Sudah
lama sekali rasanya saya
tertidur di beranda. Tak pernah mengurai
cerita atau hanya sekedar mengunjungi tempat berekspresi di blog ini. Banyak
perjalanan dan kisah petualangan yang rupanya tak sempat terpampang untuk dibaca.
Semuanya masih berdiam dalam sebuah realitas yang dinamakan dengan ide semata.
Banyak judul yang sudah dipilih, juga rangkaian diksi yang sengaja ditata
sederhana tapi tak urung cerita perjalanan tersebut masih saja tersendat oleh
banyak hal. Kadang, ada kalanya sudah merasa puas berjalan tanpa harus ada yang
didokumentasikan atau justru karena
kesibukan yang membuat banyak tulisan mangkir di jalan.
Momentum kali ini, yang ingin saya
lakukan hanyalah mengurai kenangan. Yaa, semua memang sudah menjadi kenangan. Tentunya
menjadi kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan bersamamu sahabatku, Priyo
Nugroho.
Kami
semua kehilangan kamu. Rasanya baru kemarin kita saling kenal. Dan kota Jember
adalah titik dimana perjalanan itu dimulai. Kamu adalah pria baik yang sangat sopan
dan menghormati perempuan, seiring dengan kalimat singkat yang sering kau ucap “aku ingat ibuku” Berapa banyak kenangan yang kamu tinggalkan untuk kami?
Bahkan dalam jumlah hitungan pun mayoritas berada dalam lingkup kebaikan. Tuhan sangat menyayangimu sehingga kau diambil
lebih dulu. Tepat 4 November 2013, kabar itu sampai di telingaku. Kamu pulang dengan jalan yang tak diduga oleh
siapapun. Kecelakaan di kota Pasuruan membuatmu meninggalkan kami semua, yang
mencintaimu.
Rasanya baru kemarin kita ketemu untuk pertama kalinya.
Ntah awalnya dimulai dari mana, yang pasti pertemuan itu menjadikan kita
sahabat yang tak termakan jarak. Saya masih ingat, saat itu bulan Mei. Dengan
beberapa teman yang lain kita habiskan satu malam di rumahmu, sambil menengok
malam di Alun-Alun kota Batu. Usai itu, kita pilih kuliner yang beragam,
kekenyangan dan pulang lagi ke rumahmu di daerah Bumiaji, Batu. Masih tak puas dengan itu, kamu sengaja membuat tahu
goreng favoritmu untuk kami yang sedang main kartu tanpa aturan. Yaa,
salah satu keahlian kamu
memang memasak. Dan kami semua mengakui bahwa masakanmu tak kalah enak dengan koki
layaknya para wanita, Priyo. Esoknya,
pagi-pagi sekali kita langsung menantang hawa dingin dengan bersepeda ke
Cangar.
Kamu adalah pria penuh ketenangan, kalem dan sangat rapi. Kamar kosmu adalah salah satu bukti yang
mengatakannya. Dari sekian banyak teman pria yang sama-sama ngekos tapi kamu adalah sang juara kalau
soal kebersihan, layaknya anak perempuan yang sangat rapi. Itu juga kan alasan
banyak teman-teman kita suka banget main ke kosanmu untuk sekedar mengisi waktu
luang atau bahkan sengaja menginap dengan alasan segudang tugas kuliah. Saya
masih ingat, kamu sangat bersemangat ketika lagu Avenged Sevenfold mulai saya mainkan dari komputer di kamar kosmu. Aaah.. Priyo,
kangen makan sate langganan kamu di bundaran jalan jawa. Saya masih ingat, waktu kita saling tanya makanan
favorit. Dan sate adalah makanan top buat kita. Kamu dengan berseri-seri bilang ”Kaaaa.. sate disini enak” Yaa, lumayan. Kamu
juga tak salah ngasih nilai ke abang sate itu.
Pasti banyak yang merasakan kepergianmu. Kita sama-sama
tau, namamu sudah beken di kalangan perempuan di kampus. Kata mereka, kamu itu charming Priyo. Yaa, jadi ingat dulu...
selepas dari Batu, salah satu teman bercerita kalau kamu lagi dekat dengan maba. Kamu pun sering curhat soal itu.
Ada beberapa nama perempuan yang slalu kamu sebut dalam setiap celotehmu. Waktu
JFC 2011, kamu pun dikunjungi salah satu fans berat dari
Malang dan akhirnya kita nonton
sama-sama di tengah lautan manusia. Masih penuh tawa.
Sahabat, rasanya kangen jalan bareng-bareng. Ingat kan.. Tahun
lalu, kamu ikut event akademis yang
akhirnya menuntunmu untuk singgah di Jakarta. Tinggal di asramaku untuk
beberapa hari dan berkelana singkat disini. Di suatu siang, kamu menungguku di
perpustakaan Paramadina cukup lama. Dengan tenang kamu membaca beberapa buku disana,
tanpa marah menungguku yang masih terbelenggu jam kuliah. Setelah itu, saya
sengaja mengajak beberapa teman kuliah untuk kuliner ke BlokM. Kamu pun tanpa
banyak minta menikmati makanan yang kita pesan rame-rame. Saya sengaja mengajak
mereka agar kamu juga mengenal teman-temanku disini. Lalu
malamnya kita habiskan waktu di Skydining. Hhmm, saya jadi ingat satu
hal Priyo. Belum sempat mengantarmu ke Bogor untuk bertemu kerabatmu itu. Maaf
yaa..
Kamu masih ingat juga kan, waktu kita masak-masak di
rumah Yink buat makan malem. Belanja malem-malem ke Pasar Tanjung sesuai dengan
pesananmu. Semua teman-teman kita bilang ”Priyo
aja yang masak..!” Roomiiee, Mbakdee, Edwin, Mas Rafli, Ayiep, Unyil Risa, Rezel,
Yink, Nia,
Happy, Bunsasha, Ipuls, Maya
dan masih banyak yang lain tau masakanmu memang menggoda bagi kami anak-anak
kos.
|
Priyo, diambil dari profile picture twitternya |
Priyo, terima kasih telah banyak membantuku selama aku ke
Jember. Menemani, mensupport, bahkan kamu
juga membantu temanku yang sama sekali belum kamu kenal. Saat JFC 2012, kamu
dengan lapang membiarkan mereka untuk tinggal bareng di kosanmu. Dan akhirnya
beberapa hari selanjutnya, kita beres-beres kamar karena kamu dapet kontrakan
baru. Bukan lagi kamar, melainkan rumah yang jaraknya lebih jauh dari kos
sebelumnya menuju kampusmu. Pindahan rame-rame rasanya menyenangkan yaa..
Kemarin pun saya memberikan kabar tentang kepergianmu ke beberapa teman disini
yang mengenalmu. Mereka semua terkejut, Priyo. Mereka juga kehilangan.
Pertama kali mendengar kabar kepergianmu yang dikarenakan
kecelakaan, saya langsung teringat perjalanan kita dari Jember ke Malang, Juni
2012. Saat itu saya sedang mengikuti Ijen
Festival, event yang menyatukan para traveller
dari seluruh dunia di kaki gunung Ijen. Event
tersebut sungguh luar biasa menurut saya. Diadakan di kota kecil, yang
bertetangga dengan kota Jember. Bondowoso. Hhmm.. Sepertinya lebih baik cerita
soal Ijen Festival dikupas di episode
yang lain saja yaa.
Kali itu, saya tidak ingin singgah di Jember seusai Ijen Festival digelar. Mengapa? Karena
ada sedikit masalah rumit saja. Padahal jarak dari Bondowoso ke Jember hanya 30
menit. Banyak teman yang menyuruh saya mampir, meski sebentar. Tapi saya tetap
saja tidak mengiyakan. Dan siang itu, teleponku berdering. Kamu masih sama
seperti yang lain, menyuruhku singgah di Jember. Dengan banyak cara kamu mengajakku
lewat obrolan-obrolan yang berupa nasehat. Sampai kini ku ingat dengan jelas. Dengan
tenangnya kamu meyakinkan bahwa banyak teman yang menungguku disana. Jangan hanya karena satu makanan pahit yang
disajikan, kamu juga akan menolak makanan manis yang diberikan dengan suka
cita. Yaa, inilah nasehatmu yang ku bahasakan sendiri menurut persepsiku. Akhirnya saya benar-benar
memutuskan dari Bondowoso untuk ke Jember dulu. Priyo menjemputku di terminal
Patrang malam itu.
Agenda saya, maunya besok langsung melanjutkan perjalanan ke Malang. Namun,
Priyo justru langsung menolak tanpa ajakan. Ia sengaja mengajak saya untuk
pulang bareng ke Malang. Tentunya bukan besok karena masih ada beberapa urusan
yang harus ia selesaikan.
Akhirnya saya bisa berkumpul dengan teman-teman yang ku rindukan disana sampai
besok malam. Keesokan harinya, dari Jember saya pulang bersama Priyo ke Malang. Ba’da subuh naik
motor dari tempat dimana ia
menuntut ilmu di akhir hayatnya. Saya masih ingat waktu kamu mencoba meyakinkan
agar saya mau pulang bareng dengan berkendara di pagi buta. Jujur saja, itu
adalah pertama kalinya saya otw Jember
– Malang via motor, meski hanya dibonceng. Dan itu dengan kamu, sahabatku. Excited, itulah yang saya rasakan karena
kamu pun tau travelling adalah hobi
permanen saya.
Saat saya tau kepergianmu karena kecelakaan, rasanya ada
yang bergemuruh di hati. Bayangkan saja, kita pernah melakukan perjalanan itu
bersama. Rangkaian cerita ini sungguh kelu jika diingat kembali. Semuanya akan
teringat dengan jelas di hati, sampai kapanpun. Mengunjungi pusaramu kemarin,
hanya ada bunga putih yang menghiasi. Saya nggak tau kenapa hanya ada bunga
putih. Tapi ingin rasanya menaburkan bunga warna-warni agar pusaramu terlihat
lebih ceria. Lebih bersemangat. Meski mungkin keinginan ini terlihat aneh untuk
orang lain.
Selamat jalan Priyo..
Banyak
kebaikan dan kenangan manis yang kau tinggalkan. Tanpa ada goresan luka di hati kami, sahabat-sahabat yang
akan slalu mendoakanmu dari sini. Bahkan kepergianmu juga yang kini membangunkanku, menggerakkan hati dan
tanganku untuk menulis lagi dari absen panjang beberapa bulan. Rasanya belum puas bersua
tapi Tuhan sudah mengambilmu terlebih dulu. Padahal baru kemarin juga kamu
ngajak ke Jogjakarta cuma buat travelling
sembari hunting buku untuk bekal
skripsimu. Baru saja kau mulai berpetualang dengan gregetnya ngerjain skripsi
di semester IX perkuliahan. Priyo, kau pasti juga sudah tau betapa keluargamu
sangat mencintaimu. Kau adalah putra kebanggaan ibumu. Dengan muka sendu beliau
bercerita bagaimana bangganya memiliki putra sepertimu. Baik, penuh kasih,
slalu menerima dan tak banyak minta. Beliau menyadari, semua sudah digariskan
olehNya. Hanya doa yang akan diagungkan agar kau bahagia disana. Saya yakin,
saat ini kamu pun bisa tersenyum disana seperti yang selalu kamu lakukan semasa
hidupmu.
Pasti saya akan merindukan moment-moment saat kita berkumpul, saling ejek, bercanda dan melakukan banyak hal
bersama-sama. nggak ada lagi yang akan menemaniku pesan oreo smurf di pujasera dekat alun-alun Jember. Itu kan
minuman favorit kita disana.
Mungkin hari ini kita gak ketemu, semoga
di lain waktu dan tempat kita bisa bertemu kembali. Selamat
menikmati kota Batu J Kalimat terakhir darimu ini
sungguh membuat pilu. Mungkin saat
kamu ngetwitt pesan terakhir ini, kamu sengaja ingin memberikan pertanda kepada orang-orang yang selalu merindukanmu.
Kelak disuatu hari, kita akan berkumpul lagi di alam yang sudah dijanjikan
Tuhan.