Belum menginjak usia satu minggu pasca grand launching, kini Kereta Dongeng
kembali memiliki hajatan penting. Satu sms di ponsel mengabarkan bahwa siang
itu kami harus ke Tebet untuk briefing.
Aku masih sedikit bingung. Briefing untuk
apa lagi. Dan setelah datang ke lokasi, tentu saja ini adalah kabar baik
untuk Kereta Dongeng. Kami diundang untuk pameran di Pasar Anak Negeri. Tepat
di Istora Senayan, 27-29 Juli 2012. Berdegup rasa syukur menyelimuti
kegembiraan, aku yakin ini bukan kebetulan. Rasanya bergemuruh rasa senang. Belum
genap satu minggu grand launching Kereta
Dongeng itu digelar. Buku dongeng “Trimbil, Ayo Bangun!” terbit. Akhirnya satu
mimpi yang ku tulis dalam moadboard
bisa ku coret. Kereta Dongeng. Dan petang ini senja membawa keindahan
tersendiri untukku dan Kereta Dongeng. Hal ini semakin membuatku tersenyum
haru. Lagi dan lagi. Ibarat menemukan gula yang kemudian ditambah lagi,
menemukan manisnya madu. Rasa syukur itu senantiasa bertambah. Ingin sekali ku
ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu. Lidah terasa kelu
sehingga keinginan itu hanya terucap lewat doa-doa malamku. Kesenangan ini harus
dilengkapi kerja keras nan cerdas. Pameran akbar ini pun harus kami persiapkan
dengan matang.
Setelah briefing itu selesai kami segera melakukan meeting kecil untuk koordinasi. Persiapannya tidak terlalu rumit
karena pihak penyelenggara sudah mempersiapkan semuanya untuk tim kami dan
beberapa tim lain. Kami hanya perlu membawa dagangan kami saja. Yang lain sudah
diuruskan. Pameran Pasar Anak Negeri adalah pameran produk UKM yang menyebar di
pelosok nusantara. Pesertanya merupakan pengusaha-pengusaha yang sengaja datang
dari berbagai kota di Indonesia. Jumat malam itu adalah technical meeting di Istora. Kami pun segera tahu titik lokasi yang
akan menjadi stand kami.
Pikiran awal kami hanyalah, ini kesempatan emas. Kereta Dongeng bisa
promosi disini. Istilah konvesionalnya adalah mencari nama dulu. Jumat pagi kami datang dengan penuh
semangat. Stand-stand yang semalam kosong kini sudah berpenghuni. Mulai dari
aneka produk kuliner, fashion, aksesoris, craft sampai jasa ada di pameran yang
bersuasana biru ini. Rupanya Kereta Dongeng sedikit berbeda dengan tim yang
‘setara’ dengan kami. Kami mendapat stand khusus di hall Istora Senayan, tepat
di stand 54. Akhirnya aku mulai bertanya
dalam hati mengapa dibedakan? apakah
perbedaan ini baik atau justru buruk untuk kami? Jawabannya Cuma satu, tetap semangat untuk
apapun yang terjadi. Pasti ada sejuta kebaikan di dalamnya. Kami tak mau
menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami pun mulai menata produk Kereta Dongeng,
yang tentu saja sangat berbeda dengan hamparan produk yang ada di sekeliling
kami. Buku dongeng. Itu produk unggulan sehingga kami pun mendapat tempat yang
sedikit lebih istimewa dibandingkan tim ‘setara’ yang lain. Kata mentor tim
kami ”produk makanan sudah membanjiri pameran ini, produk kalianlah yang unik”
Menuju sore hari, hall tersebut semakin
penuh sesak oleh pengunjung. Berbeda dengan pagi hari yang lebih terlihat sepi.
Pemilihan waktu pameran menurutku juga sangat membantu. Weekend menjadikan pengunjung lebih ramai untuk sekedar jalan-jalan
atau sengaja ingin mengunjungi dan membeli produk yang ditawarkan oleh pameran
skala nasional ini. Saat itu, tiba-tiba saja langsung terbesit sedikit
penyesalan. Kenapa tidak mencetak dalam
jumlah yang lebih banyak. Kalau saja invitation pameran ini dikabarkan
seminggu sebelumnya, tepatnya sebelum kami mencetak buku, pasti kami akan
mencetak lebih banyak. Pikirku. Stok buku diperbanyak meski aku sendiri belum
tahu dengan cara apa lagi. Pasalnya modal kami sudah kandas untuk cetakan
pertama. Rupanya nasi telah menjadi bubur. Menyesal tentu tidak ada gunanya. Manuver
pola berfikir pun terjadi. Bagaimana
caranya stok buku dongeng yang tersisa bisa habis di pameran ini. Kereta
Dongeng lebih menggema namanya. Hanya itu.
Kebetulan stok yang tersisa hari itu
sekitar 70 buku. Padahal pembukaan pameran baru dilakukan besok, sabtu sore.
Kami optimis bahwa usaha di titik ini akan berhasil. Berbekal kartu nama, buku
dongeng, Xbanner dan stiker, stand Kereta Dongeng ramai. Ada yang sekedar
melirik, menanyakan dan tidak jarang juga yang langsung membeli. Buku dongeng
ini dipatok harga Rp 25.000/item. Target audiences
Kereta Dongeng saat itu tepat sasaran karena yang datang ke pameran mayoritas
ibu atau bapak yang tentunya memiliki buah hati di rumah. Dengan penuh senyum
riang dan semangat, aku mempromosikan karya terbaik kami.
Pasar Anak Negeri ini memang menunjukkan
keberagaman Indonesia dalam hal produk lokal. Di sekeliling stand Kereta
Dongeng ada produk kuliner dari Pacitan dan Blitar, fashion dan craft dari
Jakarta dan tepat di belakang kami adalah stand yang menjual kain batik tulis
asal Jawa Tengah. Kembali menemukan tempat teduh ketika banyak manusia
berkumpul disini, dari latar belakang yang berbeda, logat dan budaya yang juga
berbeda. Indonesia lebih baik, itu satu tujuannya. Dari sudut tempat dudukku,
ntah kenapa selalu ada yang ingin dilihat dari stand UKM Mentari Blitar. Ku
telusuri lebih lanjut. Aku pun ingat, Blitar pernah menjadi kota romantismeku
dulu. Selain itu, ada yang terasa eyecatching.
Tiwul dan gatot instan. Hatiku akan selalu bergemuruh ketika melihat dua
jajanan semi tradisional ini. Langit biru yang dulu memperkenalkannya padaku
waktu kami travelling ke Blitar. Tidak
heran karena kalau soal kuliner, bisa dibilang Ia adalah rajanya selera. Sempat
ingin membeli tapi kesempatan itu tak ada. Kebahagiaan sore itu menjadi lebih
teduh karena kenangan kecil itu. Sekejap ingin rasanya Ia hadir disini,
menyaksikan apa yang dari dulu selalu Ia support
bisa terealisasi. Terima kasih yaa.
Menjelang
waktu berbuka rombongan Ir. Hatta Rajasa datang dengan penuh semarak. Beliau
berkeliling hall untuk melihat pameran tersebut dan mengecek produk-produk yang
dipamerkan dan juga menyapa orang yang berjaga di balik stand-stand mungil itu.
Menteri perekonomian ini juga sempat memberikan sambutan kecil bahwa
perekonomian Indonesia harus terus dimajukan, salah satunya dengan memunculkan
dan membina UKM-UKM dan pengusaha-pengusaha muda layaknya kami saat ini. Flash
kameran dan bunyi jepretannya semakin menjadikan suasana lebih hidup. Banyak
pengawal yang berjaga di sisi-sisi beliau. Tumpah ruah pengunjung mengikuti
jalannya orang tersohor di negeri ini. Dan momen itu datang juga. Aku sedikit
gugup ketika harus berbincang dengan beliau. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
singkatnya membuatku seperti bukan Ika yang sesungguhnya. Ini bukan gugup
karena bertemu orang penting tapi lebih kepada soal kesiapan Kereta Dongeng di
hadap putih yang juga menjadi cendekiawan yang dimiliki bangsa ini. Setelah
tanya jawab yang penuh keakraban, beliau sempet bilang kepada rombongannya
bahwa produk buku dongeng kami sangat bagus. Ini adalah produk kreatif untuk mencerdaskan anak bangsa. Ditanya
stoknya tinggal berapa, aku pun menjawab dengan asal-asalan. Akhirnya sore itu
Ir. Hatta Rajasa memborong lebih dari 50% produk kami. Stafnya langsung
membayar dalam jumlah besar dan berdalih bahwa buku ini akan dibagikan ke
anak-anak di sekitarnya. Alhamdulillah, ilmu itu tersebar.
Hari kedua
pameran berjalan mulus sesuai bayangan. Kami berdampingan dengan produk
Jarichata, Juragan Jamur, Dents, Abon lele Srikandi. Jika menjelang berbuka,
stand akan selalu dipenuhi pengunjung yang memesan produk es jago. Es itu
memang enak, murah dan juga higienis. Berbahan buah segar, susu, fanta, sirup.
Semua langsung jatuh hati kepada es segar itu. Kami pun membantu si empunya
dalam memenuhi pesanan. Meraciknya satu per satu. Luar biasa, anak Indonesia
(memang) kreatif pikirku. Setiap hari pameran yang dimulai jam 10.00 – 20.00
ini ini semakin seru. Sebelum beres-beres pulang, aku bersama teman-temanku
menghitung omset penjualan. Hari itu satu lagi yang ku tahu. Jadi pengusaha itu seperti ini awalnya.
Inilah hari terakhir pameran kreatif.
Banyak hiburan dan artis kondang ikut meramaikan. Juga hadiah yang
dibagi-bagikan ke pengujung serta berbagai jenis perlombaan digelar hari itu.
Harapanku semoga tahun depan acara yang sangat bermanfaat ini kembali
diselenggarakan. Satu lagi yang ku tunggu-tunggu bersama Kereta Dongeng. Hari
ini ternyata menjadi momen khusus untuk pembagian modal. Modal sebesar Rp 5.000.000
untuk Kereta Dongeng dan beberapa tim lain yang lolos verifikasi dari lomba
Wirausaha Mapan. Ah, senangnya. Tuhan memberikan banyak keberuntungan bagi kami
lewat Pasar Anak Negeri. Hari itu juga buku dongeng “Trimbil, Ayo Bangun!” sold out. Tak ada yang tersisa. Hari-hari
terasa warna orange. Warna yang menjadi filosofisku ketika aku senang tak
kepalang. Itu berlaku untuk semua hal. Tak heran kan jika Kereta Dongeng juga
didominasi warna orange. Terima kasih orange. Terima kasih untukMu pencipta, membuatku
semakin mencintai pekerjaan ini. Membuatku terus belajar, belajar dan belajar.
Terus menebarkan ilmu pengetahuan kepada sesama, seperti komitmen yang aku buat
bersama langit biru dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar