Rupanya menunggu dalam waktu dua
bulan itu lumayan terasa. Menunggu pulang, menunggu bertemunya banyak manisan hidup
di sisi yang lain. Bukan soal akademik, pekerjaan atau hiburan. Namun, itu
semua soal hati dan kebahagiaan yang terus dihibahkan untuk diri. Seperti kata
salah satu teman, “nggakpapa puasa dulu. Puasa kan nggak selamanya. Pasti ntar
ada lebarannya” Kalimat ini seperti memberi nutrisi tersendiri ketika mengingat
dua bulan itu cukup lama.
Menuju 2013, aku kembali ke
Malang. Ke dalam pelukan orang terkasih dan hanyut dalam bahagianya. Sampai-sampai
banyak agenda yang sengaja diskip hanya untuk menjadikan hari-hari terasa quality time. Dari Jakarta menuju
Surabaya, merasakan perjalanan dengan suka cita. Melebihi biasanya. Packing sebelum
berangkat pun terasa lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Turun di stasiun
Gubeng, aku melanjutkan lagi naik bis ke Malang karena tiket Penataran, kereta
Surabaya – Malang sudah habis pagi itu. Aku memutuskan untuk menggunakan bis
dengan asumsi agar lebih cepat sampai rumah. Horehoree, hari ini aku bertemu
seseorang. Kekasihku.
Pagi-pagi aku dijemput di
terminal Arjosari. Kaku, iyaa. Setelah beberapa bulan nggak ketemu, rasanya
komunikasi via telepon itu cukup menjadi solusi terbaik kami. Namun, setelah
tiba di rumah semuanya normal kembali. Aaah, senangnya. Akhirnya bertemu semua
yang ku rindukan. Keluarga, kamu, kota kita dan banyak preferensi yang
kebetulan banyak samanya.
Jum’at itu (21 Desember 2013)
adalah hari yang dirancang Tuhan untuk kami. Bertemu surga pertama ketika
singgah di Malang. Alhamdulillah.. bapak, ibu, adek, keluarga besar dan juga
kamu sehat terjaga. Hari itu aku mendapatkan senyuman rindu terbaik di bulan
desember. Mereka semua merindukan putrinya, merindukan kakaknya, merindukan
pacarnya dengan caranya sendiri.
Setiap hari kami bertemu. Yaa..
setiap hari tanpa terkecuali. Quality time
kami dilakukan dengan banyak cara yang menurut kami memberikan manfaat di
keduanya. Damai, tenang dan tentu saja menyenangkan. Lebih banyak waktu itu
kami habiskan berdua di ruang tamu, duduk bersebelahan sambil menikmati rintik
hujan. Aku bisa bilang bahwa bulan desember adalah bulan hujan. Tapi aku suka
karena hujan itu menemani kami.
Makan angsle bareng, makan sate
bareng, nonton, jalan-jalan ke Batu, lihat bukit bintang, makan eskrim, silaturahmi
ke teman-teman kami berdua menjadi pengisi hari-hariku di sisinya. Hal yang
paling menyenangkan, kami juga silaturahmi ke keluarga besar yang berbeda. Seutas
pemikiran lahir di kala itu, sepertinya
aku adalah orang yang paling bahagia.
Ada kalanya aku menjadi orang
yang menyebalkan, menyenangkan, membingungkan, manja, dan lain-lain ketika
bertemu. Dia.. yang selama ini mengisi hati dan tak akan pergi. Pencarian sudah
terhenti di satu titik. Dan cuma kamu pemilik titik indah itu.
Sepuluh hari menghabiskan waktu
bersama. Terima kasih sayang.. Semoga
semuanya terjaga karena kita tahu, semua tinggal menunggu masanya saja. Semua akan
indah pada waktunya. Sempat terbesit bahwa tinggal disini saja lebih terasa
ronanya. Namun, aku tahu ada tugas dan tanggung jawab yang harus ditunaikan. Aku
selalu mencintai caramu yang selalu mensupportku untuk terus berkarya sesuai passionku. Meski aku tahu ada sendu di
hatimu ketika mengingat waktu di Malang tinggal sebentar tapi kamu selalu
berkata, “Semangat sayang.. lanjutkan terus cita-citamu” Membangun kepercayaan
dan komunikasi yang baik menjadi pondasi kuat kami untuk terus belajar. Belajar
dalam segala hal. termasuk belajar agar kita tidak saling mengecewakan.
Banyak hal yang membuatku semakin
dan semakin. Proses panjang itu berbuah manis dan bervitamin. Kita yang
menanam, kita juga yang memanen. Banyak surprize
yang berbentuk kado yang selalu kamu berikan setiap harinya sebelum aku balik
ke tanah perantauan. Sampai di hari itu kita sama-sama sadar, aku harus
kembali. Kembali lagi ke Jakarta untuk belajar banyak arti kehidupan yang
sesungguhnya.
Thank you for this Smurf |
Sore itu, hari kesepuluhku di
kota Malang, kau melepasku pergi di stasiun Kota Baru. Rasanya sirine tanda kereta akan segera
berangkat itu menjadi bunyi yang suram. Bunyi tanda dimana perpisahan akan
terjadi sebentar lagi. Tapi aku sangat bahagia, perjalananku sore itu kau beri pemanis
natural yang kamu miliki. Surprize lagi.
Terima kasih Tuhan untuk segala
rasa yang sudah diberikan. Terima kasih pembelajar yang sebelumnya karena
kalian sudah mengantarkanku untuk merajut keindahan hidup yang selanjutnya. Sudah
pernah jatuh bukan berarti tidak bisa mendaki lagi. Justru sekarang tidak ada
yang bisa dilakukan kecuali mendaki lagi dengan cara yang sudah direvisi oleh
pengalamannya. Kita sama-sama tahu bahwa kita berdua adalah orang terpilihNya,
yang semoga memang berbeda dari yang sebelumnya. Bersamamu membuatku semakin bersyukur
setiap harinya karena Tuhan juga selalu melipatgandakan nikmatNya untuk kita.
Sampai jumpa di Jakarta sayang. Sesuai
dengan janji penyemangatmu, Maret esok kita akan bertemu lagi. Disini. Biarlah rindu
ini jadi bagian dari kisah kita yang memang tak akan bisa dihapus. Semangat untuk
menjalani bulan Januari hingga Februari yang akan berlalu penuh tantangan dan
penentuan masa depan. Ingat tagline kita
berdua yang sepertinya lebih cocok jika diekspresikan dengan bahasa Cina
Surabaya. Dengan logat khasnya, aku senang bilang.. Semangat sayang. Ika-Isa! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar