hati pilu. Lalu ketika
sekarang saya sudah kembali ke Jakarta pun, kedekatan itu tetap menyatu. Melebihi
ikatan batin beberapa tahun yang lalu. Thanks
dear, semoga ini tidak akan pernah surut oleh jarak dan waktu.
Malang memang selalu menjadi topik utama
kemanapun saya pergi. It’s the best place
that I’ve visited. Apalagi memang dari kecil tinggal di kota apel ini. Keluarga
dan orang-orang terkasih juga menetap di kota ini. Meski saya sering travelling kemana-mana, bahkan sampai
Eropa sekalipun, Malang akan tetap mendapatkan tempat terdalam di hati. Tak
akan pernah tergantikan oleh yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar