Kita
saling mengenal cukup lama. Jarak yang kita lalui cukup membentang tinggi, antara
Malang dan Jakarta. Dan ternyata itu tak membuat semua luntur begitu saja.
Kami mulai mengenal ketika sama-sama
duduk di kelas 2 SMK. Tentunya aku masih tinggal di Malang saat itu. Saling
berkirim kabar adalah ritual yang biasanya kami lakukan tanpa harus ada
pertemuan. Dan itu terjadi sampai sekarang, setidaknya sebelum aku kembali ke
Malang untuk liburan. Ketika banyak teman atau sahabat yang datang dan pergi,
kami bisa melewati jalur yang berbeda. Banyak yang stay here with me sampai saat ini dan dia pun menjadi salah
satunya. Terima kasih untuk awal yang merona.
Oke, aku akan mulai menceritakan siapa
dalang di judul cerita kali ini. Punya banyak teman dimana-mana itu
menyenangkan karena pada dasarnya berkawan
itu memang sangat menyenangkan. Kita bisa menjadi saudara meski tak setali.
Juga tidak perlu khawatir ketika ingin berkunjung ke suatu kota karena sudah
ada teman yang menyambut disana. Dari sekian perjalanan, tak terasa 5 tahun
sudah berlalu bagai dedaunan hijau yang tertiup angin. Lembut alami. Rasanya
aku menjadikanmu sedikit berbeda dari yang lainnya. Perkenalan kita yang unik.
Perkenalan yang selalu membuat tertawa ketika kita sama-sama mengingatnya. Ichan. Aku sering memanggilnya seperti
itu. Ini bukan nama aslinya melainkan panggilanku untuknya saja karena aku
merasa lebih akrab dengan nama ini. Ntah mengapa semenjak kenal sampai saat ini
aku nggak bisa memanggil nama aslinya, seperti yang biasa dilakukan keluarga
atau teman-teman kuliahnya. Aneh.
Aku jadi ingat tentang suatu hal kalau
sudah bicara soal nama. Dulu aku pernah salah paham gara-gara nama. Hhmm,
sepertinya nama membuat rumit saja (tapi itu tidak berlaku untukku yaa).
Padahal bagiku nama asli atau bukan itu nggak ada masalah. Itu hanya terletak
pada kenyamanan seseorang dalam mengingat atau justru mengabaikannya. Tidak
perlu dijelaskan kembali apa maksudnya. Nama hanya semacam legalitas. Aku
memanggilnya atau ngesave
nomornya di ponsel dengan nama panggilan
yaa ibarat air yang mengalir.
Kembali lagi, dulu kami bersekolah di
tempat yang berbeda. Setelah lulus, kami melanjutkan jalan masing-masing. Dia
memilih kuliah di Malang dan aku pun hijrah ke Jakarta. Dan cerita kali ini pun
dimulai ketika aku stay di Jember beberapa
bulan yang lalu untuk mengikuti JFC. Satu fakta bicara bahwa komunikasi itu
memang bisa lebih intens ketika jarak juga lebih dekat. Sampai akhirnya JFC itu
selesai. I should be free
dengan berbagai kegiatan di semester 6 sehingga aku memutuskan untuk pulang.
Menghabiskan libur lebaran di kotaku. Kota wisata Malang.
Tak ada perjumpaan tak membuat kami jauh
atau lost contact. 16 Agustus 2012
kemarin kami buka bersama di rumah makan daerah Ciliwung. Menu bebek goreng
menjadi pembuka obrolan yang hangat menjelang malam. Mungkin awalnya sedikit
bingung membawa diri karena cukup lama tak bertemu. Namun, suasana juga cair
sendiri oleh canda tawa kami berdua. Ternyata
kamu juga masih ingat jalan ke rumah, pikirku. “Wow, akhirnya kita ketemu lagi” itu statement yang muncul dari kami berdua. Senang rasanya. Saling menceritakan
banyak hal tentang perjalanan 5 tahun ini, ingat-ingat jaman SMK dan bagaimana
kuliah kita yang beda jurusan sama-sama berjalan lancar. It’s wonderfull night. Aku ingat, terakhir kali kita ketemu adalah
lebaran 2010.
Setelah berbuka, kami menuju Gramedia
Alun-alun Kota Malang. Maklum, karena sukanya ke Gramedia atau toko buku jadi
aku tak ada pilihan untuk ke tempat lain. Terlebih lagi, aku juga sudah lama
nggak ke Gramedia selama riweh ikut JFC karena waktu benar-benar disita oleh hajatan
produksi kostum. Satu lagi maha karyaku.
***
Tak berhenti disitu, kami memutuskan
untuk jalan-jalan lagi mumpung aku masih di Malang. Oke, ini timing yang pas. Kami memilih after lebaran agar waktu lebih longgar. Nah,
masalah baru muncul ketika dia nanya “jalan
kemana yaa enaknya?” Ini pertanyaan ringan tapi seperti serba sulit. Meski
suka travelling tapi ntah kenapa aku
selalu bingung kalau dibom dengan pertanyaan semacam ini. Bukannya nggak punya
referensi tentang vacation tapi lebih
karena aku nggak enak kalau jawabannya nanti nggak sepaham. Aneh yaa, padahal
aku percaya bahwa berbeda itu indah. Dan akhirnya kami sepakat atas suggestnya sendiri. Jatim Park 2, 26
Agustus 2012. Kami sepakat kesana karena sama-sama belum pernah mengunjungi
Jatim Park 2. Sepertinya seru !! Itu
yang kami bayangkan sebelum berangkat.
Selanjutnya
aku akan menyebut Jatim Park 2 dengan JP 2, seperti yang biasa disebutkan para
wisatawan yang datang. Sekitar pukul 10.00 kami berangkat dari rumah menuju
kota Batu. Sesampainya, cuaca sungguh tak bersahabat. Panas sangat menyengat.
Padahal wahana wisata JP 2 ini terletak di kaki gunung, tepat di dataran
tinggi. Benar-benar sebuah ironis. Seperti bukan kota Batu yang terkenal dengan
dinginnya melainkan kota gersang dengan suhu tinggi. Melebihi panas Jakarta ku
rasa. Panasnya Jakarta hanya akan menguras keringat lalu mengucur di kulit. Namun,
yang satu ini justru menyengat kulit habis-habisan. Oke, ini intermezzo yaa.
Lokasi JP 2 masih satu daerah dengan Batu Night Spectacular. Yeyy, kami sampai !! Ichan cukup tahu tentang wahana wisata ini. Tapi, aku? Masih terheran-heran dengan fisik bangunan dan tata letak JP 2 ini. Masyaallah!! Apa karena jarang pulang jadi nggak tahu update wahana baru di kota Malang dan Batu yaa. Baru kali ini aku liat kota Batu dengan wahana yang cukup elite selain JP 1. Kotaku benar-benar tumbuh menjadi “remaja yang cantik” di luar dugaan. View dari luar saja tampak Waw. Serius. Sudah berapa lama aku nggak ke daerah ini, kok daerah yang dulunya kawasan pertanian sekarang malah berhasil disulap menjadi tempat rekreasi yang cukup menjanjikan.
Tentu saja ini menguntungkan bagi banyak warga kota Batu terkait dengan urusan finansial dan pemberdayaan masyarakatnya. Kota Malang (Batu) benar-benar menjadi kota wisata selain macam-macam predikat lain yang ikut di dalamnya. Pada akhirnya tidak terlalu kaget ketika melihat jalanan macet parah, yaa bayangkan saja seperti di Jakarta. Banyak mobil atau motor dengan plat nomor pendatang, bukan asli N. Sudah pasti, semua tempat wisata dibanjiri pengunjung dari banyak daerah. Inilah cerita kotaku, mana cerita kotamu? *ngutip edisi indomie*
Sayangnya aku tak memiliki dokumentasi view arsitektur JP 2 di siang hari karena camera kami sama-sama off. So esoknya ketika ke BNS, aku memutuskan untuk capture it. Yaa meski itu view di malam hari. It's oke lah.
Dari tempat parkiran motor, kami berjalan
menuju loket tiket. Arsitektur Museum Satwa, Batu Secret Zoo dan Pohon Inn
terlihat menjadi permaisuri di lokasi tersebut. Aku langsung ingat Dufan. Yaa,
mirip-miriplah. Bisa dibilang ini Dufannya Jawa Timur. Sudah pasti yang ngantri
tiket masuk penuh sesak. Apalagi hari itu adalah puncak liburan karena senin
esok sudah banyak perusahaan yang mulai aktif dan sekolah-sekolah juga mulai
kembali beraktivitas. Jadi tak heran jika kami harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan
2 tiket.
Ichan memilih paket terusan, alias ke
Batu Secret Zoo dan Museum Satwa sekaligus. Banyak paket yang ditawarkan ke
pengunjung yang hadir. Dan mereka bisa memilih-milih sebelum membeli tiketnya.
Pengunjung bisa memilih untuk ke Batu Secret Zoo saja, Museum Satwa Saja, atau
justru terusan ke JP 1, JP 2 dan BNS. Sekarang sistem sudah semakin canggih
jadi itu bisa saja dilakukan. Dan sistem yang semacam ini tentu saja lebih
memudahkan, baik bagi penyedia jasa maupun bagi pengunjung seperti kami.
Biasanya jika memilih banyak paket maka harga akan semakin terjangkau. Ohyaa,
untuk anak balita yang tingginya belum mencapai 60 cm tidak perlu memakai tiket
masuk. Si mungil mendapatkan akses gratis untuk ikut menikmati wahana bersama
orang tuanya. Dari media publikasi yang dipasang di sekitar area, aku baru ngeh kalau JP 2 itu terdiri dari wahana
wisata Batu Secret Zoo dan Museum Satwa.
Ada satu lagi wahana yang juga terletak satu
kompleks dengan JP 2. Eco Green Park Fun & Study. Ia terletak di sebelah
barat JP 2. Banyak wahana yang ditawarkan, diantaranya adalah kompleks Miniatur
Candi-candi Terkenal di Seluruh Jawa, Dome Multimedia, Duck Kingdom, Jungle Adventure,
Eco Journey, Rumah Terbalik dll. Eco Green Park Fun & Study menjadi wahana keluarga
yang sangat recomended untuk
dikunjungi. Pasti anak-anak akan sangat senang belajar sambil bermain di tempat
ini.
Tiket sudah ditangan dan kami mulai
memasuki area wisata Batu Secret Zoo lebih dulu. It’s be wonderfull land for animal lovers. Itu adalah first mind yang muncul di kepala ketika
masuk ke area kaya ragam satwa ini. Satwa-satwa yang dipelihara disini
menurutku cukup unik dan beragam. Mulai dari mamalia seperti sapi, harimau,
kuda; unggas seperti angsa, merak, ayam dan beraneka ragam jenis burung; hewan amphibi
seperti jenis katak serta kategori reptil seperti berpuluh-puluh jenis ular.
Disini, pengunjung juga diajak untuk
belajar. Bukan hanya sekedar bermain dan menikmati keindahan satwa langka. Sign system yang menjadi panduan
informasi disajikan dengan jelas dan detail. Batu Secret Zoo juga menyediakan media
studi yang berupa main tebakan lewat papan yang bergambar. Papan ini terdiri
dari banyak puzzle gambar yang
berbeda. Bagian luar memvisualkan gambar sebagai bahan tebakannya. Kemudian
jika bagian gambar itu dibuka, maka akan msuncul jawabannya. Ide belajar
kreatif yang tidak monoton yaa.
Selanjutnya kami memasuki zona Aquarium
yang berada di ruangan khusus dan disetting
gelap. Isi zona ini adalah segala macam jenis ikan dan juga tumbuhan bawah laut.
Cantik dan gesit adalah dua kata yang menjadi sifat makhluk hidup yang bisa
kita lihat di zona ini. Beraneka warna menghiasi aquarium kecil dan besar. Jelas
banyak tawa riang dari anak-anak. Tidak jarang juga melihat pemandangan ketika
orang tua menjelaskan kepada anaknya tentang satwa di depannya. Camera juga ditenteng
kemana-mana. Pengunjung menggunakannya untuk mengabadikan momen bahagia bersama
satwa atau pun keluarga.
Setelah zona Aquarium, kami mulai memasuki
semacam gua yang berisikan hewan menggelikan bernama ular. Banyak jenis ular
yang menghiasi etalase-etalase dengan bentuk unik. Karena ruangan ini gelap, chemistry yang didapat tentang ular
itupun semakin menguat. Seram. Dan hari itu aku cukup tahu kalau ular adalah
hewan yang paling ditakuti oleh Ichan. Hheee..
|
She's me. Love this candid. |
Keluar dari gua menyeramkan itu, selanjutnya kami memasuki zona Savanah. Savanah mengingatkanku pada JFC karena tahun ini Savanah menjadi defile tersendiri di JFC XI - Extremagination. Seperti berada di benua Afrika ketika memasuki zona yang dominan dengan warna kecoklatan ini.
Dengan lebih bebas badak, banteng, rusa, llama dan kuda itu berkeliaran di kandangnya. Namun kandang ini lebih mirip dengan perkampungan suku negroid karena suasana yang diciptakan pada rumah satwa ini lebih hidup. Sangat luas, banyak miniatur rumah-rumah suku negroid dan juga replika manusia berkulit hitam. Sangat savanah sekali memang.
Pada dasarnya Batu Secret Zoo memiliki
kesamaan dengan Ragunan atau pun Kebun Binatang Surabaya (baru ini referensi
kebun binatang yang pernah aku kunjungi selain Taman Safari Prigen). Mereka
sama-sama menjadi tempat rekreasi yang penuh koleksi satwa. Hanya saja, disini
Batu Secret Zoo memiliki poin lebih. Banyak satwa yang tidak aku dijumpai di
tempat lain tetapi malah berpose anggun disini. Satwa yang dipelihara juga
tergolong sangat sehat, tidak seperti kebanyakan yang ada di Kebun Binatang
Surabaya. Tempatnya bersih dan lebih teratur komando jalannya. Otomatis hal ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pengetahuan kita akan ragam
satwa juga terus dipupuk.
***
Beranjak dari topik satwa, Fantasy Land menjadi zona berikutnya.
Zona ini terlihat lebih fun karena
menyediakan banyak macam wahana.
Ada Happy
Land yang berisikan berbagai permainan seru yang bisa mengocak adrenalin. Semacam
Dufan kecil.
Horor House, wahana rumah hantu yang juga fenomenal dengan teriakan histeris pengunjungnya. Di wahana inilah, kami ingin masuk. Aku seperti sok yes saja mau ngantri masuk padahal sesuatu yang berbau horor adalah hal yang paling aku hindari. Takut. Liat film horor saja nggak pernah, apalagi mau masuk ke rumah hantu. Membayangkan banyak setan yang mengagetkan jantung rasanya tulangku nyeri seketika.
Untungnya Ichan juga tak mau masuk wahana ini karena antrian juga sangat panjang.
Let's move and take a picture in this area..
|
Ofcourse, he's Ichan |
Antrian panjang cukup membuktikan bahwa peminat horor di Indonesia juga cukup banyak. Horor house adalah salah satu wahana yang totalitasnya tidak diragukan lagi.
Lihatlah tokoh ini, karakternya sangat sesuai dengan peran yang dimainkan. Applause for you madam!
Selanjutkan kami memutuskan untuk
menjelajahi Farm Land. Disini kami
bisa sekalian mengistirahatkan kaki yang dari tadi tak berhenti menunjukkan
arah keceriaan. Antrian yang dilalui juga cukup panjang karena peminatnya cukup
banyak. Kami berkeliling zona yang penuh satwa import ini menggunakan kereta khusus yang dikomandokan oleh seorang
guide. Pengunjung bisa bercengkrama
dengan satwa secara langsung. Bahkan para pengunjung juga bisa memberi makan
satwa-satwa tersebut. Ini mirip seperti di Taman Safari Prigen, akses melihat
satwa secara face to face bukan lagi
di dalam kurungan ‘penjara’. Namun, tragedi kecil sempat terjadi di zona ini. Cameraku
tiba-tiba malu-malu tak bersahabat. Ia sama sekali tak mau nyala. Hhmm, what’s wrong with you dear? Padahal dari
tadi aku memperlakukanmu sama seperti biasanya. Hanya tinggal camera Ichan yang
tersisa dan masih sehat. Itupun sudah menuju lowbat.
Keluar dari Farm Land, kami berpindah menuju wahana Jelajah 5 Benua. Sesuai dengan hobi travellingku, sepertinya ini akan sangat menyenangkan.
Jelajah yang gimana yaa. At least detik ini aku tinggal di benua Asia. Tahun 2010 silam aku juga sudah mengunjungi Eropa meski belum semua negara aku jelajahi. Jadi masih ada tiga benua yang tertunda seperti Amerika, Afrika dan Australia untuk dikunjungi.
Dengan wahana ini setidaknya aku bisa well prepared untuk ke tiga benua
selanjutnya itu. Jelajah 5 Benua ini disajikan dengan sangat colourfull plus banyak dummy dan lighting yang sangat mensupport keindahan kawasan di setiap benua. Backsound yang diputar di setiap benua juga
sangat match dengan karakteristik
benuanya. Merasa jalan-jalan beneran.
Nah, satu lagi pemandangan unik yang ada di sudut wahana. Toilet yang dirancang khusus dengan arsitektur Menara Eiffel. Tim kreatifnya jitu, membuat para pengunjung friendly dengan toilet karena lokasinya saja di Paris. Replika menara Eiffel dibuat semirip mungkin. Yaa, bagi orang yang ingin sekali berkunjung ke Paris untuk melihat romansa Eiffel, kesini saja sudah bisa jadi obat penawar mimpi.
Setelah puas menikmati terik siang yang mencekik, tibalah saatnya berkeliling di kawasan yang cukup menyejukkan. Zona River Adventure menjadi penyelamat rasa panas. Disini udara sepoi-sepoi, tidak seperti di kawasan-kawasan sebelumnya. Ini disebabkan air ada dimana-mana dan banyak pohon rindang.
Yang menakjubkan, disini ada replika perahu Nabi Nuh yang di dalamnya banyak satwa-satwa peliharaan seperti kambing, sapi, unta dll. Seperti cerita Nabi yang sering aku dengar ketika masih SD dulu. Kapal Nabi Nuh digunakan untuk mengangkut mereka dari banjir bandang. Kalau saja ini beneran, sungguh mulia kota ini. Kapal Nabi Nuh saja memilih untuk terdampar di daratan sudut kota Batu. Amazing!
Kami kembali berjalan menuju pintu keluar
utama. Rupanya ada beberapa singa besar yang sedang dipertontonkan. Mereka
sedang berebut makanan dari pengunjung yang berupa potongan daging ayam.
Sungguh, satwa tangguh ini memang mempunyai spirit luar biasa. Kalau mereka
diam berpose, mereka memang lebih mirip dengan boneka-boneka yang ada di kamar
asramaku. Elegan dengan bulunya. Tapi kalau garangnya sudah keluar, ia akan menjadi idola satwa-satwa lain dengan penuh
kharisma.
***
Jalan sehat yang kami lakukan tidak
berhenti sampai disini. Ichan mengingatkan sekali lagi “masih kuat?” Yaa, tentu saja. Itung-itung ini menjadi jalan untuk
meremajakan kakiku kembali. Maklum saja hobi tracking sekaligus hiking
yang dimulai sejak SMK ini vacum karena situasional Jakarta yang tidak
mendukung.
Tak lama setelah keluar dari Batu Secret Zoo, langkah kami sekarang tertuju pada bangunan megah berwarna putih yang berdiri tepat di sebelah Pohon Inn. Museum Satwa. Arsitekturnya sangat modern dengan gaya Art Deco mewah. Menurutku ini adalah museum elite yang pernah dimiliki kota Batu dan sekitarnya. Bahkan Museum Satwa ini juga menjadi museum paling modern yang pernah aku kunjungi. Dari sekian museum yang ada biasanya museum tersebut hanya menawarkan koleksi zaman pra atau sejarah tanpa memikirkan bagaimana membuat nyaman dan friendly lokasinya bagi pengunjung. Ini mengakibatkan anak-anak sebagai target utama pengunjung, malah tidak terlalu suka jika diajak ke museum. Menurut survey yang pernah aku lakukan di awal tahun 2011 lalu, yang ada dibenak anak-anak tentang sebuah museum adalah barang usang yang menyimpan koleksi kuno, seram dan sepi. Bisa jadi suasananya juga mencekam. Efek dari stereotype ini menimbulkan gejala bahwa museum akan ramai jika ada kujungan study tour siswa saja. Sayang sekali, mindset seperti ini harus segera dihilangkan.
Berbeda dari museum kebanyakan, Museum Satwa ini jelas memiliki banyak keunggulan. Dari fisik bangunannya saja tidak mencerminkan sebuah museum, melainkan lebih mirip semacam bangunan istana orang borjuis. Dan ini menurutku sangat positif karena anak-anak tidak akan merasa horor dengan kata museum. Mereka bisa merasakan bahwa museum ini tempat bermain dan belajar yang asik.
Artefak-artefak yang disuguhkan juga sangat charming, fresh and beautiful. Museum Satwa ini lebih mirip taman bermain dan belajar yang sangat fun. Tidak ada lagi rasa menakutkan ketika membayangkan sebuah museum. Tata letak dan sign system yang dipasang juga sangat menarik sehingga para pengunjung lebih dimudahkan dalam mempelajari setiap koleksinya. Yang tidak kalah menarik, koleksi-koleksi ini kebanyakan berasal dari hewan asli bukan dummy atau boneka tiruan. Ini menjadikan Museum Satwa lebih hidup. Karakteristik dari setiap zona juga dibuat menyerupai suasana objek aslinya. Dan tentu saja lighting disini sangat berperan penting dalam mensupport view objeknya agar terlihat mendekati kesamaan.
Objek satwa yang ada disini sangatlah beragam. Baik dari lokal maupun internasional. Ada banyak jenis serangga, unggas, mamalia, herbivora, omnivora, karnivora, berbagai jenis telur burung, tulang berulang hewan, dan dunia hewan lain yang disajikan dalam pemandangan ruang berkaca. Indah penuh pesona.
Suasana museum ini sangat friendly dan warna warni. Ditambah lagi koleksinya unik-unik dan banyak yang tergolong langka. Jika kita terus masuk ke dalam area museum, kita akan menemukan sebuah ruangan study yang penuh dengan ornamen-ornamen hewani. Ruangan kelas ini diisi dengan banyak kursi dan juga berbagai macam media pembelajaran. Tentu saja suasana yang seperti ini akan membuat betah pengunjungnya untuk berlama-lama di dalam. Pengunjung berhasil dibuat merasa sedekat mungkin dengan dunia hewan. Congratulation for creative team JP 2! Mencerdaskan anak bangsa dengan cara kreatif. Fun study.
Perjalanan kami di dua tempat ini selesai
sekitar pukul 16.00 Kaki sudah mulai protes ingin berhenti jalan. Dan capek itu
mulai kian terasa. Tapi tenang, tetep lebih banyak happynya daripada capeknya. Akhirnya kami memutuskan untuk
istirahat sejenak sebelum akhirnya pulang. Menikmati udara segar kota Batu,
dengan angin sepoi yang semakin dingin karena hari semakin sore. Kami saling
bercerita tentang “aku dan kamu” I love this moment.
Sore pun menjemput gelapnya, mengantar
kami pulang. Dari proses yang berjalan, aku bisa mengatakan bahwa silaturahmi
itu sangat indah. Sangat menyenangkan. Jika memang itu dari hati pasti juga
akan kembali sampai ke hati. Really happy
with you. Aku masih ingat ketika Ichan bilang “nggak nyangka yaa...” Yaa,
seperti tak pernah terpikirkan sebelumnya. Senyum riang itu menghiasi
perjalanan di setengah dekade ini. Perjalanan cerita ini belum usai. kamis depan kita mau nonton #PerahuKertas.
Special thanks for you, Ichan.