Tepat 21 tahun yang lalu, wanita ini
lahir di lingkungan keluarga yang sangat hangat dan sederhana di sudut kota
Malang yang dingin. Ia tumbuh dengan penuh kemandirian. Dengan semangatnya, Ia selalu
berusaha untuk menjadi yang terbaik. Menurutnya, terbaik bukan berarti paling
pintar, cantik ataupun kaya tetapi bagaimana Ia bisa berguna untuk orang lain.
Jujur saja, ia tidak ingin hanya menjadi orang pintar tapi ia lebih ingin
menjadi orang cerdas karena menurutnya pintar dan cerdas itu berbeda. Pemilik
nama cantik, Ika Fitri Mustikasari ini sangat menghargai proses. Love the process and respect the result of
it. Ia tidak menyukai hal yang instan. Hasil dari suatu proses bisa
dikatakan sukses ketika Ia sudah menjalani proses tersebut dengan segala daya
terbaiknya meskipun ujungnya hasil itu terbilang gagal secara normatif. Sampai
saat ini, ia pun memiliki tagline yang selalu ia bawa kemana-mana, be positive and smart girl.
Setelah lulus dari SMK di kotanya, Ia
melanjutkan pendidikan ke Universitas Paramadina, Jakarta Selatan. Banyak hal
yang tak terduga yang harus di manage dengan
baik. Menjadi mahasiswa perantauan adalah cita-citanya sejak dulu. Ia berfikir
bahwa dengan cara itu Ia bisa mengukur kemampuan dirinya sendiri, yang
notabenenya jauh dari keluarga. Dan menurutnya, itu hal yang menyenangkan. Ia
menjadi salah satu penerima beasiswa dari 69 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Paramadina Fellowship, sungguh luar biasa. Menjadi penerima beasiswa membuatnya
lebih berhati-hati dalam bertindak karena tentunya apa yang Ia lakukan membawa
nama institusi yang mensupport kuliahnya. Donor beasiswanya adalah Principia
Management Group yang mana bekerja sama dengan Universitas Paramadina. Sebelum
kuliah, Ia juga pernah bekerja di beberapa perusahaan swasta di Malang. Hal ini
menjadikannya lebih prepare dan aware terhadap masalah finansial.
Baginya, mencari uang itu terbilang tidak mudah (saat itu) sehingga
penggunaannya pun harus cermat. Menurut teman-temannya, Ia tergolong orang yang
sangat hemat dan terorganizir dalam banyak hal.
Pemilik kulit sawo matang ini merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, yang sekaligus menjadi cucu pertama di
keluarga besar ibunya. Ia bertekat harus menjadi teladan yang baik untuk
adik-adiknya. Dari rangkaian cerita hidupnya tersebut, Ia berhasil
melakukannya. Ia percaya bahwa Ia bisa pergi kemanapun yang ia inginkan dengan
media ilmu pengetahuan. Dan itu memang terbukti. Travelling with studying, itu yang selama ini Ia lakukan.
Ika, menjadi nama sapaannya selama ini, khususnya
di Jakarta. Mengenai mimpi dan cita-citanya, Ia ingin berkecimpung di dunia
industri kreatif dan akademisi. Untuk industri kreatif, Ia meyakini bahwa menjadi
entrepreneur adalah cita-cita mulia
yang bisa menguntungkan banyak orang, bukan hanya dirinya saja. Tentunya ilmu,
jalan dan pengalaman yang dibutuhkan juga lebih menantang daripada menjadi
karyawan. Ia pun mulai merintis karir dengan menjadi entrepreneur di bidang industri kreatif tersebut.
Ia memulai bisnis produksi dan penjualan
buku dongeng bersama teman kuliahnya, Syaiful Choirudin. Benar-benar dari nol
ketika ingin melakukan usaha bisnis karena saat itu keduanya tidak memiliki
modal yang cukup banyak. Namun, keberanian merekalah yang membuatnya tetap
bergelora untuk menghasilkan ‘sesuatu’ untuk dirinya juga orang di sekitarnya.
Ia memilih dongeng karena Ia ingin memanfaatkan skillnya di bidang desain, yang sesuai dengan jurusan kuliahnya. Dongeng
bersifat edutainment karena dengan
dongeng, Ia bisa mengedukasi anak-anak melalui cerita yang bernilai moralitas,
juga dilengkapi dengan visual humornya. Mereka memberikan nama ‘Kereta Dongeng’
untuk bisnisnya.
Dan sampailah pada saat dimana Ia
menemukan kompetisi bisnis plan yang
diselenggarakan oleh MAPAN di Jakarta. Dengan segala ghirah bisnisnya, Ia dan
temannya mengikuti kompetisi ini dengan penuh kesungguhan agar bisnis ini bisa lolos. Harapan awal yang mereka inginkan adalah hadiah tunai yang bisa mereka
jadikan tambahan modal usahanya. Ibaratnya, saat itu mereka seperti menemukan
oase di tengah gurun yang luas sehingga mereka mengikuti kompetisi ini dengan
kemampuan terbaik yang mereka miliki. Rasa syukur menjelma, bisnis plan yang
diajukan ternyata lolos dan mereka menjadi pemenangnya. Sungguh luar biasa,
melebihi kata senang.
Proses pun berjalan dengan fase-fase yang
memang harus dilalui. Pemenang pun tidak langsung dinobatkan sebagai juara
karena banyak mentoring yang harus dilakukan oleh tim ini. Setelah dijalani,
justru ini yang sebenarnya mereka cari. Dana yang MAPAN berikan sebagai modal
usaha justru tidak seberapa dibandingkan dengan mentoring yang diberikan oleh
MAPAN dan PILLAR sebagai penyokong kegiatan ini. Ilmu yang diberikan akan
sangat jauh lebih berharga. Itu yang sangat mereka banggakan, bukan lagi
tentang dana yang akan mereka peroleh nanti setelah lulus sertifikasi.
Saat ini pun, bisnis Kereta Dongeng masih
dalam tahap mentoring. Beberapa hari lagi grand
launchingnya akan di gelar di AQL Islamic Center, Tebet. Buku dongeng
pertama mereka akan terbit dengan judul “Trimbil, Ayo Bangun!” Tidak sabar
menunggu gebrakan apa yang akan dilakukan Kereta Dongeng. Mereka berkomitmen
akan terus menjalankan bisnis ini dan terus mengexpand product knowledgesnya agar menjadi produsen sekaligus
penerbit buku dongeng di nusantara. Visual humor menjadi bagian penting yang
akan menjadi elemen dalam bisnis ini. Kereta Dongeng harus terus belajar dan
belajar dari berbagai sumber agar usaha yang dijalankan tetap eksis, bermanfaat untuk sesama dan juga menghasilkan laba. Namun yang terpenting dari itu semua adalah misi Kereta Dongeng untuk share knowledges.