Disuatu
hari yang indah, dikisahkan ada sebuah hutan lebat yang dihuni oleh
bermacam-macam hewan. Ada rusa, gajah, tupai, kuda, kura-kura, angsa dan
sebagainya. Mereka selalu rukun dan hidup berdampingan. Seringkali mereka
mencari makan bersama, mandi bersama dan bersenda gurau di bawah riimbun
pohon-pohon besar di hutan itu.
Pada
suatu hari, salah satu dari mereka yaitu singa yang sangat ramah dan baik
ditarik ke kayangan oleh putri hutan. Singa itu mendapatkan kesempatan langka
untuk tinggal bersama paduka raja dan ratu hutan di kayangan karena dia adalah
hewan yang paling baik dan selalu membantu teman-temannya ketika hidup di
hutan. Paduka raja dan ratu sangat mengapresiasi hal itu sehingga singa hidup
di kayangan dengan sangat bahagia dan serba kecukupan.
Lalu,
setelah beberapa lama melayani paduka raja dan ratu hutan di kayangan, singa
dikembalikan lagi ke asalnya. Ia harus turun ke hutan lagi dan membaur bersama
yang lain karena keinginan terbesar raja adalah agar ia bisa mengajarkan
kebaikan seperti yang dilakukan oleh paduka raja ke singa itu.
Ketika
masuk hutan pertama kalinya, singa bergaya seperti orang borjuis. Memamerkan
segala yang ia punya dari hasil mengabdi kepada paduka raja. Ia Awalnya rusa,
gajah, tupai, kuda, kura-kura dan angsa sangat bergembira menyambut kedatangan
singa. Mereka merindukan singa yang sangat baik itu. Mereka berencana membuatkan
makanan dan acara api unggun nanti malam. Namun, sebelum acara itu digelar,
teman-teman singa merasakan sesuatu yang berbeda. mereka merasa dia bukan singa
yang ia kenal dulu.
Sikap
singa berubah drastis, tidak seperti sebelum ia berangkat ke kayangan dulu. Ia
menjadi hewan yang sombong dan tamak terhadap apa yang ada di depannya “heii
dasar gajah gendut, pergi kau dari hadapanku.. aku tak mau lagi bermain sama
kalian. Kalian kan udik” Ia menghina semua teman-teman yang sudah mempersiapkan
acara penyambutannya kembali ke hutan.
Semua
teman-temannya sangat menyayangkan hal ini. Mereka kecewa terhadap singa. Singa
tetap saja sombong. Ia seperti tidak mau menerima sambutan gembira dari teman-temannya.
“hai singa.. kami melakukan ini semua buat kamu. Kami senang kamu kembali” celetuk
rusa dengan lembut. Bahkan singa menjawab dengan sinis kepada semua hewan yang
sedang mempersiapkan api unggun, “ah, seleramu buruk sekali rusa. Aku tak suka
semua ini, aku bisa menyiapkan sendiri acara yang lebih mewah” singa itu
semakin menjadi-jadi sombongnya.
Dengan
sangat kecewa akhirnya rusa mengajak semuanya untuk bubar. Dengan suara lantang
ia berteriak “jangan lagi memperdulikan singa sombong ini teman-teman.
Mentang-mentang kaya, dia sudah lupa siapa dia sebenarnya. Dia sudah lupa sama
kita” Akhirnya rusa, gajah, tupai, kuda, kura-kura dan angsa berhamburan menuju
ke gubug masing-masing.
Lalu di
hutan rimbun itu hanya tinggal singa sendirian. Dia diam. Tiba-tiba semut merah
menghampirinya dari lubang di tanah dan berkata “singa, aku mendengarkan
semuanya. Seharusnya kau tak seperti itu kepada teman-temanmu” Singa tetap
tidak memperdulikan apa yang dikatakan semut merah. Singa merasa tak pelu
siapa-siapa lagi karena dia sekarang sudah cukup kaya. Semua barang-barang
berharganya ia letakkan di kantong putih yang ia gendong di punggungnya.
Tidak
lama kemudian, terdengar suara air bah menghantam telinga. Rupanya banjir
bandang melanda hutan tersebut. Semua hewan yang ada di hutan berusaha untuk
menyelamatkan dirinya masing-masing. Ada yang naik ke pohon, ada yang mengikat
dirinya ke pohon dan ada yang membuat pertahanan dengan lari tunggang langgang
menuju perbukitan. Namun, singa yang satu ini sibuk menyelamatkan barang-barang
berharganya. Ia lupa dengan banjir bandang itu justru akan menyeret tubuhnya
jika ia tak segera menghindar. Akhirnya barang-barang berharga tersebut lenyap
ditelan air bah bersama pemiliknya. Singa meninggal terseret arus banjir yang
sangat dalam.
Ketika
banjir sudah reda, jasad singa itu nyangkut di ranting pohon jati yang tumbang.
Ia meninggal sambil memeluk kantong putih tempat barang-barangnya. Ketika
kura-kura tahu, ia langsung memberitakan hal yang menyedihkan ini ke
teman-temannya. Serentak semua berkumpul di sudut tempat jasad singa itu
terkapar dingin. Mereka terlihat sedih lalu angsa putih itu berkata
“teman-teman.. janganlah kita hidup seperti singa, ketika sudah menerima banyak
kebaikan malah ia menjadi sombong” kemudian tupai menambahkan “iyaa.. kita
tidak boleh sombong. Kita harus bisa berbagi kepada sesama karena berbagi itu
hal yang indah untuk dilakukan” Mereka langsung mengubur singa di hutan rimbun
itu dan mereka membagi-bagikan barang itu kepada yang membutuhkan. Semenjak
itu, hidup hewan-hewan di hutan itu kembali bergembira dan lebih mensyukuri
nikmat yang diberikan Tuhan.